Dalam menyampaikan Injil, Nommensen dibantu oleh Raja Pontas Lumban Tobing Raja Batak pertama yang dibabtis untuk mengantarnya dari Barus ke Silindung dengan
catatan tertulis bahwa Ia tidak diterima baik oleh penduduk. Setelah tujuh tahun Nommensen melakukan penginjilan, orang Batak yang masuk Kristen berjumlah 1.250
jiwa.
3.2 Perkembangan Gereja HKBP Ressort Balige
Sesuai perkembangan gereja, pada masa awal gerakannya berciri sosial budaya dan keagamaan. Pengorganisasiannya terjadi menurut daerah asal, suku atau agama serta
kemudian ideologi, dengan tujuan yang mula-mula lebih terkait pada soal sosial budaya dan ekonomi. Organisasi “suku-suku Kristen” lebih merupakan organisasi kesukuan atau
kedaerahan daripada keagamaan, walaupun dipimpin dan beranggotakan mayoritas orang Kristen. Tetapi organisasi-organisasi ini diuraikan di sini karena memperlihatkan latar
belakang sosial dan politik orang Kristen Indonesia, serta sekaligus menjadi wadah alternatif. Memang organisasi-organisasi itu tidak dapat dianggap langsung menjalankan
atau mewakili pihak Kristen dalam pergerakan nasional, kecuali yang jelas menegaskan diri sebagai organisasi Kristen.
Perkembangan Gereja HKBP Balige diawali dengan masuknya para missonaris Kristen ke Tanah Batak yang bertujuan untuk mengabarkan Injil bagi masyarakat Batak dan
memberikan ajaran Tuhan serta mendirikan pendidikan di Tanah Batak. Perkembangan ini secara perlahan semakin maju dan dapat dirasakan oleh masyarakat Balige dan masyarakat
yang berkunjung ke Balige. Warga jemaat yang beribadah di gereja HKBP Balige tersebut
Universitas Sumatera Utara
dapat merasakan betapa besarnya peranan Gereja, termasuk pendeta yang tak henti- hentinya mengajak masyarakat untuk dapat beribadah di gereja tersebut. Hal itulah yang
terus meningkatkan perkembangan gereja HKBP tersebut. Setelah Kristen dapat di terima dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh para
missionaris, pada tahun 1966 HKBP melakukan tugasnya untuk menjalankan misi yaitu mengkristenkan seluruh tanah Batak yang masih berkepercayaan sipelebegu penyembah
berhala secara damai dan tidak secara paksaan. HKBP di Balige semakin bermasyarakat dimana program yang dilaksanakan oleh para missionaris zending ini di Tanah Batak
berkembang dengan pesat karena mencakup aspek-aspek yang berkaitan langsung kepada pembaharuan kehidupan.
29
Tibanya Jepang ke Tanah Batak merupakan hambatan bagi para missionaris untuk menjalankan programnya. Setelah Jepang berkuasa diseluruh Tanah Batak, mereka
menangkap Bangsa Eropa termasuk Pendeta-Pendeta Jerman yang bertugas untuk program misinya. Selama kepemimpinan Jepang di Indonesia program kristenisasi terhambat.
Perkembangan HKBP di Balige ditandai dengan berdirinya Distirk XI Toba Hasundutan. Akan tetapi distrik ini mengalami kekosongan karena zaman itu berakhirnya
kekuasaan Belanda di Indonesia dan masuknya tentara Jepang untuk menguasai seluruh Asia yang bersemboyangkan gerakan 3A yaitu Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin
Asia, dan Jepang Cahaya Asia. Dengan gerakan ini Jepang berhasil menguasai sebagian Asia termasuk Indonesia.
29
Bungaran Antonius Simanjuntak, Dr, Arti dan fungsi Tanah bagi masyarakat Batak, KSPPM, 2004, hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
Jepang melakukan perampasan harta dan asset-aset HKBP seperti rumah sakit, gereja, sekolah, dan tempat tinggal pendeta untuk dijadikan sebagai keperluan perang, dan gedung
digunakan sebagai pos tentara Jepang. Walaupun Jepang tidak mendukung program kristenesasi, HKBP tetap menjalankan misinya.
