5 Mengingat pentingnya komunikasi organisasi dalam mencapai efektifitas
kerja, hal ini mendorong penulis untuk memilih judul : Pengaruh Komunikasi Organisasi Antara Pimpinan dan Bawahan Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai di
Badan Informasi dan Komunikasi Infokom Provinsi Sumatera Utara Terhadap Efektifitas Kerja.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pengaruh komunikasi organisasi antara pimpinan dan bawahan terhadap efektifitas kerja pegawai di Badan Informasi dan Komunikasi Infokom
Provinsi Sumatera Utara.”
I.3. Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dan
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Komunikasi yang diteliti adalah komunikasi organisasi yang dilakukan antara atasan dengan bawahan dalam lingkup formal dan informal di Badan Infokom
Prov. Sumatera Utara. 2.
Perilaku yang mendukung efektifitas kerja pegawai di Badan Infokom Prov. Sumatera Utara, seperti semangat kerja pegawai, disiplin kerja dan tanggung
jawab terhadap pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
6 3.
Objek penelitian adalah seluruh pegawai yang masih aktif bekerja di Badan Informasi dan Komunikasi Infokom Provinsi Sumatera Utara.
4. Lokasi penelitian adalah kantor Badan Informasi dan Komunikasi Infokom
Provinsi Sumatera Utara di Medan. 5.
Waktu penelitian adalah Februari – April 2008.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh antara komunikasi organisasi yang
dilakukan dengan efektifitas kerja karyawan. 2.
Untuk mengetahui tanggapan karyawan terhadap komunikasi organisasi yang dilakukan oleh atasanpimpinan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung peningkatan
efektifitas kerja pegawai dilingkungan kerja Badan Informasi dan Komunikasi Infokom Provinsi Sumatera Utara.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
bacaan di lingkungan FISIP USU khususnya di bidang ilmu komunikasi.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan penulis mengenai komunikasi khususnya Komunikasi Organisasi
Universitas Sumatera Utara
7 3.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Badan Informasi dan Komunikasi Infokom Provinsi Sumatera Utara
I.5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti Nawawi, 1991:39.
Kerangka teori dapat diartikan sebagai serangkaian asumsi , konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara
sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep Singarimbun,1989:47.
Fungsi dari teori tersebut adalah untuk menerangkan, meramalkan, memprediksi dan menemukan keterpautan fakta-fakta secara sistematis
Effendi,1993:244. Dengan adanya kerangka teori, maka akan mempunyai landasan untuk
menentukan tujuan dan arah penelitian. Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa kerangka teori yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Teori Komunikasi dan Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Antar Pribadi, Efektifitas Kerja dan Teori Kemanusiaan Humanistic Theory.
Universitas Sumatera Utara
8
1. Komunikasi dan Komunikasi Organisasi
Istilah komunikasi sebenarnya berasal dari bahasa latin’communication’ dan bersumber pada kata communis yang berarti sama. Yang dimaksud sama
disini adalah sama makna. Effendi, 1992:9 Jadi komunikasi adalah persamaan makna antara komunikator dan
komunikan, dengan tujuan mengubah sikap, opini, perilaku orang lain tentang pesan yang disampaikan. Walaupun demikian tidak semua komunikasi yang
dilakukan itu sesuai dengan apa yang diharapkan dan bahkan ada kesalahan maksud dalam penerimaan pesan, untuk itu diperlukan suatu komunikasi yang
efektif. Menurut Onong U Effendy 1992:5, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku baik langsung maupun tidak
langsung melalui media. Sementara itu Hovland mendefinisikan proses komunikasi sebagai suatu proses mengubah perilaku orang lain yang disampaikan
melalui perangsang-perangsang biasanya lambang-lambang dalam kata-kata. Dari definisi di atas, menunjukkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses penyampaian pesan melalui penggunaan simbol atau lambang-lambang yang dapat menimbulkan efek seperti mengubah tingkah laku orang lain, yang
dapat dilakukan dengan menggunakan media tertentu. Salah satu bentuk komunikasi adalah Komunikasi Organisasi. Komunikasi
merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam manajemen organisasi, Soekanto dan T. Hani Handoko 1991:117 berpendapat bahwa organisasi sangat
Universitas Sumatera Utara
9 memerlukan informasi, dengan berkembangnya organisasi maka kebutuhan akan
informasi juga akan bertambah. Oleh karena itu seorang pimpinan dalam suatu perusahaan harus memperhatikan bahwa hal ini merupakan hal yang penting
dalam kelancaran jalannya organisasi atau perusahaan. Menurut Goldhaber dalam Muhammad, 2000:67 komunikasi organisasi
adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mangatasi lingkungan yang tidak
pasti atau yang selalu berubah. Sehingga arus pesan dalam jaringan komunikasi yang bersifat formal atau non formal sangat mempengaruhi proses komunikasi
yang terjadi dalam sebuah organisasi. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal dan informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi
yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada kepentingan organisasi misalnya: memo, kebijakan, pernyataan dan surat-surat
resmi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Komunikasi yang dilakukan lebih kepada komunikasi antara anggotanya
secara individual. Untuk menciptakan iklim komunikasi organisasi yang baik tergantung
pada seberapa kondusif dan efektif kondisi yang menunjang kebebasan dan kemudahan perilaku komunikasi sumber daya manusianya. Rasberry dan Linsay
menegaskan bahwa inti aktifitas manusia dalam organisasi adalah seberapa jauh efektifitas dari :
Universitas Sumatera Utara
10 1.
