18
2. Penelitian Pendahuluan
Pendahuluan dari penelitian ini adalah memproduksi minyak DAG dengan menggunakan metode gliserolisis enzimatis dengan mereaksikan
RBDPO dan gliserol menggunakan jumlah rasio molar minyak:gliserol adalah 2:1. Menurut Kusumo 2008 rasio molar terbaik untuk
menghasilkan minyak DAG adalah dengan mereaksikan minyak RBDPO dengan gliserol dengan perbandingan 2:1.
Proses gliserolisis enzimatis dilakukan dengan mencampurkan minyak, gliserol yang sebelumnya telah ditambahkan silika dengan
perbandingan 1:1 pada reaktor. Setelah suhu campuran mencapai 66
o
C, dimasukkan lipozim TL IM sebanyak 5 dari minyak RBDPO
kemudian dilakukan reaksi dengan agitasi selama 344 menit. Setelah reaksi selesai, minyak DAG yang dihasilkan ditampung dalam wadah dan
sisa yang menempel di reaktor dibilas dengan heksana. Tahap terakhir adalah sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit.
Supernatan diambil dan diuapkan heksananya. Reaktor dan diagram alir penelitian pendahuluan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4
dan 5.
Gambar 4. Reaktor yang digunakan untuk gliserolisis enzimatis ket : a wadah reaktor, b pemanas dengan pengatur suhu, c
agitator, d selang pengalir air panas, e kran pengeluaran
a b
c d
e
19
Gambar 5. Diagram alir penelitian pendahuluan Kusumo, 2008
3. Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh minyak dengan kadar DAG80 dan dengan rendemen yang cukup
tinggi 60. Untuk memperoleh kadar DAG yang tinggi perlu dilakukan proses fraksinasi untuk menghilangkan komponen selain
DAG yang masih terdapat pada minyak tersebut. Jenis fraksinasi yang dipilih untuk penelitian utama adalah fraksinasi dengan pelarut solvent
fractionation . Proses fraksinasi dilakukan dalam dua tahap yaitu proses
kristalisasi dengan cara mengatur kondisi suhu, dan tahap kedua memisahkan fraksi tersebut dengan cara penyaringan filtrasi.
Ditampung dalam wadah
Direaksikan dengan agitator
66
o
C 344 menit RBDPO
Silika Gliserol
Katalis 5
Dicuci Heksana Ditampung di tabung sentrifugasi
Disentrifugasi 5 menit 2000 rpm
20
a. Penentuan waktu fraksinasi
Waktu fraksinasi yang tepat adalah waktu yang diperlukan oleh komponen-komponen dalam minyak yang mengkristal pada suatu
kondisi tertentu untuk mengkristal secara sempurna. Kristalisasi suatu minyak telah sempurna ditandai dengan tidak berubahnya rendemen
dari suatu waktu ke waktu yang lain. Untuk mengetahui waktu kristalisasi yang tepat, perlu dilakukan kristalisasi untuk berbagai
waktu sedangkan suhu dan perbandingan minyak DAG terhadap pelarut tetap.
Penentuan waktu fraksinasi ini dilakukan dengan menimbang contoh minyak DAG sebanyak 5 gram kemudian dilarutkan dalam
pelarut heksana dengan perbandingan minyak terhadap heksana 1:10. Suhu inkubator yang digunakan untuk kristalisasi dipilih 5
o
C. Waktu kristalisasi yang dilakukan adalah 24 jam W1, 48 jam W2 dan 72
jam W3. Penyaringan dilakukan dengan kertas saring Whatman nomor 1.
b. Penentuan perbandingan minyak terhadap pelarut
Perbandingan minyak DAG terhadap pelarut yang tepat untuk fraksinasi akan menentukan kemampuan pelarut untuk melarutkan
komponen-komponen dalam minyak. Apabila perbandingan minyak terhadap pelarut tepat, maka kelarutan komponen-komponen minyak
di dalam pelarut optimal sebelum kristalisasi. Kristalisasi pun akan terjadi secara optimal selama inkubasi. Untuk mengetahui
perbandingan minyak terhadap pelarut yang tepat, perlu dilakukan fraksinasi untuk berbagai perbandingan minyak terhadap pelarut
sedangkan suhu inkubasi dan waktu fraksinasi tetap. Penentuan perbandingan minyak terhadap pelarut ini dilakukan
dengan menimbang contoh minyak DAG sebanyak 5 gram kemudian dilarutkan dalam pelarut heksana dengan berbagai perbandingan, yaitu
minyak : heksana 1:5 R1, 1:10 R2 dan 1:20 R3. Suhu inkubator yang digunakan untuk kristalisasi dipilih 5
o
C. Waktu fraksinasi yang digunakan adalah waktu yang optimum dari tahap penelitian
21 sebelumnya. Penyaringan dilakukan dengan kertas saring Whatman
no 1.