30
Kalau diterjemahkan Huria Kristen Batak adalah wadah persekutuan dari orang yang berasal dari segala kelompok, kalangan dan suku bangsa yang berada di seluruh
Indonesia, serta di seluruh dunia ini, yang dibaptis ke dalam Nama Allah Bapa, Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. Gereja ini adalah suatu perwujudan nyata dari Tubuh
Kristus, yang menyaksikan kesatuan orang percaya di seluruh dunia ini. Pada tahun 1968 perkembangan gereja HKBP Balige juga dilihat dari segi
bangunan yang besar karena dari tahun ke tahun gereja HKBP tersebut tidak pernah lepas dari pembangunan. Selain itu juga, banyak jemaat yang beribadah ke gereja tersebut karena
melihat situasi dan kondisi gereja yang nyaman dan panitia gereja juga yang tidak hentinya mengajak masyarakat untuk melakukan ibadah dan mengabarkan Injil.
Dalam Almanak HKBP 1968 di halaman 3 ditulis: Huria Kristen Batak Protestan ima pardomuan ni halak Kristen sian sude marga,
houm dohot bangso di Indonesia on dohot di sandok portibi on, na tardidi tu bagasan Goar ni Debata Ama, AnakNa Tuhan Jesus Kristus dohot tondi Parbadia. Ima sada hapataran di
pamatang ni Kristus na marpanindangion na manghamham na porsea di sandok portibi on.
31
30
Skripsi, Sejarah HKBP di Tapanuli Utara, Universitas Negeri Medan.
31
Hotman J. Lumban Gaol, Jubileum HKBP, Medan : 1998, hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
Gereja merupakan suatu organisme yang hidup dengan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus sehingga dapat menyembah, bersekutu, bertumbuh, melayani, dan
menginjili. Namun gereja yang hidup, dinamis, dan berkembang juga membutuhkan organisasi yang tertib supaya dapat berjalan baik. Inilah yang dihadapi jemaat mula-mula
dalam tahun-tahun permulaan gereja. Pada saat jemaat masih kecil dan urusan belum banyak, para rasul masih dapat menangani banyak hal. Namun ketika gereja bertumbuh
menjadi besar, perkara gereja pun bertambah. Apalagi bila jemaat berasal dari multi etnis dengan latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda, seperti jemaat mula-mula.
32
Sejak perkembangan HKBP, masalah ibadah telah mendapat perhatian besar para zendeling RMG yang melayani di Gereja Batak. Sikap dan perhatian ini dibuktikan dengan
disusun sebagai cara untuk mengatur anggota jemaat yang semakin bertambah, terutama di daerah Silindung dan sekitarnya. Para zending mulai mengusahakan untuk membangun
jemaat yang teratur dan sanggup membendung pengaruh “kekafiran” di Tanah Batak. HKBP telah menuangkan pengertian khusus “ibadah” atau “kebaktian” dalam
Garis-garis Besar Pembinaan dan Pengembangan HKBP tahun 1969 yang menyatakan bahwa kebaktian adalah upacara Gerejawi di mana sejumlah orang percaya berkumpul
untuk mengadakan persekutuan dengan Allah Bapa. Sifat-sifat kebaktian HKBP sama dengan sifat-sifat kebaktian pada jemaat mula-mula, yaitu perasaan dan pengertian yang
diterangi oleh Roh Kudus tentang perbuatan-perbuatan besar Allah.
33
32
Iskandar, Andrea, Op, Cit, hal 73.
