BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Ekstrak etanol buah belimbing wuluh mempunyai aktivitas antibakteri yang efektif pada konsentrasi 100 mgml karena memberikan diameter zona
hambat rata-rata 15,30 mm terhadap bakteri Propionibacterium acne dan 16,50 mm terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis.
Ekstrak etanol buah belimbing wuluh dapat diformulasikan ke dalam sediaan gel yang dibuat relatif stabil.
Sediaan gel yang mengandung 20 ekstrak etanol buah belimbing wuluh mempunyai aktivitas antibakteri yang efektif terhadap bakteri penyebab jerawat.
Pada hasil uji aktivitas antimikroba dari gel ekstrak tersebut diperoleh daerah hambat yang efektif pada FII yaitu diameter 16,50 mm pada bakteri
Staphylococcus epidermidis
dan diameter
15,00 mm pada bakteri Propionibacterium acne. Sediaan yang memenuhi persyaratan tersebut adalah
sediaan FII mengandung 20 ekstrak etanol buah belimbing wuluh dan FIII mengandung 30 ekstrak etanol buah belimbing wuluh.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan formulasi ekstrak etanol buah belimbing wuluh dalam bentuk sediaan yang lain,
misalnya dalam bentuk masker.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA Ansel, C.H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: UI
Press. Halaman 390, 489. Difco Laboratories. 1977. Difco Manual of Dehydrated Culture Media and
Reagents for Microbiology and Clinical Laboratory Procedures. Ninth edition. Detroit Michigan: Difco Laboratories. Halaman 32, 64.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI. Halaman 9.
DitjenPOM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 4-8, 891-898, 1035.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 32-36.
Ditjen POM. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 155-171.
Ditjen POM. 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 516-518.
Ditjen POM. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 323-325.
Ditjen POM. 2000. Parameter standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Depkes RI. Halaman 1,10-11.
Dwidjoseput ro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Halaman 102-105.
Farnsworth, N.R. 1966. Biologycal and Phytochemical Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Science. 553: 262-264.
Gunawan, D., dan Mulyani. 2006. Ilmu Obat Alam Farmakognosi. Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 98-105.
Harborne, J.B. 1973. Phytochemical Methods. London: 11 New Fatter Lane. Terjemahan: Kosasih Padmawinata, dan Iwang Soediro. Metode
Fitokimia. Bandung: ITB. Halaman 147-148. Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I.
Bandung: CV. Yrama Widya. Halaman 170-177. Lachman, L., Herbert, A.L., dan Joseph, L.K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi III. Jakarta: UI Press. Halaman 1091-1092.
Universitas Sumatera Utara
Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Halaman 109.
Lieberman, H.A. 1997. Pharmaceutical Dosage Form: Disperse Sytems. Vol. 1. New York: Marcell Dekker Inc. Halaman 315-319.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Tokyo: Elsevier. Halaman 28-32, 157. Moechtar. 1989. Farmasi Fisik: Bagian Larutan dan Dispersi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Halaman 198. Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta: Erlangga. Halaman 106-
108. Pelczar, M., dan Chan, E.C.S. 1988.Elements of Microbiology. New York:
McGraw-Hill Companies Inc. Terjemahan: Ratna Siri Hadioetomo, Teja Imas, Sutarmi Tjitosomo, Sri Lestari Angka . Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: Penerbit UI-Press. Halaman 117, 145-148. Rawlins, E.A. 2003. Bentleys of Pharmaceutics, Edition 18. London: Baillierre
Tindall. Halaman 22, 35. Robinson, T. 1995.The Organic Constituents of Hight Plant.Fourth Edition. New
York: University of Massachusetts. Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. Bandung: ITB. Halaman
191-193.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. 2005. Handbook of harmaceutical Exipients. Philadelphia: Washington square Press. Edisi V. Halaman 346,
466, 624. Soerartri, W. 2004. Pengaruh Penambahan Asam Glikolat Terhadap Efektivitas
Sediaan Tabir Surya Kombinasi Anti UV-A dan Anti UV-B Dalam Basis Gel. Surabaya: Majalah Farmasi Airlangga. 43: 76.
Tjitrosoepomo, G. 2000. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan.Yogyakarta: UGM-Press. Halaman 315-317.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Editor: Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.
Halaman 11 - 25, 165 – 166. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Halaman 343. Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit
UI-Press. Halaman 59 – 60.
Universitas Sumatera Utara
WHO. 1992. Quality Control Methods for Medicinal Plant Material. Switzerland: Geneva Press. Halaman 25-28.
Wijayakusuma, H., dan Dalimartha, S. 2006. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 13, 42-43.
Wiryowidagdo, S., dan Sitanggang, M. 2002.Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tingg dan Kolesterol. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Halaman 140.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Gambar Tumbuhan Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbí Linn. dan
Buah Belimbing Wuluh Segar
Tumbuhan Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbí Linn.
