Produksi Parameter Penunjang 1. Kualitas Air

menghasilkan senyawa tereduksi seperti CH 4 , H 2 S, NH 3 dan senyawa tereduksi lainnya. Proses penguraian ini akan berjalan lancar dengan ketersediaan oksigen terlarut yang cukup. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 2 4 6 8 10 12 14 Lama Pemeliharaan Minggu ke- B a h a n O rga n ik Tot a l m g L Tambak A Tambak B Gambar 15. Pola dinamika bahan organik total mgL pada media budidaya udang vaname selama penelitian.

4.3.2. Produksi

Produksi udang merupakan biomassa udang pada saat panen. Beberapa parameter yang mendukung produksi adalah ukuran atau bobot rata-rata, laju pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup serta rasio konversi pakan. Hasil pengamatan pertumbuhan udang vaname selama 100 hari pemeliharaan Gambar 16., tampak bahwa pertumbuhan berat rata-rata udang vaname pada kedua petak tambak selama penelitian semakin meningkat seiring dengan lama waktu pemeliharaan. Pada 2 minggu pertama hingga minggu ke 8 pemeliharaan, laju pertumbuhan udang relatif cepat. namun setelah mencapai minggu ke 10 70 hari laju pertumbuhannya mulai melambat hingga akhir penelitian 100 hari. Pertumbuhan udang vaname yang diperoleh diperoleh pada penelitian ini berkisar 14,21–14,29 gekor dengan rata-rata 14,25 ± 0,056 gekor. lebih tinggi dari hasil penelitian Suwoyo et al. 2005 yang mendapatkan pertumbuhan berat udang vaname selama 100 hari pemeliharaan dengan kepadatan 50 ekorm 2 berkisar 13,07-13,64 gekor, namun lebih rendah dari hasil penelitian Adiwijaya et al. 2003 memperoleh berat rata-rata udang vannamei sebesar 16,67 size 60 yang dipelihara selama 120 hari dengan padat tebar benih 50 ekorm 2 . 2 4 6 8 10 12 14 16 B e ra t U d a n g g 14 28 42 56 70 84 98 Umur Udang hari Gambar 16. Pertumbuhan udang vaname L vannamei selama penelitian Pertumbuhan udang vanme pada penelitian ini hasilnya masih lebih rendah bila dibandingkan dengan beberapa hasil kajian budidaya udang vannamei sebelumnya. Anonim 2003 mendapatkan berat rata-rata udang vannamei sebesar 20 gekor dengan laju pertumbuhan 0,18 ghari yang dipelihara dengan padat tebar 90 ekorm 2 dan lama pemeliharaan 110-130 hari. Poernomo 2004 melaporkan bahwa dengan teknologi probiotik pada budidaya udang vannamei dengan padat penebaran 216; 212 dan 244 ekorm 2 yang dipelihara selama 150 hari , diperoleh berat rata-rata udang saat panen dapat mencapai 18,18 ; 18,55 dan 19,61 gekor. Suprapto 2005 melaporkan bahwa udang vaname yang dipelihara dengan padat tebar 125–150 ekorm 2 pada umur 100 hari beratnya sebesar 14,8 gekor dan masih dapat bertumbuh hingga mencapai 20 gekor pada umur 130 hari. Haliman dan Adijaya 2005 menambahkan bahwa udang vannamei dapat dipanen setelah berumur sekitar 120 hari DOC 120, DOC = day of culture dengan berat tubuh berkisar 16–20 gekor. Laju pertumbuhan berat harian spesifik yang diperoleh pada penelitian ini Tabel 5. berada pada kisaran 7,95-7,96 . Laju pertumbuhan berat harian spesifik udang vaname yang diperoleh dalam penelitian ini lebih tinggi dari penelitian Suwoyo dan Hendrajat 2006, yang memperoleh laju pertumbuhan harian udang vaname yang dipelihara pada substrat berbeda yakni pasir pantai, tanah sawah dan tanah tambak masing-masing 4,76 ; 3,84 dan 5,35 hari. Tahe 2008 memperoleh laju pertumbuhan berat spesifik udang vaname dengan perlakuan pengurangan ransum pakan sebesar 5,17-5,26 . Namun hasil penelitian ini lebih rendah dari penelitian Hendrajat dan Mangampa 2007 yang mendapatkan laju pertumbuhan harian udang vaname pola tradisional plus dengan kepadatan 4 , 6 dan 8 masing-masing 9,23; 9,19 dan 9,05 hari. Rachmansyah et al . 2006 memperoleh laju pertumbuhan harian udang vaname berkisar 9,48 – 9,52 hari selama 100 hari pemeliharaan. Arifin et al. 2007 memperoleh laju pertumbuhan harian udang vaname pola sederhana selama 60 hari pemeliharaan sebesar 14,01. Perbedaan laju pertumbuhan yang diperoleh ini disebabkan perbedaan ukuran awal dan kepadatan udang yang tebar, lama pemeliharaan serta wadah budidaya yang digunakan. Tabel 5. Pertumbuhan, tingkat kelangsungan hidup, produksi dan rasio konversi pakan udang vaname selama 100 hari pemeliharaan. Variabel Nilai parameter produksi Kepadatan ekorm 2 Lama pemeliharaan hari Berat awal gekor Berat akhir gekor Laju pertumbuhan spesifik Tingkat kelangsungan hidup Produksi kgpetak Produktivitas kgha Rasio konversi pakan 50 100 0,005 14,21 – 14,29 7,95 - 7,96 83,6 – 89,5 2.308 – 2.319 