Uji Autokorelasi Definisi Variabel Operasional Perkembangan Harga Beras Di Kota Medan

b. Uji Autokorelasi

Karena model menggunakan time lag Y t-1 , maka pada pengujian autokorelasi digunakan h-statistik. Durbin 1970 mengemukakan h-statistik sebagai berikut: h = 1- 2 d ] [ 1 2 β Var N N − dimana: d = D.W statistic N = jumlah observasi Var 2 β = varian koefisien regresi untuk lagged dependent variable. Dari hal diatas dapat disimpulkan: • Jika h 1,96, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat first- order autocorrelation yang positif ditolak. • Jika h 1,96, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat first- order autocorrelation yang negatif ditolak. • Jika h berada di antara -1,96 dan + 1,96, maka kedua hipotesis diterima.

3.7 Definisi Variabel Operasional

1. Harga beras adalah harga beras medium setara IR-64 yang berlaku di kota Medan dinyatakan dalam rupiah. 2. Stok beras adalah sejumlah beras yang disediakan BULOG untuk mengantisipasi berbagai macam keadaan yang terjadi di kota Medan dinyatakan dalam kg. 3. Impor beras adalah masuknya beras dari luar negeri ke BULOG di kota Medan dinyatakan dalam kg. 4. Produksi beras adalah total keseluruhan beras yang dihasilkan di kota Medan dinyatakan dalam kg. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Singkat BULOG 4.1.1 Sejarah BULOG Jika dit elusuri, sej arah Bulog t idak dapat t er lepas dari sej arah lem baga pangan di I ndonesia sej ak zam an sebelum kem erdekaan sam pai pem erint ahan sekarang ini. Secara um um t ugas lem baga pangan t ersebut adalah unt uk m enyediakan pangan bagi m asyarakat pada harga yang t erj angkau diseluruh daerah sert a m engendalikan harga pangan di t ingkat produsen dan konsum en. I nst rum en unt uk m encapai t uj uan t ersebut dapat ber ubah sesuai dengan kondisi yang berkem bang. Lem baga pangan yang sekarang sebagai BULOG, sebelum nya banyak m engalam i perubahan nam a m aupun fungsi. Secara ringkas, perkem bangannya sebagai dapat dilihat berikut : • Tahun 1939 didirikan Voeding Middelen Fonds VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan persediaan bahan makanan. • Tahun 1942-1945 zaman pendudukan Jepang VMF dibekukan dan diganti dengan Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha. • Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat PMR dan pada Tahun 194748 dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah dijalankan di tahun 1939. • Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan BAMA 1950-1952 yang tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan. • Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan YUBM 1952- 1958 ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusipemerataan pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran. • Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP Yayasan Badan Pembelian Padi 1958-1964 yang dibentuk di daerah- daerah dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui mekanisme pasar dan beroientasi pada distribusi fisik. • Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP Badan Pelaksana Urusan Pangan 1964-1966. Tugas badan ini mengurus persediaan bahan pangan di seluruh Indonesia. • Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas Komando Logistik Nasional 1966-1967. Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan- bahan pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri. • Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG Badan Urusan Logistik 1967-1969 yang dibentuk dengan KEPPRES No. 114KEP, 1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 2721967, BULOG dinyatakan sebagai Single Purchasing Agency dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single Financing Agency Inpres No. 11968. • Pada tanggal 22 Januari 1969 Reorganisasi BULOG berdasarkan KEPPRES 111969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain : konsep floor dan ceiling price; konsep bufferstock; dan Sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran. Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 191998 tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja. Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 292000 tanggal 26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 1662000 dimana tugas pokoknya melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian ditetapkan Keppres No. 1032001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan kedudukan sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Sesuai dengan ketentuan dalam Keppres Np. 1032001 bahwa BULOG diharapkan paling lambat 31 Mei 2003 harus telah berubah status menjadi suatu Badan Usaha Milik Negara BUMN, maka persiapan-persiapan kearah itu telah dilakukan oleh suatu Tim dengan menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah RPP tentang Pembentukan Perusahaan Umum Logistik Pangan Nasional. Berdasarkan hasil pertimbangan, maka terbitlah Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2003 tanggal 20 Januari 2003 tentang pendirian Perum BULOG dengan Visi menjadi lembaga pangan yang handal untuk memantapkan ketahanan pangan nasional dan misi menyelenggarakan tugas pelayanan publik untuk keberhasilan pelaksana kebijakan pangan nasional serta fungsi komersial menjalankan usaha dalam bidang komoditi pangan guna mendukung program pengembangan hasil pertanian khususnya pangan dan bidang usaha lainnya dengan memaksimalkan produktifitas, efisiensi dan kemampuan untuk menghasilkan keuntungan. Menyelenggarakan kegiatan ekonomi dibidang pangan secara berkelanjutan, serta memberikan manfaat kepada perekonomian nasional.

