BAB IV PERANAN GEREJA HKBP DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT
BALIGE DISTRIK XI TOBA HASUNDUTAN 1954-1981
4.1 Tata Pelayanan
Selain melayani diakonia, bentuk pelayanan gereja harus mensejahterakan masyarakat sekitar, seperti apa yang dikatakan Nabi Yeremia. Maka Gereja menjadi tempat
mengadu bagi semua jemaat dan masyarakat sekitanya. Kalau Gereja sudah menjadi tempat mengadu, maka Gereja sudah menjadi titik sentral dalam rangka melayani masyarakat itu.
“Bukan Gereja yang mengadu pada masyarakat, tapi masyarakat yang mengadu pada Gereja. Itu harus dimulai dari Gereja yang membuka diri. Gereja sebagai institusi harus
mendorong masyarakatnya. Jadi kalau Gereja menanamkan, membangun dan membina kepercayaan itu di tengah-tengah masyarakat, maka masyarakat pun akan percaya. Kalau
masyarakat tidak percaya pada Gereja yang bisa menolong atau membantu, bagaimana masyarakat itu mau datang ke Gereja.
45
Bahwa ada 3 tritugas Gereja, yaitu koinonia, marturia, dan diakonia. Gereja terlalu memprioritaskan pembangunan fisik gereja tetapi kurang melakukan peran untuk
peningkatan iman jemaatnya. Sehingga meskipun Gereja bertambah, tetapi iman jemaatnya tidak meningkat seperti peningkatan gedung-gedung Gereja. Dalam kerangka kehidupan
45
Wawancara, Pdt. Nelson Siregar pada tanggal 23 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
bersama sebagai suatu bangsa, peranan Gereja dan kontribusinya pada masyarakat dan negara sangat penting dan tidak dapat diabaikan begitu saja.
Gereja sebagai persekutuan orang percaya senantiasa membutuhkan keteraturan dan ketertiban dalam pelaksanaan pelayanan. Untuk itu diperlukan warga jemaat yang tergerak
untuk terlibat dalam pelayanan agar gereja dapat secara teratur melaksanakan kegiatannya. Disinilah warga jemaat dipanggil untuk mewujud nyatakan peran sertanya. Misalnya ada
kesediaan diri untuk dipilih menjadi Penatua, Diaken, Pelayan di Komisi Pembinaan atau di Kepanitiaan suatu kegiatan. Kalau tidak ada warga jemaat yang tergerak untuk terlibat
dalam penataan pelayanan, bisa dipastikan gereja atau jemaat akan mengalami kelesuan.
Tentulah tidak ada seorangpun menghendaki hal itu terjadi. Satu hal yang patut diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa setiap orang yang tergerak untuk terlibat dalam
penataan pelayanan haruslah mengutamakan kehendak Tuhan. Artinya, keterlibatan itu bukan karena ingin menonjolkan diri atau agar dihormati oleh orang lain, melainkan agar
kehendak dan karya Tuhan sendiri yang berlaku.
Sekalipun gereja membutuhkan penataan organisasi, namun pada hakekatnya organisasi itu tidak memiliki jiwa hirarkhis adanya atasan dan bawahan, artinya seorang
pemimpin bukanlah penguasa, sedangkan warga bukanlah yang harus selalu tunduk. Organisasi itu berlandaskan prinsip pembagian kerja sesuai dengan talenta masing-masing.
Seseorang terhadap seseorang lainnya adalah sejajar. Dalam bahasa Alkitab seorang
pemimpin adalah hamba.
Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya penataan yang jelas diharapkan warga jemaat pun akan menjalankan perannya sebagai sesama anggota Tubuh Kristus, misalnya dengan menyampaikan ide-ide
segar untuk peningkatan dan pengembangan gereja. Ide-ide itu bisa disampaikan pada saat Ibadah Rumah Tangga, “rembug warga”, atau secara langsung kepada Majelis Jemaat atau
Badan Pembantu Majelis Jemaat.
Dalam HKBP tidak pernah melayani orang atau jemaat yang tidak jelas status atau posisi kegerejaannya. Bila ada surat keterangan yang menunjukkan bahwa dia terdaftar
dalam satu gereja, barulah dia dilayani sesuai dengan kebutuhannya. Sintua, pendeta dan pelayan lainnya di HKBP hanya melayani jemaatnya. Itu berarti tidak ada sintua atau pun
pendeta sedunia yang dapat melayani siapa saja, manusia yang ada di dunia ini. Terutama yang sifatnya pelayanan kegerejaan. Kelompok atau organisasi yang memilih, mengangkat
dan menetapkannya yang mengakuinya, misalnya sebagai sintua atau pendeta. Yang lainnya dapat diakui hanyalah bila ada hubungan oikumenis.
