0,0 1,0
2,0 3,0
4,0 5,0
6,0 7,0
8,0 9,0
10,0 11,0
2 4
6 8
10 12
14
Lama Pemeliharaan Minggu ke- Log Tot
a l P
opul a
s i B
a k
te ri
S e
d im
e n
c fu
g
Tambak A Tambak B
Gambar 7. Total populasi bakteri cfug sedimen tambak udang vaname selama penelitian
Jumlah populasi bakteri lebih banyak ditemukan pada sedimen dasar tambak dibandingkan pada air tambak. Hal ini disebabkan karena terjadinya
akumulasi bahan organik sisa pakan, feses, organisme yang mati dan lain-lain pada dasar tambak. Menurut Avnimelech dan Rivto 2003 bahwa Sedimen
tambak kaya akan nutrien dan bahan organik. Konsentrasi nutrien disedimen tambak jauh lebih tinggi dari yang ada di badan air diperkirakan 1 cm ketebalan
sedimen tambak umumnya terdapat 10 kali atau lebih jumlah nutrien yang ada pada 1 m kedalaman badan air. Bahan organik yang melimpah di sedimen
tambak, menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme sangat pesat, sehingga konsumsi oksigen di sedimen tambak menjadi banyak dan dapat mengakibatkan
daerah dasar tambak di bawah permukaan menjadi daerah anoksid tidak beroksigen. Ram et al. 1982 mendapatkan kepadatan bakteri aerob dan
anaerob pada sedimen dasar tambak 2 – 4 kali kepadatan bakteri dari kelompok yang sama dalam kolom air. Ginting 1995 mengemukakan bahwa jumlah
bakteri Vibrio sp yang ditemukan pada sedimen tambak lebih besar dibandingkan yang terdapat pada kolom air.
4.2.5. Laju Sedimentasi
Pengukuran laju sedimentasi pada tambak intensif udang vaname bertujuan untuk mendapatkan data mengenai limbah sedimen yang berasal dari
sisa pakan , hasil metabolisme udang vaname dan partikel lain yang mengendap di
dasar tambak menggunakan perangkap sedimen sedimen trap. Hasil pengukuran laju sedimentasi pada tambak intesif udang vaname terlihat mengalami
peningkatan seiring dengan waktu pemeliharaan udang Gambar 8. Pada bulan pertama pemeliharaan laju sedimentasi rata-rata yang diperoleh sebesar 0,26
gm
2
hari, kemudian pada bulan kedua pemeliharaan meningkat menjadi 0,40 gm
2
hari, pada bulan ketiga pemeliharaan sebesar 1,86 gm
2
hari dan memasuki bulan keempat atau periode akhir pemeliharaan mencapai 5,55 gm
2
hari. Semakin lama waktu pemeliharaan, maka laju sedimentasi semakin cepat
demikian pula jumlah sedimen yang terakumulasi di dasar tambak juga semakin besar. Menurut Boyd 1992, bahan organik yang terakumulasi berupa sedimen
akan semakin meningkat dengan bertambahnya umur pemeliharaan. Pada akhir pemeliharaan diperoleh ketebalan bahan organik 6,4 – 8,5 cm. Cholik dan
Poernomo 1988 mengemukakan bahwa seiring dengan pertumbuhan udang, maka jumlah pakan akan semakin bertambah sehingga sisa pakan hasil
metabolisme udang juga akan bertambah. Beban bahan organik buangan yang harus dipikul oleh kolam budidaya udang semakin meningkat sehingga
berimplikasi pada semakin tingginya tingkat penurunan kualitas media budidaya Rosenbery 2006. Tanpa adanya penanganan khusus tentang hal ini akan
berdampak pada penurunan hasil produksi akibat pertumbuhan yang lambat, peningkatan kerentanan terhadap penyakit dan menurunnya efisiensi konversi
pakan Brune et al. 2003.
0,26 0,40
1,86 5,55
1 2
3 4
5 6
7
1 2
3 4
Lama Pemeliharaan Bulan Ke- La
ju s e
di m
e nt
a s
i g
m
2
h a
ri
Rerata Tambak A
Tambak B
Gambar 8. Laju sedimentasi gm
2
hari pada tambak udang vaname selama Penelitian.
