Bentuk Penyelesaian Sengketa Pengertian umum tentang periklanan

69 menjurus pada informasi yang menganjurkan konsumen melakukan pelanggaran melalui peraturan perundang – undangan. Meskipun ketentuan peraturan perundang – undangan tentang iklan tidak harus mematikan kreativitas bisnis tersebut.

4. Bentuk Penyelesaian Sengketa

Di dalam proses terjadinya 1 satu iklan, baik melalui media cetak maupun elektonik, termasuk didalamnya pemasangan iklan di Radio, pada umumnya inisiatif datang dari pengusaha perusahaan pengiklan produsen, distributor, supplier, dan retailer. Kemudian, perusahaan periklanan dengan persetujuan perusahaan pengiklan secara tayangan disiarkan di Radio sebagai informasi bagi masyarakat konsumen secara luas. Tetapi tetap saja didalam suatu hubungan kerja kadang kala akan terjadi suatu konflik, yang bisa terjadi dari aspek hukum Pidana maupun Perdata, uraiannya sebagai berikut : a ASPEK HUKUM PIDANA Salah satu kasus yang patut dicatat sehubungan dengan iklan yang tidak bertanggung jawab, tidak aman, menyesatkan, bahkan mengandung unsur – unsur penipuan, yaitu: “ The Thalidomide Tragedy “ , merupakan salah satu kasus yang menggemparkan dunia Internasional. 18 18 “ Consumer Protection”, dalam C.Hambilin dan F. B. Wright, Introduction to Commercial Law London: Sweet Maxwell, 1988 hal 201; dan dalam Anwar Fazal dan Rajeswari Kanniah, The A to Z Consumer Movement Penang Malaysia :IOCU, 1988, HAL 59 Tragedi ini bermula dari jenis obat yang dipublikasikan secara luas pada akhir tahun 1950-an guna mengontrol rasa mual selama beberapa minggu kehamilan. Mengonsumsi Universitas Sumatera Utara 70 obat tersebut ternyata mengakibatkan kegagalan pembentukan janin di dalam rahim dan lahirlah beribu – ribu bayi tanpa anggota tubuh di Eropa dan Australia. Di Indonesia kasus periklanan yang menjurus pada penyesatan dan penipuan yang dapat diklasifikasikan memenuhi unsur – unsur pidana dapat dilihat pada iklan lembaga – lembaga kursus di Jakarta yang tumbuh subur “ bak jamur di musim hujan”. Hasil penelitian yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI menemukan bahwa informasi terbesar siswa ketika memasuki lembaga kursus berasal dari iklan komersial. Selain itu, informasi lainnya adalah dari brosur, teman, radio dan lain – lainnya. Presentase sumber informasi siswa tersebut menunjukkan bahwa iklan masih merupakan factor yang efektif dalam menarik minat siswa, selain brosur yang menarik dan informasi atau ajakan teman. Sumber iklan terbesar berasal dari Koran, televisi, majalah, tabloid, dan radio. Sedangkan janji – janji atau klaim – klaim dari lembaga kursus tersebut selalu menyatakan adanya jaminan kerja setelah lulus, lembaga kursus terbaik, dan klaim – klaim lain. Lebih lanjut, dari hasil penelitian YLKI ternyata klaim – klaim tersebut patut diduga presumption of innocent mengandung unsur – unsur penyesatan. Misalnya soal kesempatan kerja. Oleh lembaga yang bersangkutan tidak dijelaskan kesempatan kerja seperti apa yang ditawarkan. Biasanya, pihak pengelola lembaga berdalih dengan menetapkan syarat yang sebenarnya tidak mampu dicapai siswa lembaga Universitas Sumatera Utara 71 kursus, seperti target nilai terlalu tinggi atau kemampuan lainnya di luar bidang yang diajarkan, seperti kemampuan bahasa untuk lembaga kursus nonbahasa, dan sebagainya atau sebenarnya bahasa klaim yang dianggap bisa, karena yang disediakan oleh lembaga adalah kemampuan yang dibutuhkan oleh dunia kerja, bukan jaringan dan penyaluran ke perusahaan tertentu, sementara usaha untuk mencari kerjanya sendiri tetap ditangani oleh siswa bersangkutan. Klaim lain sebagai “ lembaga kursus terbaik se- DKI” juga patut dipertanyakan. Criteria apa yang dipakai, siapa atau lembaga mana yang melakukan penilaian, dan apakah data tahun 1997 1998 tersebut masih valid mengingat tumbuhnya lembaga kursus baru yang jumlahnya dapat mencapai ribuan di Jakarta. Sedangkan klaim, “Paket merdeka belajar gratis” juga riskan karena mengajukan syarat untuk membawa 2dua orang teman belajar ke lembaga tersebut. Bukti bahwa 3 tiga orang memiliki kaitan “ pertemanan” merupakan prosedur yang mempunyai potensi untuk dipersulit oleh pihak pengelola lembaga. 