Buah Belimbing Wuluh segar
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar Simplisia Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbí Linn
dan Serbuk Simplisia BuahBelimbing Wuluh
Gambar simplisia buah belimbing wuluh
Serbuk simplisia buah belimbing wuluh
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar mikroskopik serbuk simplisia
1
2 3
4 Keterangan:
1. Sel rambut biasa
2. Parenkim berisi Kristal kalsium oksalat berbentuk druise
3. Fragmen pembuluh kayu
4. Sel batu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Gambar Sediaan Gel Ekstrak Etanol Buah Belimbing wuluh
Keterangan: FI : Formula dengan konsentrasi ekstrak etanol buah belimbing wuluh10
FII : Formula dengan konsentrasi ekstrak etanol buah belimbing wuluh20 FIII : Formula dengan konsentrasi ekstrak etanol buah belimbing wuluh30
B
: Formula tanpa ekstrak etanol buah belimbing wuluh kontrol
FIII FII
FI B
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar Hasil Uji Homogenitas
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Gambar Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh
Averrhoa bilimbí Linn. Terhadap bakteri Propionibacterium acne Dan bakteri Staphylococcus epidermidis
A
B
Keterangan : A.
Blanko etanol 96, Konsentrasi ekstrak 500 mgml, 400 mgml dan 300 mgml
B. Blanko etanol 96, Konsentrasi ekstrak 200 mgml dan 100 mgml
500
400 300
Blanko
100 200
Propionibacterium acne
Propionibacterium acne
Blanko
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Gambar Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh
Averrhoa bilimbí Linn. Terhadap bakteri Propionibacterium acne Dan bakteri Staphylococcus epidermidis lanjutan
C
D
Keterangan : C.
Blanko etanol 96, Konsentrasi ekstrak 75 mgml dan 50 mgml D.
Blanko etanol 96, Konsentrasi ekstrak 25 mgml Propionibacterium acne
25
Blanko
Propionibacterium acne
Blanko
75 50
Propionibacterium acne
Universitas Sumatera Utara
Lampiran7. Gambar Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh
Averrhoa bilimbí Linn. Terhadap bakteri Propionibacterium acne Dan bakteri Staphylococcus epidermidis lanjutan
A
B
Keterangan : A.
Blanko etanol 96, Konsentrasi ekstrak 500 mgml, 400 mgml dan 300 mgml
B. Blanko etanol 96, Konsentrasi ekstrak 200 mgml dan 100 mgml
Blanko
Blanko 200
100 Blanko
500 400
300
Staphylococcus Epidermidis
Staphylococcus Epidermidis
200
100 Blanko
Staphylococcus Epidermidis
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Gambar Hasil Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh
Averrhoa bilimbí Linn. Terhadap bakteri Propionibacterium acne Dan bakteri Staphylococcus epidermidis lanjutan
C
D
Keterangan : C.
Blanko etanol 96, Konsentrasi ekstrak75 mgml dan 50 mgml D.
Blanko etanol 96, Konsentrasi ekstrak 25 mgml
75 50
Staphylococcus Epidermidis
Blanko
Staphylococcus Epidermidis
Blanko 25
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Gambar Hasil Uji Aktivitas Gel Ekstrak Etanol Buah Belimbing
Wuluh Averrhoa Bilimbi Linn. Terhadap bakteri Propionibacterium acne Dan bakteri Staphylococcus epidermidis
lanjutan
A
B
Keterangan : A.
Blanko basis gel tanpa ekstrak etanol buah belimbing wuluh, Konsentrasi gel ekstrak 300 mgml dan 100 mgml
B. Blanko basis gel tanpa ekstrak etanol buah belimbing wuluh, Konsentrasi
gel ekstrak 200 mgml
200
Propionibacterium acne Propionibacterium acne
300 100
Blanko
Blanko
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Gambar Hasil Uji Aktivitas Gel Ekstrak Etanol Buah Belimbing
Wuluh Averrhoa Bilimbi Linn. Terhadap bakteri Propionibacterium acne Dan bakteri Staphylococcus epidermidis
lanjutan
A
B
Keterangan : A.
Blanko basis gel tanpa ekstrak etanol buah belimbing wuluh, Konsentrasi gel ekstrak 300 mgml dan 100 mgml
B. Blanko basis gel tanpa ekstrak etanol buah belimbing wuluh, Konsentrasi
gel ekstrak 200 mgml Staphylococcus epidermidis
200 Blanko
Staphylococcus epidermidis
Blanko
100 300
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Gambar Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Basis Gel dan Pengawet
Yang Dipakai Dalam Formula Terhadap Bakteri Propionibacterium acne dan Bakteri Staphylococcus epidermidis
A
Keterangan: A.
Pengawet Nipagin 0,15 dan Nipasol 0,05, HPMC Basis gel HPMC 2,75, Blanko etanol 96
B
Keterangan: B.
Pengawet Nipagin 0,15 dan Nipasol 0,05, HPMC Basis gel HPMC 2,75, Blanko etanol 96
HPMC
HPMC
B
Propionibacterium acne
Pengawet
Blanko HPMC
Pengawet Blanko
HPMC
Staphylococcus epidermidis
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 10. Perhitungan Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia
10.1 Perhitungan Kadar Air