46
Pelayanan senantiasa harus digerakkan oleh kasih. Pelayanan yang tidak beralaskan kasih pada akhirnya menghasilkan arogansi kekuasaan. Kasih dan pelayanan adalah prinsip
yang menentukan keberhasilan program-program pemberdayaan untuk perubahan sosial dan lingkungan. Implikasinya adalah semua program dalam bidang persekutuan, kesaksian
dan pelayanan HKBP harus didesain sedemikian rupa berdasarkan pemahaman teologis eklesiologis terhadap tantangan aktual gereja. Sudah waktunya bagi HKBP keluar dari
46
Wawancara
,
Pdt. Rachman Tua Munthe, MTh. Praeses HKBP.
Universitas Sumatera Utara
jebakan aktivitas formal dan rutinitas ceremonial, yang hanya akan memperkuat struktur dan melemahkan kemandirian jemaat. HKBP harus fokus kepada pelayanan berdasarkan
kasih Kristus, sehingga seluruh jemaat mampu mengaktualisasikan pelayanan yang benar- benar menyentuh, sebagai implementasi pertumbuhan iman, kasih dan pengharapan.
Tujuan pelaksanaan tugas pelayanan para pelayan gereja adalah memberdayakan atau memperlengkapi Persekutuan orang kudus menjadi jemaat yang dapat melakukan
karya diakonia yang transformatif. Jadi, jemaat adalah basis. Bila Jemaat adalah basissubjekpelaku misi pelayanan Diakonia, maka posisi para pelayanan gerejawi adalah
benar-benar sebagai pelayan yang hadir memperlengkapi warga jemaat. Melalui metode ini, akan tercipta suatu model pelayanan yang disebut dengan pelayanan diakonia yang
transformatif, dimana umat sebagai barisan terdepan mampu menyikapi berbagai keadaan yang terjadi. Persekutuan orang kudus dimandirikan melalui jiwa yang missioner, sehingga
dengan demikian, mereka sendiri yang akan kembali membawa roh misi pelayanan Diakonia yang transformatif itu ke dalam pekerjaannya sehari hari.
47
Sebagaimana telah dipahami bahwa unit pelayanan ini adalah pelayanan yang masih relatif baru dalam struktur pelayanan di HKBP. Selama ini strategi pelayanan masih
melakukan pendekatan development saja, tetapi dengan adanya program baru ini sesuai dengan tuntutan visi dan misinya HKBP yang inklusif, edukatif, serta mempertimbangkan
pendekatan berdasarkan kode etik kemanusiaan. Maka dalam periode ini unit pelayanan ini
-Dalam bidang sosial
47
Nelson Flores Siregar dan Dr. Jamilin Sirait, Tata penyusunan penyelenggaraan tahun Diakonia.
Universitas Sumatera Utara
telah mengupayakan pemberdayaan pelayanan yang bersifat edukatif, dan advokasi kebijakan yang memihak jemaat dan rakyat lemah, miskin dan tertindas.
Untuk pencitraan pelayanan baru ini terlihat telah berlangsung proses baru dari pelayanan di atas jemaat, distrik dan pusat. Juga telah terjadi respons baru pelayanan
terhadap bencana alam. Antara lain, HKBP telah merespon program terhadap korban tsunami di Aceh dan Nias, gempa bumi di Nias dan Mentawai. Demikian juga ketika
merespon korban banjir bandang di Tanah Alas, gempa bumi di Bantul Yogyakarta, tsunami di Pangandaran, banjir bandang di Besitang, banjir di Jakarta, gempa di Tapsel dan
Sumatera Barat. Ini menunjukkan bahwa telah ada minimal 5 kesadaran baru di tubuh HKBP merespond kejadian bencana alam.
Pertama, telah ada kesadaran yang spontan, cepat dan responsip dari berbagai distrik di HKBP untuk mengirimkan bantuannya ke jemaat yang terkena bencana.
Kedua, setiap distrik bahkan sudah mampu memotivasi warganya untuk langsung membantu masyarakat yang terkena bencana, tanpa menunggu surat dari kantor pusat. Ini
patut dihargai, karena disana sudah terlihat adanya kebangkitan tanggung jawab dan fungsi pelayanan di distrik dan resort.
Ketiga, telah bertumbuh spontanitas seperti telah dimulainya membudayakan distrik dengan adanya usaha melatih tenaga menghadapi terjadinya bencana sewaktu-waktu.