19 b ASPEK HUKUM PERDATA Biasanya perusahaan pemasang iklan, biro iklan yang mereka tunju, dan media pemasang iklan menjalin kerjasama yang diikat dalam sebuah kontrak. Untuk mengikat berbagai pihak secara hukum, sebuah kontrak harus memiliki 4 empat elemen, yaitu : penawaran, penerimaan tanpa syarat dari tawaran tadi, dan pertimbangan di mana aka nada barter atau pengorbanan antara pihak – pihak yang terkait, serta kesepakatan 19 Taufik H. Simatupang, Aspek Hukum Periklanan dalam perspektif perlindungan konsumen, hal 33. PT.Citra Aditya Bakti.bandung. 2004 Universitas Sumatera Utara 72 semua pemaksaan atau penipuan sedikit pun. Jika penawaran semula diubah oleh orangtau pihak yang menerima tawaran, maka itu berarti telah terjadi penerimaan bersyarat dan harus dibuat tawaran baru. Penawaran baru ini harus diterima oleh pihak lain. Sebuah kontrak tidak harus tertulis. Terpenuhinya keempat elemen di atas, sudah cukup dan kontrak lisan sering terjadi jika pesanan dilakukan lewat telepon. Jika pesanan dilakukan dengan niat baik, kontrak tadi sah. Namun, menimbang seringnya terjadi perselisihan, maka bukti – bukti tertulis perlu disertakan karena hal ini lebih kuat dan lebih mudah dibuktikan di Pengadilan daripada sekadar percakapan, meskipun pekerjaan atau pelayanannya telah beres. Sebaiknya kontrak lisan diikut i dengan konfirmasi tertulis agar kedua belah pihak jelas akan hak dan tanggung jawabnya. Terdapat sejumlah istilah : 1. Kontrak sederhana simple Contract Sebuah kontrak sederhana adalh kontrak yang tidak dibubuhi materai. Seperti telah dijelaskan di atas, kontrak ini dapat dibuat secara lisan, tertulis atau disampaikan secara tidak langsung. 2. Kontrak kilat Express Contarct Di sini persyaratan dibuat secara jelas, baik tertulis maupun lisan oleh pihak – pihak yang terkait. 3. Kontrak tidak langsung Implied Contract Dalam kontrak jenis ini, keadaanlah yang cenderung membuat terjadinya kontrak. Contohnya, ketika orang memesan makanan di Universitas Sumatera Utara 73 restoran atau memesan kamr penginapan hotel. Pembayarannya yang menciptakan terjadinya sebuah kontrak meskipun semua tranksaksinya tidak ada yang tertulis. 4. Kontrak Terlaksana Excuted Contract Di sini kontrak dibuat oleh 1 satu pihak maupun kedua belah pihak. Misalnya, si A akan setuju untuk mendirikan sebuah pagar jika si B membayar ongkosnya. Jika pagar telah jadi dan semua ongkosnya telah dibayar, kontrak telah dibayar, kontrak telah tercipta. Biasanya, ada kesepakatan waktu untuk pekerjaan dan pembayarannya. Ada juga beberapa situasi dan kondisi di mana sebuah kontrak batal atau bisa dibatalkan. Pembatalan ini memerlukan kapasitas hukum dari kedua belah pihak, seperti dalam hal : a. Telah terjadinya suatu kesalahan b. Adanya salah tafsir misinterpretasi c. Pelecehan kerahasiaan d. Usia belum dewasa e. Gangguan jiwa dan kondisi mabuk Didalam proses terjadinya 1 satu iklan, baik melalui media cetak maupun elektronik, pada umumnya inisiatif datang ari pengusaha perusahaan pengiklan produsen, distributor, supplier, dan retailer. Kemudian, perusahaan periklanan dengan persetujuan perusahaan pengiklanan secara kreatif menerjemahkan inisiatif tadi dalam bahasa periklanan untuk di tayangkan dimuat dalam media cetak sebagai informasi produk bagi masyarakat konsumen secara luas. Universitas Sumatera Utara 74 Masalah tanggung jawab muncul dalam hal : 1 Informasi produk yang disajikan melalui iklan tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Di dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah perusahaan pengiklan karena sudah menyangkut produk yang dijanjikan kepada konsumen melalui iklan. Dengan instrument hukum perdata, konsumen dapat menggugat perusahaan pengiklan dengan kualifikasi wanprestasi, apabila diketahuinya ketidak sesuaian janji dalam iklan dengan kenyataannya dibuktikan dengan adanya hubungan kontraktual. Kualifikasi perbuatan melawan hukum dapat saja digunakan meskipun tidak terdapat hubungan kontraktual, sepanjang unsur – unsur perbuatan melawan hukum cukup menonjol. 