Kualitas isi pesan 2.
Kuantitas isi pesan 3.
Media atau saluran komunikasi yang tersedia dan biasa digunakan dalam proses komunikasi yang berlangsung di dalam organisasi tersebut.
4. Etos dan kredibilitas komunikator dalam Pohan,2005:12.
2. Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih, dapat secara tatap muka face to face maupun dengan
menggunakan media seperti: telepon, surat dan sebagainya. Riyono Pratikno mendefinisikan komunikasi antar pribadi sebagai
komunikasi tunggal yang ditujukan kepada sasaran tunggal pula. Pratikno, 1983:147
Halloran dalam Liliweri, 1991:48 mengemukakan faktor-faktor sebagai pembentuk dari komunikasi anatar pribadi yaitu:
1. Perbedaan antar manusia.
2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai
kekurangan. 3.
Adanya perbedaan motivasi antar manusia. 4.
Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang lain. Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang
sebagai organ pelaksana dalam menyampaikan pesan. Karenanya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat memberikan hasil yang baik, dapat
Universitas Sumatera Utara
11 dipergunakan tehnik persuasif. Tehnik persuasif yang dimaksud dalam hal ini
adalah kegiatan dalam upaya membujuk komunikan agar melakukan atau berbuat sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator.
Pada prakteknya agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima oleh komunikan, seorang komunikator harus berorientasi kepada
beberapa hal yaitu: 1.
Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan kebutuhan akan informasi terhadap sesuatu hal.
2. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan harga diri
publik. 3.
Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat membangkitkan seseorang untuk diterima sebagai anggota kelompok.
4. Kegiatan persuasif yang dilakukan harus dapat memenuhi kebutuhan publik
akan popularitas dan harga diri di samping kekuasaan. Djaya, 1985:51
3. Efektifitas Kerja
Efektifitas berasal dari kata “efek” yang dalam kamus bahasa Indonesia berarti terjadinya perubahan yang timbul pada diri komunikan yang menyebabkan
terjadinya kegiatan komunikasi. Efektifitas itu dapat diartikan sebagai suatu sikap manusia dalam
menjalankan aktifitasnya agar dapat selesai tepat pada waktu yang ditentukan dan dengan biaya yang seminim mungkin. Sikap manusia itu dapat berupa kerukunan
bekerja, disiplin dalam bekerja, maupun keinginan untuk menambah pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara
12 Kerja adalah kegiatan kemanusiaan yang mengandung makna ekonomis
bagi kehidupan manusia. Definisi tersebut mengandung dua unsur kegiatan, yaitu kegiatan sosial dan kegiatan ekonomis Benggolo,1973:6.
Agar dapat menjamin suatu keberhasilan usaha dalam meningkatkan efektifitas kerja pegawai dalam suatu organisasi, maka seorang pemimpin harus
dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pegawainya , sehingga dapat menumbuhkan semangat, disiplin dan prestasi kerja dari para pegawai.
4. Teori Kemanusiaan Humanistic Theory
Teori ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang berkaitan erat dengan komunikasi organisasi seperti : hubungan interpersonal relasi sosial, kelompok
informal, norma-norma kelompok dan gaya kepemimpinan supervisor dalam praktek kepenyediaan supervisory, perasaan karyawan terhadap kepuasan kerja
dan morale, yang juga memberi andil penting dalam mempengaruhi efektifitas, efisiensi dan produktifitas karyawan, disamping juga pengaruh faktor-faktor lain
yang lebih dahulu dikenal. Dengan kata lain, studi ini membuka dimensi pemahaman baru terhadap
hakekat organisasi. Yaitu perlunya memandang organisasi dan karyawan sebagai suatu kelompok sosial atau sistem sosial yang berisikan baik struktur relasi formal
maupun informal, dimana antara dimensi sosial dan psikologis dengan dimensi rasional formal dan emosional harus dipandang secara proporsional. Ganjaran
ekonomis material dan ganjaran sosial psikologis sama-sama signifikan mempengaruhi motivasi kerja karyawan.
Universitas Sumatera Utara
13 Teori ini terkenal dengan nama ‘Hawthorne Effect’, dimana sikap, emosi
dan perasaan karyawan secara signifikan memepengaruhi produktifitas. Implikasinya temuan ini bagi manajer adalah pentingnya manajer lebih
menekankan faktor sosial dan prilaku manusia sebagai yang lebih utama daripada faktor lainnya. Artinya, produktifitas akan dicapai bila hubungan personal dan
sosialnya efektif Pohan, 2005: 39.
I.6. Kerangka Konsep