Keempat, HKBP jika dahulu hanya mampu membantu jemaat dan masyarakat yang terkena bencana dalam bentuk dana solidaritas, maka saat ini sudah sampai kepada tahap
rehabilitasi. Kelima, melalui pelayanan HKBP melayani korban peristiwa tsunami, HKBP telah
didorong untuk mengembangkan managemen pelayananya terhadap para survivor secara
Universitas Sumatera Utara
professional dan sesuai dengan kode etik internasional. Sehingga HKBP melalui program implementer dari lembaga YTBI telah dapat melakukan pelayanan mulai dari program
emergency, rehabilitasi, rekonstruksi dan mitigasi serta prepardness. Kini HKBP telah diakui kapasitas lembaga dan managemennya dari YTBI, dan dari lembaga Auditor
Internasional. Halnya HKBP ke depan perlu membenahi kelembagaannya agar terbuka juga menerima keanggotaan dari anggota gereja Lutheran lainnya di Indonesia. Sebab hanya
dengan cara itu lembaga tersebut dapat menjadi bagian terpercaya untuk menjalankan program dalam kategori internasional dan nasional. Kini lembaga ini dipimpin oleh Dr.
Jongkers Tampubolon, MSc. Keenam, karena HKBP telah diakui komitmen dan konsistensi melayani masyarakat
yang terkena bencana, maka HKBP dinilai tidak lagi hanya memikirkan warga HKBP saja, tetapi mencakup masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan visi HKBP yang inklusif.
Selain itu, ada juga peranan Gereja terhadap masyarakat dalam bidang sosial, yaitu untuk membaharui tekad untuk bersama kaum miskin dan lemah berperan merubah kondisi
ketidakadilan, memperbaiki kerusakan lingkungan dan membawa damai dimana terjadi kekerasan dengan terus menumbuhkan sikap berani memulai dengan kekuatan dan potensi
yang ada, betapa pun kecilnya, tanpa menggantungkan diri pada bantuan luar. Mendorong warga jemaat yang diberkati Tuhan dengan kekuatan ekonomi besar, agar lebih jujur dan
bijak dalam mencari jalan memperbaiki hidup kaum miskin dan lemah serta lingkungan hidup yang rusak.
48
48
Wawancara , Pdt. Nelson F. Siregar STh, tanggal 30 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
Upaya memaksimalkan peran sosial gereja HKBP ditengah pelayanan yang berorientasi kemanusiaan dan berbangs juga telah terumuskan dengan baik adanya
kemungkinan melembagakan pelayanan dalam bentuk Yayasan, atau lembaga lainnya, termasuk pengadaan Forum di aras distrik dan Pusat. Jika hal ini dikaji, maka bukan tidak
mungkin terjadi adanya forum tokoh warga jemaat HKBP, forum petani, forum pelayanan Buruh, Nelayan, kepedulian terhadap penggangguran, penginjilan pada masyarakat miskin
kota, mahasiswa, dan sebagainya. Jika kehadiran HKBP tanpa mengusung nama HKBP ini menampilkan kerelaan HKBP menampilkan dirinya dengan wajah yang satu pihak
memiliki kemampuan membuka jaringan dengan pihak pemerintah dan masyarakat umumnya. Sehingga HKBP dapat hadir menyatakan kasih Kristus yang universal.
49
Masyarakat Kristen merupakan bagian dari tubuh Kristus yang bertugas untuk melayani masyarakat. Bentuk pelayanan itu ditarik dari pengabaran Injil dan gereja pun
mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi mengenal Tuhan. Karena sebelum masyarakat Batak Toba Kristen, mereka menganut mengenal agama system Mulajadi
Bidang sosial dalam gereja HKBP ini mampu berperan kepada masyarakat untuk menyatakan kasih Kristus dan berperan aktif dalam melayani masyarakat. Sejauh ini HKBP
Balige juga sangat banyak berperan terhadap masyarakat, baik itu masyarakat dari dalam maupun dari luar. Sehingga sesama masyarakat saling berbagi dalam bentuk pelayanan dan
saling membantu bagi Gereja.
-Dalam bidang kepercayaan
49
Ibid, Wawancara Pdt. Nelson F. Siregar STh, tanggal 30 April 2011.
Universitas Sumatera Utara
Nabolon atau menganut pengaruh animisme. Tetapi dengan adanya ajaran missionearis Kristen, maka masyarakat Batak Toba pun semakin mengenal Tuhan dan menjalankan
ajaran Tuhan. Adapun peranan Gereja di tengah-tengah masyarakat dalam bidang kepercayaan
yaitu untuk memberikan semangat bagi masyarakat dan jemaat Balige dalam hal beribadah. Gereja juga mengajak masyarakat untuk ikut serta mengambil bagian dalam pelayanan
berupa Pengabaran Injil bagi masyarakat yang belum mengenal Tuhan. Dan disinilah Gereja HKBP berperan aktif untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat bagi Tuhan
sebagai sang pencipta. Bahkan masyarakat percaya akan ajaran Tuhan dalam Kitab Suci dan tetap menjalankan perintah-Nya. Adapun sasaran peranan tersebut yaitu gereja
merupakan tubuh Kristus dan bekerja sebagai tempat beribadah bagi jemaat, serta mampu mengembangkan visi dan misi gereja.