5.890 – 5.979 1,35 – 1,44 Data berat rata-rata yang diperoleh terhadap waktu pemeliharan hari ke-1 sampai dengan ke-98 Gambar 17., memperlihatkan adanya kecenderungan membentuk persamaan linear Lampiran 9. Hubungan linear yang ditunjukkan oleh berat rata-rata Y, gram terhadap waktu X, hari ; 1 X 98 adalah Y = - 1,67 + 0,157 X dengan nilai R 2 = 0,972 ; adjusted R 2 = 0,970, P 0.01 yang berarti bahwa variasi yang terjadi terhadap besar kecilnya berat udang, 97,20 dapat diterangkan oleh karena adanya pertambahanperubahan umur dan sisanya sebesar 2,80,4 diterangkan oleh faktor lain. Sedangkan nilai R 2 adjusted = 0,970 , berarti bahwa nilai R 2 yang disesuaikan sehingga gambarannya mendekati mutu penjenjangan model dalam populasi bernilai 0,970. Persamaan tersebut dibentuk dengan tingkat kepercayaan yang tinggi P 0,01 sehingga dapat digunakan untuk memprediksi berat rata-rata dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-98 pemeliharaan udang vaname. Umu r h a r i B e ra t u d a n g g 1 0 0 8 0 6 0 4 0 2 0 1 5 ,0 1 2 ,5 1 0 ,0 7 ,5 5 ,0 2 ,5 0 ,0 S 0,906887 R- Sq 97,2 R- Sq ad j 97,0 Fi t t e d Li ne P l ot Be r a t u d a n g g = - 1 , 6 7 3 + 0 , 1 5 6 8 Um u r h a r i Gambar 17. Hubungan antara berat rata-rata udang vaname g dengan umurwaktu pengamatan hari. Sintasan dan produktivitas udang vaname yang diperoleh dalam penelitian ini Tabel 5. berkisar 83,6–89,5 dan 5.890–5.979 kgha tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilaporkan Sugama 2002 bahwa beberapa petambak sangat berhasil membudidayakan udang vannamei dengan produksi berkisar antara 6–12 tonha, kelangsungan hidup 65–85 , konversi pakan 1,0–1,2 dengan lama pemeliharaan 100–110 hari, serta ukuran panen udang antara 12,5–17,0 gekor size 60–80. Bratvold dan Browdy 2001 dengan perlakuan substrat yang berbeda yakni tanpa sedimen, pasir dan aqua mats selama 104 hari pemeliharaan dengan padat tebar 130 ekor m 2 memperoleh sintasan udang vannamei dengan kisaran 65,4–80,8 . Salame dan Salame 2002, diacu dalam Sugama 2002 melaporkan hasil budidaya udang vannamei pada salinitas rendah di Ecuador dengan padat tebar 75–120 ekorm 2 , lama pemeliharaan 100 hari diperoleh hasil sebesar 4,9–5,8 tonhasiklus. Tracee 2002 melaporkan hasil budidaya udang vaname di Texas dengan kepadatan 50–75 ekorm 2 , lama pemeliharan 100 hari mendapatkan produktivitas sebesar 3,36–5,04 tonha. Widiasa 2005 melaporkan hasil budidaya udang vannamei di Kabupaten Barru dengan padat tebar 57 ekorm 2 , lama pemeliharaan 100–105 hari , diperoleh ukuran panen udang 17,5– 19,2 gekor dengan sintasan 81–87 dan produksi mencapai 2,9–3,2 ton3.500 m 2 . Suwoyo et al. 2005 memperoleh sintasan sebesar 67,42–81,38 dan produktivitas tambak udang vaname 4.594,4 - 5.550,4 kgha, pada kepadatan 50 ekorm 2 selama 100 hari pemeliharaan. Nilai rasio konversi pakan yang diperoleh pada penelitian ini 1,35-1,44 tidak jauh berbeda dengan beberapa kajian budidaya udang vaname sebelumnya. Anonim 2003 mendapatkan FCR 1,3 untuk budidaya udang vaname dengan kepadatan 90 ekorm 2 , sintasan 70 - 90 , dan berat udang rata-rata saat panen 20 gekor dengan lama pemeliharaan 110 hari. Trenggono 2003 mendapatkan FCR udang vannamei sebesar 1,4 yang dipelihara di tambak dengan kepadatan 90 eko m 2 dengan lama pemeliharaan 110 hari Haliman dan Adijaya 2005 melaporkan budidaya udang vaname di Sitobondo, Jawa Timur dengan padat tebar 150 ekorm 2 , sintasan 85 , berat akhir 14,28 gekor, menghasilkan udang sebanyak 5.465 kg3000m 2 dengan FCR 1,5. Suwoyo et al. 2005 mendapatkan FCR udang vaname dengan perlakuan jumlah kincir berbeda sebesar 1,80–2,17 yang dipelihara di tambak dengan kepadatan 50 eko m 2 dengan lama pemeliharaan 100 hari Menurut Sutanto 2005 bahwa untuk meningkatkan efisiensi dalam budidaya udang vaname salah satu hal yang perlu dilakukan yakni menggunakan pakan yang berkualitas baik dan berprotein rendah 30 protein sehingga bisa mengurangi pencemaranlebih ramah lingkungan, pengelolaan air lebih mudah, pertumbuhan lebih baik, FCR lebih rendah sehingga biaya pakan menjadi lebih rendah. Huet 1971 menyatakan bahwa konversi makanan dipengaruhi oleh sintasan, kepadatan, bobot individu, perbedaan persentase makanan harian, waktu dan lokasi penelitian serta pertumbuhan biomassa udang. Semakin rendah nilai konversi makanan semakin baik karena sedikit jumlah makanan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan bobot udang.

4.4. Analisis Regresi dan Korelasi