Biomassa Metode Pendugaan Langsung

d. Kayu bulat yang tidak memenuhi syarat pengujian kayu karena cacat, bengkok, dan pecah. e. Pohon-pohon belum dikenal atau belum ada pemasarannya non komersil. f. Pohon-pohon lain yang rusak akibat kegiatan penebangan. Kegiatan penebangan ini meninggalkan banyak limbah yang meliputi limbah tunggak, limbah cabang dan ranting, limbah batang atas, limbah potongan pendek. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika 2004 diketahui bahwa limbah yang dihasilkan dari kegiatan pemanenan adalah sebesar 23,268. Jika ditinjau dari asal limbah maka untuk limbah cabang dan ranting merupakan asal limbah yang paling besar 13,115 sedangkan asal limbah paling kecil adalah potongan pendek 1,493. Menurut Darusman 1989, telah banyak ditelaah hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya limbah. Beberapa pakar eksploitasi mengemukakan bahwa limbah kayu di areal penebangan terutama terjadi karena cara pengerjaan yang kurang memperhatikan efisiensi, desain peralatan yang tidak sesuai, organisasi kerja yang kurang baik dan permintaan jenis produk yang kurang menguntungkan. Disamping itu ada faktor-faktor alami yang dipersalahkan sebagai penyebab timbulnya limbah kayu di areal penebangan, yakni topografi berat, musim hujan dan lain-lain.

2.5 Biomassa

Brown 1997 mendefinisikan biomassa pohon sebagai jumlah total bahan organik hidup di atas tanah pada pohon termasuk daun, ranting, cabang dan batang utama yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area. Selain itu jumlah dari biomassa pohon merupakan selisih antara hasil fotosintensis dengan konsumsi untuk respirasi dan proses pemanenan. Penentuan biomassa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya biomassa yang terkandung dalam petak tebangan dan dalam limbah pemanenan. Hampir 50 dari biomassa dari vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon dimana unsur tersebut dapat di lepas ke atmosfer dalam bentuk karbondioksida CO 2 apabila hutan tersebut dibakar. Biomassa dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu biomassa di atas tanah above ground biomass dan biomassa di bawah permukaan tanah below ground biomass. Biomassa di atas tanah adalah berat bahan unsur organik per unit area pada waktu tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem produktifitas, umur tegakan hutan dan distribusi organik. Pendugaan biomassa vegetasi dapat menyediakan informasi tentang simpanan karbon dan nutrisi di dalam vegetasi. Model persamaan allometrik penduga biomassa tegakan telah dikembangkan oleh Brown 1997 dalam berbagai jenis hutan yang dikelompokkan berdasarkan curah hujan Tabel 1. Persamaan yang dikembangkan menggunakan parameter diameter yang diukur setinggi dada orang normal atau dbh 1,3 m dan tinggi total. Penyusunan model allometrik biomassa tegakan juga telah dilakukan Ogawa et al 1965 yang menghasilkan persamaan: Ws = 0,0396 D²H 0, 6326 yang berlaku untuk Ws = biomassa batang, D = diameter dan H = tinggi Tabel 1. Persamaan allometrik penduga biomassa tegakan Sumber : Brown 1997 Menurut Chapman 1976 dalam Sumanti 2003, secara garis besar metode pendugaan biomassa di atas permukaan tanah dapat dikelompokkan menjadi dua cara, yaitu :

a. Metode Pendugaan Langsung

1. Metode Pemanenan Suatu Tegakan Metode ini dapat digunakan pada tingkat kerapatan yang cukup rendah dan komunitas dengan jenis yang sedikit. Nilai total biomassa yang diperoleh dengan menjumlahkan biomassa seluruh tegakan dalam suatu unit area sampel 2. Metode Pemanenan Kuadrat. No Tempat tumbuh Curah Hujan mmth Persamaan Range DBH cm Jumlah sampel pohon R 2 1 Kering 1500 Y = 0,1329D²·³² 5 - 40 28 0,89 Y = 42,69 – 12,8D + 1,242D 2 5- 148 170 0,84 2 Lembab 1500 - 4000 Y = 0,118D²·³¹ 5- 148 170 0,97 3 Basah 4000 Y = 21,3 – 6,95D + 0,74D 2 4 - 112 169 0,92 Metode ini mengharuskan memanen semua tegakan dalam suatu unit area sampel dan menimbangnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan mengkonversi berat bahan organik tegakan yang dipanen di dalam suatu unit area sampel. 3. Metode Pemanenan Tegakan yang Mempunyai Luas Bidang Dasar Rata-rata. Metode ini cukup baik untuk tegakan dengan ukuran seragam. Dalam metode untuk tegakan yang ditebang ditentukan rata-rata diameternya lalu ditimbang beratnya. Nilai total biomassa diperoleh dengan menggandakan nilai berat rata-rata dari semua tegakan sampel.

b. Metode Pendugaan Tidak Langsung

Dokumen yang terkait

Evaluasi Upah Kerja Pemanenan Acacia mangium Wild di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

0 4 64

Pelaksanaan Sistem Pemanenan Daurganda (Multiharvesting Product) pada Pengusahaan Hutan Tanaman Acacia mangium (Studi Kasus di RPH Jagabaya BKPH Parung Panjang KPH Bogor PT. Perhutani Unit III Jawa Barat)

0 7 101

Analisis penetapan harga kayu bulat acacia mangium (Studi kasus di KPH Bogor PT. Perhutani Unit III Jawa Barat)

1 20 202

Studi Penerapan Metode Pohon Contoh (Tree Sampling) Dalam Pendugaan Potensi Tegakan Akasia (Acacia mangium Willd.) di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

0 9 84

Analisis kelayakan usaha kelas perusahaan Acacia mangium KPH Bogor Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten

3 34 95

Pendugaan Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Pada Tegakan Akasia (Acacia mangium Willd.) di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 7 61

: Pendugaan Potensi Kandungan Karbon Pada Tegakan Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 11 75

Model persamaan alometrik biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium (Acacia mangium Willd.): studi kasus pada HTI Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

2 12 66

Pendugaan potensi serapan karbon pada tegakan pinus di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 5 42

Potensi simpanan karbon pada hutan tanaman mangium (acacia mangium willd.) Di kph cianjur perum perhutani Unit iii jawa barat dan banten

1 7 1