Pertama, gereja perlu lebih memahami jati diri dan misi panggilannya di dunia secara lebih jernih dan komprehensif. Dengan menjadikan Alkitab sebagai dasar pijakan
utama dan belajar dari sejarah gereja sepanjang zaman dan tempat, gereja memposisikan dengan tepat dirinya dalam masyarakat yang beragam keberadaannya dan yang terus
berubah. Kedua, gereja harus memiliki sikap yang jelas dan tegas terhadap persoalan-
persoalan yang dihadapi oleh negara pada masa kini. Sikap terhadap pluralitas agama, kemiskinan dan kebodohan, adat dan budaya, serta hal-hal relevan lainnya, harus menjadi
agenda dan kajian dalam menetapkan dasar dan arah pembinaan dan pelayanan warga gereja.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, perlunya keberanian dan kemauan dari pimpinan dan warga gereja untuk terus mentransformasi dirinya, sehingga setiap warga gereja boleh bertumbuh dan
kemudian dapat berperan aktif dan tepat memenuhi panggilan pelayanannya. Keempat, pentingnya kesatuan gereja sebagai tubuh Kristus yang memiliki
keunikan karunia, panggilan, dan situasi konteks yang dihadapi. Keberbedaan bukanlah untuk dipertentangkan, namun justru sebaliknya, seharusnya membuat gereja mensyukuri
kekayaan dan kelengkapan tubuh Kristus.
50
Dalam bidang kepercayaan ini juga gereja mampu mengembangkan visi dan misi gereja sebagai bagian dari tubuh Kristus. Maka dari itu masyarakat semakin percaya bahwa
Gereja HKBP turut berperan aktif dalam pelayanan masyarakat, khusunya dalam bidang kepercayaan. HKBP berusaha untuk membangkitkan semangat masyarakat dalam
beribadah dan berdoa. Selain itu juga Gereja HKBP mengingatkan kepada jemaat yang sudah mengenal Kristus agar turut mengabarkan Injil kepada masyarakat lain yang belum
mengenal Kristus lebih dalam. HKBP Balige memang benar-benar melengkapi gerejanya sebagai bagian dari tubuh kristus bagi jemaat yang bertumbuh dalam iman dan pelayananan
warga gereja. Dalam bidang kepercayaan inilah gereja mampu menjadi tubuh Kristus yang
mempunyai Visi dan Misi gereja agar masyarakat mampu menjadi bagian dari tubuh Kristus agar dapat menarik masyarakat lainnya untuk mengikuti ibadah di gereja HKBP
Balige tersebut. Masyarakat pun benar-benar semakin bertumbuh dalam iman dan bentuk pelayanan warga gereja.
50
Winfrid Prayogi, Veritas, Jurnal Teologi dan Pelayanan, Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2004, hal. 39-51.
Universitas Sumatera Utara
gereja adalah bagian tubuh Kristus yang tidak bisa diluakan dalam hidup masyarakat. Sehingga banyak masyarakat yang percaya bahwa Tuhan adalah Juruselamat dan inilah
tugas dari gereja untuk masyarakat Kristen. Gereja HKBP Balige memberikan kepercayaan penuh terhadap jemaat Kristiani,
dimana jemaat diajak agar jemaat mengikuti ibadah dan kebaktian di gereja tersebut. Karena gereja merupakan tubuh Kristus yang telah diberikan kepada manusia untuk
dijalankan dan tidak pernah dilupakan baik itu ajaran maupun perintah Tuhan. Sehingga masyarakat Balige mampu untuk mengikuti ibadah setiap minggu di gereja tersebut, itu
semua karea tata pelayanan panitia gereja yang membuat jemaat semakin banyak yang beribadah ke gereja.
Kepercayaan masyarakat Batak Toba sebelum datangnya agama Kristen adalah menganut sistem Debata Mula Jadi Nabolon Allah yang tidak bermula dan berakhir Yang
mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu.
Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak mengenal tiga konsep, yaitu: • Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi
memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka
diadakan upacara mangalap menjemput tondi dari sombaon yang menawannya. • Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki
tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
Universitas Sumatera Utara
• Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. HKBP adalah Gereja, bukan lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Oleh sebab