c. Penentuan suhu fraksinasi
Suhu yang diharapkan adalah suhu yang dapat menghasilkan kadar DAG paling tinggi sedangkan kadar komponen minyak yang
lain rendah. Untuk mendapatkan suhu yang diinginkan tersebut, dilakukan fraksinasi dengan berbagai suhu sedangkan waktu
fraksinasi dan perbandingan pelarut dipilih dari hasil optimum pada tahap penelitian sebelumnya.
Kontrol adalah minyak DAG hasil penelitian pendahuluan yang belum dilakukan fraksinasi. Penentuan suhu optimum ini dilakukan
dengan menimbang kontrol sebanyak 5 gram kemudian dilarutkan dalam pelarut heksana dengan perbandingan minyak terhadap heksana
yang optimum pada tahap penelitian sebelumnya. Berbagai suhu yang digunakan untuk fraksinasi adalah suhu 5
o
C T1, 10
o
C T2, dan 15
o
C T3. Waktu fraksinasi yang digunakan adalah waktu yang optimum dari tahap penelitian sebelumnya. Penyaringan dilakukan
dengan kertas saring Whatman no 1. Pada tahap penelitian ini juga akan dilakukan pengamatan
tentang pengaruh suhu terhadap rendemen fraksinasi. Komposisi asilgliserol dari produk fraksinasi dilakukan analisis dengan
menggunakan kromatografi gas GC.
d. Pengaruh jenis dan komposisi beberapa pelarut
Setelah diperoleh waktu, perbandingan minyak terhadap pelarut dan suhu yang optimum untuk menghasilkan minyak dengan kadar
DAG terbaik maka fraksinasi dengan kondisi tersebut dilakukan untuk berbagai jenis dan komposisi pelarut. Jenis pelarut yang dipilih adalah
heksana sebagai perwakilan dari pelarut non polar dan aseton sebagai perwakilan dari pelarut polar serta campurannya dengan berbagai
perbandingan.
22 Komposisi pelarut yang digunakan adalah heksana P1, aseton
P2, campuran asetonheksana 7525 P3, campuran asetonheksana 5050 P4 dan campuran asetonheksana 2575 P5. Pada tahap
penelitian ini akan dilakukan pengamatan tentang pengaruh komposisi pelarut terhadap rendemen fraksinasi. Komposisi asilgliserol dari
produk fraksinasi dilakukan analisis dengan menggunakan kromatografi gas. Diagram alir penelitian pengaruh utama dapat
dilihat pada Gambar 6.
4. Analisis Kuantitatif Asilgliserol Menggunakan Metode Kromatografi Gas GC AOAC, 1995
Produk minyak DAG yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan GC untuk mengetahui persentase komposisi asilgliserol
yang terbentuk. Tahapan pertama analisis GC adalah membuat larutan sampel terlebih dahulu. Sebanyak 50 mg sampel dimasukkan dalam
tabung reaksi kecil untuk kemudian ditambahkan BSTFA sebanyak 0.2 ml, TMCS sebanyak 0.1 ml, dan larutan standar internal sebanyak 0.1 ml.
Tabung reaksi kemudian ditutup rapat-rapat dan kocok dengan vortex. Campuran tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 70
o
C. Setelah itu, tanpa ditunda sampel harus segera diinjeksikan ke dalam alat GC.
Analisis komponen asilgliserol dalam sampel dapat dilakukan dengan membandingkan waktu retensi dari larutan referensi dengan sampel.
Larutan referensi dibuat dengan mencampurkan 0.1 ml larutan referensi dengan 0.2 ml BSTFA dan 0.1 ml TMCS.
23
1. PENENTUAN WAKTU TERBAIK 2. PENENTUAN RASIO