2 Menyangkut kreatifitas perusahaan periklanan dan atau media periklanan ternyata bertentangan dengan asas – asas etik periklanan. Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah perusahaan pengiklanan serta perusahaan periklanan dan atau media periklanan. Dua pelaku usaha yang terakhir ini tidak dapat begitu saja menolak bertanggung jawab dengan dalih : “kami hanya membuat dan menayangkan iklan, materinya adalah tanggung jawab perusahaan periklanan.” Dengan pemahaman tanggung jawab pelaku usaha periklanan seperti yang tersebut di atas, maka sekarang yang sering menjadi persoalan dalam praktek adalah soal pembuktian. Di Indonesia hukum pembuktian dalam hukum acara perdata menduduki tempat yang amat penting. Pada prinsipnya hukum acara atau hukum formal bertujuan hendak memelihara dan mempertahankan hukum Universitas Sumatera Utara 75 materiel. Artinya, secara formal hukum pembuktian itu mengatur cara begaimana mengadakan pembuktian seperti yang terdapat dalam HIR dan RBG. Sedangkan secara materiel, hukum pembuktian itu mengatur dapat tidaknya diterima pembuktian dengan alat – alat itu. Karena itu, membuktikan adalah 20 memberikan dasar – dasar yang cukup kepada hakim dalam pemerikasaan suatau perkara agar dapat memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan. Jadi, pembuktian secara yuridis adalah 21 Misalnya, jika seseorang menggugat orang lain supaya orang ini diharuskan menyerahkan sebidang tanah, karena bendai ini termasuk harta peninggalan ayahnya, tetapi pendirian ini disangkal oleh tergugat, maka orang yang menggugant itu diwajibkan membuktikan bahwa ia adalah ahli waris dari si meninggal dan tanah tersebut betul kepunyaan si meninggal itu. mengajukan fakta – fakta menurut hukum yang cukup untuk memberikan kepastian kepada hakim tentang suatu peristiwa atau hubungan hukum. Pihak yang menyatakan bahwa ia mempunyai suatu hak, melakukan suatu perbuatan, atau menerangkan adanya suatu peristiwa, maka ia harus membuktikan adanya hak itu, apabila disangkal oleh pihak lawan. Sebagai pedoman, seperti yang diatur dalam Pasal 1865 BW: “bahwa barang siapa mengajukan peristiwa atas mana ia mendasarkan sesuatu hak, diwajibkan membuktikan peristiwa – peristiwa, sebaliknya barang siapa mengajukan peristiwa – peristiwa guna pembantahan hak orang lain, diwajibkan juga membuktikan peristiwa – peristiwa itu.” 22 20 Krisna Harahap, “Hukum Acara Perdata” Teori dan Praktek. Grafitri Budi Utami, Bandung, 1996, hlm. 49. 21 Abdulkadir Muhammad, “ Hukum Acara Perdata”, PT. Citra Aditya Bakti, 1990, hlm. 129. 22 Subekti, “Pokok – Pokok Hukum Perdata”, Intermasa, Jakarta, 1996, hlm. 177. Artinya, beban pembuktian secara konvensional, seperti yang diatur dalam HIR RBG dan BW, Universitas Sumatera Utara 76 yang lazim diterapkan pengadilan adalah dibebankan kepada si penggugat dengan alat – alat bukti seperti yang disyaratkan dalam Pasal 164 HIR atau Pasal 1866 BW, yaitu : surat atau bukti tertulis; sanksi; persangkaan; pengakuan; dan sumpah. Akan tetapi, kalau merujuk pada teori – teori pembuktian sepert : a Teori Hukum Subjektif Teori Hak Yaitu yang menetapkan bahwa barang siapa yang mengaku atau mengemukakan suatu hak, maka yang bersnagkutan harus membuktikan. b Teori Hukum Objektif Yaitu yang mengajarkan bahwa hakim harus melaksanakan peraturan hukumm atas fakta – fakta untuk menemukan kebenaran peristiwa yang diajukan kepadanya. c Teori Hukum Acara dan Teori Kelayakan Yaitu kedua teori di atas bermuara pada hasil yang sama, yakni hakim seyogianya berdasarkan kepatutan membagi beban pembuktian. Dengan demikian, hakim harus memberi beban kepada kedua belah pihak secara seimbang imparsial dan adil fairness . 23 23 Pitlo, “ Pembuktian dan Daluwarsa”, Jakarta, 1978, hlm. 46. Dimungkinkan juga bahwa apa yang digugat penggugat adalah tidak benar jika hakim menginginkan fakta – fakta yang komprehensif untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa hukum. Universitas Sumatera Utara 77

BAB IV TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM TERJADINYA