33
Huria Kristen Batak Protestan. Aturan dan Peraturan HKBP 2002. Kantor Pusat Pearaja Tarutung. hlm 111-180
Universitas Sumatera Utara
Di dalam Tata Jemaat itu dimuatlah aturan mengenai kehidupan jemaat Kristen, kebaktian Minggu dan ibadah harian. Dan untuk membantu terselenggaranya aturan-aturan
ini, diangkatlah beberapa orang untuk menjadi sintua, diakones dan guru anak-anak. Dalam tata kebaktian pada waktu itu sudah ada pembacaan Dasa Titah sebelum pengakuan dosa
dan pengampunan dosa. Sebelumnya, Agenda sudah disusun, walaupun pemakaiannya belum seragam di
semua Gereja. Semua hal yang menyangkut ibadah di HKBP sampai sekarang tetap merupakan hal yang sangat penting untuk digumuli melalui rapat-rapat pendeta dan sidang-
sidang Sinode Agung. Unsur-unsur yang berperan penting dalam kebaktian HKBP sepanjang sejarah HKBP adalah liturgi Agenda, kalender Gerejawi, pelayanan ibadah,
nyanyian Gerejawi dan musik. Berdasarkan Agenda tahun 1970 ada 11 tata kebaktian yang telah disediakan untuk
menjalankan setiap jenis kebaktian, yaitu: Tata kebaktian hari Minggu, tata kebaktian pembaptisan anak-anak, penerimaan calon baptis dewasa, pembaptisan orang dewasa,
peneguhan sidi, pemberkatan nikah, persiapan perjamuan kudus, perjamuan kudus bersama dengan persiapannya, perjamuan kudus di rumah dan di tempat lain, penahbisan penginjil
bibelvrouw dan diakones, dan penahbisan gedung Gereja.
Pada tahun 1972, HKBP sebagai salah satu gereja dengan jemaat terbesar di Asia
dan merupakan wadah persekutuan umat Kristen dari suku Batak yang memiliki dinamika di dalam sejarah perkembangannya dari masa ke masa. Dengan berakhirnya krisis HKBP
dan penyatuan kembali jemaatnya kiranya dapat menjadi pemacu untuk pelaksanaan pelayanan dan pekabaran Injil bersama-sama dengan jemaat Tuhan lainnya, agar semua
Universitas Sumatera Utara
suku, kaum dan bangsa yang berada di wilayah Indonesia dan di seluruh dunia mendapat baptisan di dalam nama Allah Bapa.
HKBP Balige terletak di pusat ibu kota kabupaten Toba Samosir Tobasa. Memiliki warga jemaat 1500 KK dilayani 3 orang Pendeta 1 orang Guru Huria dan 1 orang
Bibelvrouw dan 40 orang Parhalado. Kini HKBP Balige telah berusia 128 tahun. Tuan Pandita Pilgram dikenal sebagai missionaris perintis benih injil sitastas nambur di daerah
ini. Untuk melayani warga jemaat yang berjumlah 4000 jiwa ini kebaktian diadakan 3 kali setiap minggunya dengan menggunakan bahasa batak Toba. Rata-rata warga jemaat yang
mengikuti kebaktian 900-1000 jiwa. Kehadiran Pendidikan Diakones, Akademi Perawat AKPER HKBP, Rumah Sakit HKBP dan SD swasta HKBP persis di samping gereja
menuntut pelayanan yang maksimal.
34
Huria Kristen Batak Protestan HKBP dibagi dalam beberapa distrik yang dipimpin oleh pendeta distrik praeses. Pembagian distrik tersebut ada sejak tahun 1956. Pada masa
itu, Toba telah menjadi salah satu distrik pada HKBP yang disatukan dengan Samosir, yakni Distrik IV Toba Samosir.
Pada Distrik XI Toba Hasundutan ada sebanyak 8 delapan gereja ressort dan 28 dua puluh delapan gedung gereja HKBP.
Distrik XI Toba Hasundutan yang berkantor di Pearaja Tarutung memimpin 8 Resort yaitu :
1. Ressort Balige
34
Berita tentang Gereja HKBP yang ditulis oleh Pdt. Pahala Simanjuntak, M.Th, pada hari Kamis, 27 November 2008.