Laju sedimentasi yag diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dibanding dengan hasil yang dilaporkan oleh Fahrur dan Yulianingsih 2006 yang
mendapatkan laju sedimentasi dalam tambak intensif udang vaname pada kepadatan udang 54 ekorm
2
berkisar antara 117,26 – 299,24 gm
2
hari, kepadatan 58 ekorm
2
sebesar 115,74 – 358,63 gm
2
hari, dan pada kepadatan104 ekorm
2
didapatkan laju sedimentasi berkisar 130,20 – 452,29 gm
2
hari. Pada penelitian ini, jumlah sedimen yang diperoleh hingga akhir pemeliharaan sekitar 245,53
gm
2
hari atau sebanyak 982,12 kgpetak siklus pemeliharaan lebih rendah dari beberapa penelitian sebelumnya. Clifford 1998 mengemukakan bahwa pada
tambak intensif dihasilkan sedimen organik sebesar 0,8 kg bahan keringm
2
hari. Menurut Huisman 1987, dalam Harris 1993 menyatakan bahwa bila konversi
pakan 1 : 1,5 ; maka setiap 1 kg pakan akan menghasilkan 514 gram padatan tersuspensi. Jika produksi udang tambak intensif sebesar 5 ton, maka pakan yang
digunakan sebesar 7.500 kg, sehingga akan menghasilkan limbah organik dalam bentuk padatan tersuspensi sebesar 3.855 kg, yang selanjutnya akan terbuang ke
perairan sekitarnya. Hasil penelitian Bachtiar 1994 di TIR Karawang menunjukkan bahwa
pada tambak intensif, setiap siklus per hektar dari 4.188 kg pakan akan terbagi menjadi produksi udang 2.327 kg, dan 1.861 kg pakan yang tidak termanfaatkan
dan sisa metabolisme. Selanjutnya pakan yang tidak dimanfaatkan dan sisa metabolisme tersebut akan mengendap di dasar tambak sebesar 18 1.327,61
kg berbentuk padatan tersuspensi, serta sisanya sebesar 533,39 kg terbuang ke perairan sebagai beban limbah BOD dalam bentuk padatan terlarut. Lebih lanjut
Soewardi 2002, mengemukakan bahwa pada luasan tambak udang 5000 m
2
dengan teknologi budidaya intensif kepadatan udang 210.000 ekorha, total pakan 3,6 ton menghasilkan limbah TSS sebesar 1.230 kg selama pemeliharaan
120 hari. Akumulasi sedimen ditambak udang telah dilaporkan dari beberapa
penelitian sebelumnya. Lemonnier dan Brizard 2001 melaporkan adanya korelasi antara tingkat akumulasi sedimen dengan kepadatan akhir udang pada 13
petak tambak di New Caledonia. Rata-rata laju sedimentasi musiman sekitar 200 tonha dengan ketebalan lapisan ataspermukaan sedimen berkisar 0,25–0,3 gmL,
dengan bagian dasar tambak yang tertutupi oleh sedimen yang baru terdeposit berkisar 5 – 36 dari bagian tambak. Avnimelech dan Rivto 2001, melaporkan
bahwa sekitar 40 dari luasan tambak 1,2 ha di Thailand dan 30 dari luasan 0,2 ha tambak di Carolina Selatan tertutupi oleh sedimen. Boyd 1995
menemukan bahwa sedimen yang terakumulasi dalam tambak udang di Thailand sebagian besar terdiri atas mineral tanah yang berasal dari longsoran dinding
pematang. Sementara Smith 1996 menemukan 70 – 80 dari sedimen yang terakumulasi didasar tambak merupakan campuran dari kuarsa, kaolinit dan
mineral mika, 5-10 besi, aluminium dan mineral silikon oksida, 5- 10 bahan organik dan bahan –bahan yang mudah menguap serta mineral lainnya.
Akumulasi karbon C, Nitrogen N dan Phosfor P yang merupakan bagian nutrien nutrient budget di dasar tambak ikanudang telah dilaporkan oleh
beberap peneliti sebelumnya. Kebanyakan bahan yang terakumulasi di dasar tambak kolam ikan yang telah dipanen mengandung 75 nitrogen, 80 phosfor
dan 25 karbon organik. Avnimelech dan Rivto 2001. Lin dan Nash 1996 melakukan penelitian yang serupa , mengestimasi sekitar 26 nitrogen dan 24
phosfor dari pakan yang diberikan selama budidaya terakumulasi disedimen tambak udang intensif. Sementara Funge-Smith dan Briggs 1998 mendapatkan
sedimen yang terakumulasi didasar mengandung 24 nitrogen dari pakan dan 84 phosfor. Paez-Osuna et al. 1999 memperkirakan sekitar 47,2 input phosfor
diakumulasi sedimen tambak udang. Martin et al. 1998 menemukan bahwa lebih dari 38 dari total input nitrogen terakumulasi disedimen dasar tambak. Lebih
lanjut Hopkins et al. 1994 melaporkan bahwa sumber akumulasi sedimen di dalam tambak udang berasal dari pakan yang tidak termakan, feses,
planktondiatom yang mati dan membusuk, erosi tanah tambak dan jasad renik merupakan bagian dari sedimen. Meagaung 2000 mengemukakan bahwa pakan
buatan merupakan faktor pengelolaan yang sangat berpengaruh nyata terhadap peningkatan ketebalan lumpur pada dasar tambak tambak udang intensif. Lebih
lanjut dikatakan bahwa pakan buatan sangat potensial menyebabkan akumulasi bahan organik pada tanah dasar tambak udang intensif, terlihat dari jenis rantai
karbon yang dimiliki pakan buatan C
9 -
C
29
mendekati jenis rantai karbon sedimen tambak udang intensif pasca panen C
10
– C
28
Menurut Avnimelech 1995, selama pemeliharaan udang, nutrien dan residu bahan organik cenderung terakumulasi di dasar kolamtambak dan
akumulasi yang berlebihan ini akan mengakibatkan pembusukan didalam tambak. Luas area yang tertutupi oleh lumpursedimen yang merupakan ciritipe dari
tambak di Thailand mencapai hampir sekitar 50 dari luasan kolam yang berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan, aktivitas dan kesehatan udang.
Dalam sistem budidaya Intensif, Delgado et al. 2001 melaporkan bahwa kelimpahan udang secara nyata menurun pada bagian tengah tambak yang banyak
terakumulasi sedimen berpengaruh kurang baik terhadap petumbuhan dan kesehatan udang. Avnimelech dan Rivto 2003, melaporkan bahwa akumulasi
sedimen di dalam tambak udang harus dikurangi karena dapat meningkatkan memperkaya kandungan bahan organik, nitrogen dan fosfor. Bahan-bahan
tersebut merupakan awal produk anaerobik yang beracun yang diduga berasal dari sedimen yang dapat menyebabkan stress pada udang, mengurangi vitalitas,
resistensi dan kepekaan terhadap penyakit, penurunan nafsu makan, pertumbuhan lambat dan rendahnya sintasan udang Lemonnier dan Brizard 2001.
4.2.6. Konsumsi Oksigen Sedimen