4.1.2 Tugas Perum BULOG

Perum BULOG mempunyai tugas menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, dan dalam hal tertentu menyelenggarakan tugas-tugas tertentu yang diberikan pemerintah dalam pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam rangka ketahanan pangan.

4.1.3 Fungsi Perum BULOG

Dalam menyelenggarakan tugasnya, Perum BULOG mempunyai fungsi sebagai berikut: • Penyelenggaraan kegiatan di bidang operasi; • Penyelenggaraan kegitan di bidang pengembangan dan information technology IT; • Penyelenggaraan di bidang keuangan; • Penyelenggaraan kegiatan di bidang sumber daya manusia dan umum; • Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas semua unsur di lingkungan Perum BULOG; • Pengelolaan kesekretariatan perusahaan; • Pengelolaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia; • Pelaksanaan penelitian dan pengembangan.

4.1.4 Visi dan Misi Perum BULOG

Visi dari Perum BULOG yaitu “menjadi lembaga pangan yang handal untuk memantapkan ketahanan pangan”. Perum BULOG mempunyai peran yang cukup peting dalam upaya untuk mewujudkan dan menetapkan ketahanan pangan, baik dalam skala rumah tangga maupun nasional. Adapun misi Perum BULOG yaitu: • Menyelenggarakan tugas pelayanan publik untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan pangan nasional; • Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan secara berkelanjutan yang memberikan manfaat kepada perekonomian nasional; • Menyelenggarakan kegiatan ekonomi dibidang pangan dan usaha lain secara berkelanjutan dan bermanfaat kepada stakeholders; • Menjalankan usaha dalam bidang produksi, pemasaran dan jasa dibidang komoditi pangan guna mendukung program pengembangan hasil pertanian khususnya pangan dan bidang lainnya dengan upaya memaksimalkan produktivitas, efisiensi dan kemampuan menghasilkan laba.

4.2 Perkembangan Harga Beras Di Kota Medan

Seperti terlihat dari tabel 4.1, harga beras di Kota Medan mengalami peningkatan, meskipun ada waktu tertentu harga beras turun tetapi penurunannya tidak begitu besar yakni dapat dilihat pada bulan September 2003 dimana harga turun dari Rp.3.019kg pada bulan Agustus 2003 turun menjadi Rp.2.958kg pada bulan September 2003. Namun penurunan harga beras tersebut tidak begitu besar, sehingga dalam hal tersebut dapat dikatakan tidak mengalami penurunan. Pada awal tahun 2005 harga beras mengalami kenaikan yang cukup besar sehingga harga beras mencapai Rp. 3.400kg. Pada beberapa bulan pertama harga masih berada pada kisaran Rp.3.400kg, kemudian pada bulan berikutnya harga beras mengalami kenaikan. Hal ini di karenakan isue kenaikan bahan bakar minyak BBM. Pada tahun 2006 mengalami kenaikan yang signifikan, dimana harga beras mencapai Rp. 4.600. Tabel 4.1 Harga beras medium di Kota Medan Rupiahkg BULAN TAHUN 2003 2004 2005 2006 Januari 3018.08 3032.05 3331.09 3964.58 Februari 3018.08 2974.53 3400.18 4566.85 Maret 3018.08 2972.19 3400.18 4525.35 April 3032.13 2972.19 3400.18 4515.52 Mei 3121.72 2972.19 3619.46 4553.63 Juni 3034.1 2972.19 3619.46 4618.72 Juli 3019.03 2972.19 3619.46 4761.9 Agustus 3019.03 2981.54 3619.46 4681.57 September 2958.76 2981.54 3617.12 4582.96 Oktober 2958.76 2981.54 3617.12 4582.96 November 2958.76 2981.54 3722.29 4600 Desember 2958.76 2981.54 3859.12 4786.15 Sumber : BULOG Divre SUMUT Dari keadaan tersebut, BULOG sebagai lembaga yang dipercaya pemerintah dalam hal perberasan, maka sudah sepantasnya mencari jalan keluar agar harga beras dapat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. BULOG mempunyai peran dalam menjaga harga agar tidak terlalu tinggi dan terlalu rendah supaya semua pihak terkait tidak ada yang merasa dirugikan. Salah satu keputusan penting yang diambil oleh pemerintah adalah Perum BULOG diperintahkan dan dipercaya untuk melaksanakan “operasi stabilisasi harga beras” dengan tujuan untuk menekan laju kenaikan harga beras agar tidak menambah kenaikan angka inflasi. Untuk mendukung kegiatan tersebut BULOG diberikan kebebasan untuk menyediakan stok beras baik dari dalam negeri maupun impor, dan melakukan operasi stabilisasi harga setiap saat yang diperlukan. Warta Intra BULOG, 2007.

a. Stok