Universitas Sumatera Utara
2. Ressort Tampahan 3. Ressort Tambunan
4. Ressort Huta Gaol 5. Ressort Hinalang Silalahi
6. Ressort Parik Sabungan 7. Ressort Bonan Dolok
8. Ressort Laguboti Resort-resort dipimpin oleh Pendeta Resort dan menaungi jemaat-jemaat yang dipimpin
oleh Guru Huria.
HKBP Balige Ressort Balige Distrik XI Toba Hasundutan sebagai salah satu gereja yang paling tua menjadi contoh bagi gereja-gereja HKBP lainnya. Warga jemaat baik di
desa maupun di perantauan sering mencontohkan HKBP Balige sebagai jemaat selalu berkembang. Sebab kehadiran firman Tuhan di daerah ini membawa perubahan taraf
kehidupan bagi masyarakat. Tahun 1974 beberapa sarjana dan para tokoh-tokoh nasional dan internasional lahir dari jemaat HKBP Balige. Memang HKBP Balige tidak pernah luput
dari ingatan orang. Dapat dikatakan HKBP Balige, HKBP Pearaja Tarutung dan HKBP Kampung Kristen mempunyai beberapa kesamaan. Ketiga gereja HKBP ini disebut dengan
istilah bohi ni HKBP wajah HKBP. Masyarakatnya maju dan selalu terbuka dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Beberapa pemodal juga telah
Universitas Sumatera Utara
menanamkan modalnya di sekitar Balige yang tentu membawa kemajuan bagi masyarakat sekitar.
35
Ketika mahasiswa sekolah Pendeta mengadakan kunjungan gerejawi ke HKBP Balige pada tahun 1976, warga jemaat memberikan perhatian terhadap fungsi gereja
sebagai tempat bersekutu dengan Tuhan. Mulai dari anak Sekolah Minggu hingga orangtua silih berganti mengikuti kebaktian. Dalam kesempatan ini pula mahasiswa sekolah Pendeta
menyaksikan beberapa koor puji-pujian. Kunjungan ini sudah lama dinanti-natikan warga jemaat mengingat Pendeta HKBP Ressort Balige yakni Pahala Simanjuntak dan Gr
Monang Lumban Tobing Guru Huria adalah alumni Seminarium Sipoholon. Ketika mahasiswa memperdengarkan koor puji-pujian tersebut warga jemaat merasa imannya
dibangunkan.
36
Untuk menggambarkan perkembangan gereja sejak tahun 1954, dalam beberapa hal perlu kembali pada masa lalu dengan menguraikan pertumbuhan bagian-bagian tertentu
organisasi gereja dalam abad ke-19 dan ke-20. Dengan demikian nyatalah dengan jelas betapa keadaan telah berubah sejak tahun 1954, tetapi juga masih ada kesinambungan
dengan masa lalu.
37
35
Ramlo R. Hutabarat, Tapanuli Dari Suatu Masa Pada Suatu Ketika. sebagai salah satu sumber tertulis dalam opininya pada Harian Sinar Indonesia Baru SIB edisi
Jumat, 5 Januari 2006.
36
Wawancara, Pdt. Pahala J. Simanjuntak, MTh.
37
Locher, G.P.H, Tata Gereja-GerejaProtestan di Indonesia : Suatu Sumbangan Pikiran Mengenai Sejarah Dan Asas-Asasnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997, hal 166.
Universitas Sumatera Utara
Perang dengan Jepang menghasilkan perubahan secara radikal. Hal ini disebabkan oleh penjajahan Indonesia dengan tentara Jepang, tak mungkin lagi mempertahankan pola
kepengurusan gereja yang ada, di mana Pengurus Gereja untuk sebagian besar memegang pimpinan gereja. Kepengurusan itu harus dilaksanakan menurut cara yang lain. Ketika
Jepang kalah, ternyata orang mendambakan reorganisasi gereja. Ketika hubungan dengan gereja di negeri Belanda pulih kembali, cara pelaksanaan rencana itu mengalami pengaruh
pembaruan yang telah berlansung semasa perang dalam Gereja Hervornd Belanda. Hal itu nyata sekali dari rancangan tata gereja yang pada awal tahun 1978 diserahkan kepada
gereja oleh Komisi Teologi Komisi itu dibentuk kembali oleh Pengurus Gereja sesudah perang.
