Ketersediaan Air Tanah Pengembangan kebijakan pembayaran jasa lingkungan dalam pengelolaan air minum: studi kasus DAS Cisadane Hulu

131 Air tanah yang terbentuk atau terakumulasi di Cekungan Bogor secara alami mengalir ke arah Utara cekungan Jakarta karena daerah imbuhan air tanah berada di Selatan lereng utama Gunung Pangrango dan Gunung Salak. Wilayah batas cekungan di Barat dan Timur merupakan batuan sedimen tersier yang kelulusannya rendah terhadap air kedap air. Air tanah merupakan sumberdaya alam yang potensinya baik kuantitas dan kualitasnya bergantung pada kondisi lingkungan tempat proses pengimbuhan groundwater recharge, pengaliran groundwater flow, dan pelepasan air bawah tanah groundwater discharge yang berlangsung pada suatu wadah yang disebut cekungan air bawah tanah. Seusai keterdapatannya, air tanah dapat dibedakan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Volume air tanah yang digunakan untuk berbagai kegiatan usaha di Kabaupaten Bogor mencapai 338 727.20 m 3

4.6 Ketersediaan Air Tanah

per hari Data SoER Kabupaten Bogor 2007 dalam DESDM 2009. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Propinsi Jawa Barat DESDM 2009 mengungkapkan bahwa terbentuknya air tanah di Cekungan Bogor banyak dipengaruhi oleh adanya Kawasan Imbuhan atau Daerah Peresapan recharge area di daerah hulunya, yaitu: 1 kawasan imbuhan di lereng Gunung Salak adalah 90 x 106 m 3 per tahun atau 26.14 m 3 per hari, 2 kawasan imbuhan di lereng Gunung Pangrango adalah 70 x 106 m 3 per tahun atau 20.33 m 3 per hari; dan 3 kawasan imbuhan di lereng utama Gunung Kencana 20 x 106 m 3 per tahun atau 5.81 m 3 per hari www.bogorkab.go.id dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor 2009. Pada dasarnya ketersediaan air tanah berdasarkan pada pengisian kembali air tanah yang terjadi atau jumlah imbuhan air tanah yang berasal dari curah hujan yang masuk ke cekungan air tanah. Menurut peta cekungan air tanah, dapat dihitung jumlah imbuhan air tanah di wilayah cekungan air tanah CAT Bogor DESDM 2009, sebagai berikut: 132 Imbuhan air tanah bebas : 1 019 juta m 3 per tahun atau sekitar 32 312 liter per detik. Imbuhan air tanah tertekan: 37 juta m 3 per tahun atau sekitar 1 173 liter per detik. Apabila diasumsikan bahwa ketersediaan air tanah dapat dimanfaatkan hanya 50 saja dari imbuhan yang terjadi maka jumlah ketersediaan air tanah di lokasi penelitian mencapai 509 juta m 3 per tahun atau sekitar 16 156 liter per detik untuk air tanah bebas dan sekitar 18.50 juta m 3 per tahun atau sekitar 587 liter per detik untuk air tanah tertekan. Dengan demikian secara keseluruhan, ketersediaan air tanah mencapai 527.50 juta m 3 Imbuhan air tanah bebas : 481.60 juta m per tahun atau sekitar 16 726.92 liter per detik. Ketersediaan air tanah dapat dihitung pula menurut perhitungan hidrologi DESDM 2009. Hasil perhitungan hidrologi menunjukkan bahwa imbuhan air tanah di wilayah studi yang merupakan bagian dari wilayah CAT Bogor, maka dengan rata-rata tahunan curah hujan mencapai sekitar 3.256 mm; catchment area: 591.65 km2, dan koefisien infiltrasi 25 maka ketersediaan air tanah adalah: 3 Imbuhan air tanah tertekan: 17.49 juta m per tahun atau sekitar 15 271.44 liter per detik. 3 per tahun atau sekitar 554.60 liter per detik. Total air tanah: 499.09 juta per tahun atau sekitar 15 826.04 liter per detik. Diasumsikan bahwa ketersediaan air tanah dapat dimanfaatkan hanya 50 dari imbuhan yang terjadi maka jumlah ketersediaan air tanah di lokasi penelitian mencapai 249.55 juta m 3 per tahun atau sekitar 7 913.18 liter per detik. Dengan demikian bila diambil rata-rata dari ketersediaan air tanah berbasis perhitungan hidrologi 249.55 juta m 3 per tahun atau 7 913.18 liter per detik dengan berbasis CAT Bogor sebesar 527.5 juta m 3 per tahun atau sekitar 16 726.92 liter per detik, maka hasilnya diperkirakan mencapai 388.53 juta m 3 per tahun atau sekitar 12 320.21 liter per detik. 133

4.7 Mata Air