Untuk pengukuran biomassa daun, ranting dan cabang tidak beraturan dilakukan dengan cara penimbangan secara langsung.
2.6 Kerapatan Kayu Wood Density
Kerapatan kayu
merupakan perbandingan massa kayu kering oven gr dengan
volumenya cm
3
Haygreen dan Bowyer 1996. Brown 1997 juga menegaskan bahwa kerapatan kayu merupakan massa kayu kering oven per satuan volume tonm
3
atau gramcm
3
. Sedangkan berat jenis erat kaitannya dengan kerapatan kayu, dimana berat jenis diperoleh dengan membagi nilai kerapatan kayu dengan kerapatan air 1 grcm
3
sehingga berat jenis tidak mempuyai satuan Haygreen dan Bowyer 1996. Berat jenis kering udara bagi suatu tempat tertentu bersifat agak tetap. Di
Indonesia umumnya kayu yang diperdagangkan bersifat sangat basah. Pada keadaan pengarangan yang sama kayu-kayu dengan berat jenis yang lebih tinggi akan memberi
arang kayu yang lebih keras dan lebih berat pada tiap kesatuan isi dari pada kayu-kayu dengan berat jenis yang lebih rendah Seng 1990.
2.7 Karbon
Umumnya kandungan karbon dalam hutan berkisar antara 45-50 dari biomassa dari vegetasi hutan Brown, 1997. Sehingga untuk perhitungan karbon dari hasil
perhitungan biomassa tersebut dikonversi bentuk C ton Cha yaitu dengan mengalikan faktor konversi sebesar 0,5 Handayani, 2002. Kandungan karbon dalam hutan dapat
diduga dengan menggunakan rumus C=B
X
0,5 Dimana : C= Jumlah stok karbon tonha
B= Biomassa diatas tanah Tahapan penentuan kandungan karbon dari sampel tegakan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung kandungan karbon per pohon dengan mengunakan rumus: C= B
X
0,5 2. Hasil dari perhitugan kandungan karbon perpohon dikalikan dengan jumlah individu
per ha maka diperoleh kandungan karbon per ha. Setelah itu hasil perhitungan C dikonversi dalam bentuk CO
2
dengan mengalikan hasil perhitungan C tersebut dengan faktor konversi sebesar 3,67 Handayani, 2002.
Nilai tersebut diperoleh dari rumus kimia C bentuk matematis sebagai berikut :
CO
2
= C
X
3,67
Dimana : CO
2
= Kandungan karbondioksida tonha C = Kandungan karbon tonha
2.8 Kadar Abu
Kadar abu adalah jumlah oksida-oksida logam yang tersisa pada pemanasan yang tinggi. Abu tersusun dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium
dan magnesium. Komponen utama abu dalam beberapa kayu tropis ialah kalium, kalsium, dan magnesium dan silika. Galat dalam penetapan kadar abu dapat disebabkan
oleh hilangnya klorida logam alkali dan garam-garam amonia serta oksida tidak sempurna pada karbonat dari logam alkali tanah Achmadi,1990.
Menurut Haygreen Bowyer 1982 kayu mengandung senyawa organik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada oksigen yang melimpah, residu
semacam ini dikenal sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang tidak terbakar yang mengandung unsur-unsur seperti kalsium ,kalium ,magnesium ,mangan dan
silika. Karena mineral-mineral yang penting untuk fungsi fisiologis pohon cenderung terkonsentrasi dalam jaringan kulit, kadar abu kulit biasanya lebih tinggi daripada kayu.
2.9 Kadar Zat Terbang