38
Sesuai dengan perkembangan gereja HKBP Balige yang diawali pada tahun 1954 sejak Ephorus HKBP meresmikan Distrik XI Toba Hasundutan. Pada waktu peresmian
gereja HKBP Balige pada tahun 1954, diadakan pesta besar menyambut kehadiran pimpinan HKBP dalam rangka peresmian distrik Toba Hasundutan. Dengan adanya
perkembangan gereja HKBP Balige, maka semakin banyak jemaat yang datang beribadah ke gereja tersebut. Hal ini disebabkan karena tata pelayanan Pengurus Gereja yang sangat
baik dan mengajak masyarakat Balige untuk melaksanakan ibadah di gereja HKBP tersebut.
39
Sesuai dengan perkembangan gereja, maka disini penulis membahas perkembangan pembangunan gereja HKBP Balige, sekolah HKBP Balige, sampai ke Rumah Sakit HKBP
38
Ibid, hal. 170.
39
Simanjuntak, Hot Marulak MP, loc. cit.
Universitas Sumatera Utara
Balige yang satu aliran dan ajaran agama yang sangat memperkuat iman masyarakat, sehingga masyarakat semakin banyak yang beribadah di gereja tersebut dan sekaligus
banyak yang sudah memberitakan Injil ke daerah-daerah lain. Adapun perkembangan yang ditunjukkan HKBP Balige ini yaitu pembangunan Gereja HKBP Siahaan yang berada di
Hinalang, HKBP Nasangkae yang berada di Pardede Onan, dan HKBP Tampubolon yang berada di Tampubolon.
40
Ketiga gereja ini dibangun pada tahun yang sama, dan selesai pada tahun yang sama juga. Dan HKBP Balige pun dibagi menjadi 4 bagian ditambah
dengan gereja HKBP Balige yang dibahas sekarang.
41
Sesuai dengan perkembangan zaman, maka pembangunan pelayanan HKBP Balige sampai ke Sihailhail dan Ranggitgit. Mulai saat itu lingkungan pelayanan HKBP Balige
semakin luas. Dengan bertambahnya pelayanan ini, maka pelayanan pun tentu sangat dibutuhkan. Sehingga disepakati untuk menambah Sintua di lingkungan itu satu orang,
Pada tanggal 31 Oktober 1954 tepatnya peresmian Distrik XI Toba Hasundutan, gereja HKBP Balige mengadakan pembangunan Gereja Ina gereja Kaum Ibu dan
pembangunan sekolah guna untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Adapun sekolah yang dibangun antara lain SD HKBP Balige ada 3 bagian SD HKBP I, SD HKBP II, dan
SD HKBP III. Kehadiran SD HKBP ini adalah sebagai bukti keterampilan dan keuletan para tenaga pengajar guru, sehingga pada saat itu SD HKBP Balige sangat digemari. SD
HKBP Balige ini dipimpin oleh Ibu Delpina Pardede dibantu 7 orang PNS dan 4 orang honor, jumlah murid 259 orang.
40
Hutauruk, Bertauli, Wawancara, 19 Februari 2011.
41
Ibid, Huria Kristen Batak Protestan. Aturan dan Peraturan HKBP 2002. Kantor Pusat Pearaja Tarutung. hal . 120.
Universitas Sumatera Utara
yaitu St.B.Panjaitan yang diharapkan mampu melayani dan menjadi perpanjangan tangan HKBP Balige. HKBP Balige sebagai pusat pelayanan Distrik, maka segala kegiatan di
Distrik ini selayaknyalah diketahui HKBP Balige dan Ressort Balige.
3.3 Struktur Organisasi HKBP