Universitas Sumatera Utara
Pada Konferensi Konsensus Internasional Acute Dialysis Quality Initiative ADQI ke-2,  yang melibatkan ahli nefrologi yang berlangsung pada tahun 2002
di kota Vicenca menetapkan bahwa, diagnosis AKI dilakukan berdasarkan RIFLE Criteria. Patrick, D.B., 2010
Dari  hasil  penelitian    terhadap  kejadian  AKI,  Rifle Criteria dapat digunakan  sebagai  penentu yang  baik  untuk  menentukan  gambaran  AKI  pada
anak yang sedang kritis. Schneider, et al., 2010 Berdasarkan  permasalahan  diatas  peneliti  tertarik  melakukan  penelitian
tentang karakteristik AKI pada pasien anak yang dirawat di UPI anak.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  penelitian  ini,  dapat  dirumuskan  masalahnya adalah  bagaimana karakteristik  AKI pada  pasien  anak  yang  dirawat  di  ruang
rawat intensif anak?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian  ini  dilakukan  untuk  mengetahui karakteristik AKI  pada  pasien anak di ruang rawat intensif anak RSUP H. Adam Malik tahun 2012.
1.3.2. Tujuan Khusus
• Mengetahui angka  kejadian AKI di  Ruang  Rawat  Intensif  Anak
RSUP H. Adam Malik tahun 2012. •
Mengetahui  fungsi  ginjal  anak  yang  dirawat  di  Ruang  Rawat Intensif Anak berdasarkan RIFLE Criteria.
1.4. Manfaat Penelitian
• Meningkatkan
pengetahuan peneliti
tentang bagaimana
karakteristik AKI  di Ruang Rawat Intensif Anak. •
Dengan  mengetahui  bagaimana karakteristik  AKI,  maka  dapat ditentukan tindakan pencegahan terhadap penyakit ini.
Universitas Sumatera Utara BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Ginjal
Gambar 1. Anatomi Ginjal
Sumber : Principle of Anatomy and Physiology, 2009
Ginjal  merupakan  organ  berbentuk  seperti  kacang  yang  terletak  di  kedua sisi  kolumna  vertebralis.  Ginjal  kanan  sedikit  lebih  rendah  dibandingkan  ginjal
kiri, karena  tertekan  kebawah  oleh  hati.  Kutub  atasnya  terletak  setinggi  iga keduabelas, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Price,
et al.,2005 Ginjal terletak di bagian atas belakang abdomen, di belakang peritoneum,
di  depan  iga  11  dan  12,  dan  terletak  diantara  tiga  otot  besar,  yaitu  transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal difiksasi oleh bantalan
lemak yang tebal sehingga posisinya akan tetap stabil. Ginjal dilindungi oleh iga dan  otot-otot,  sedangkan  di  anterior  bawah  ginjal  dilindungi  oleh  bantalan  usus
yang tebal. Aziz, et al, 2008
Universitas Sumatera Utara 2.2.
Fisiologi Ginjal
Ginjal  adalah  organ  yang  berfungsi  mengatur  keseimbangan  cairan  tubuh dengan  cara  membuang  sisa-sisa  metabolisme  dan  menahan  zat-zat  yang
dibutuhkan tubuh. Fungsi ini amat penting bagi tubuh untuk menjaga hemostasis, walupun  ginjal  tidak  selalu  bisa  mengatur  keadaan  cairan  tubuh  dalam  kondisi
normal.  Pada  keadaan  minimal,  ginjal harus  mengeluarkan  minimal  0,5  liter air per hari untuk kebutuhan pembuangan racun. Sherwood, 2001
Terdapat  3  proses  dasar  yang  mendasari,  yaitu  Filtrasi Glomerulus, Reabsorbsi Tubulus, dan Sekresi Tubulus.
2.2.1. Filtrasi Glomerulus
Darah  mengalir  melalui  glomerulus,  terjadi  yang  namanya  filtrasi  plasma bebas  protein  menembus  kapiler  glomerulus  ke  dalam  kapsula  bowman.  Setiap
hari  kira-kira  180  liter filtrat  glomerulus  ,  dengan  menganggap  bahwa  volume plasma  rata-rata  orang  dewasa  sekitar  2,  75  liter,  berarti  seluruh  plasma  yang  di
filtrasi  enam  puluh  lima  kali  oleh  ginjal  setiap  harinya.  Oleh  karena  itu, jika semua  volume  cairan  dikeluarkan  melalui  urin,  maka  volume  plasma  total  akan
habis dalam waktu setengah jam setelah berkemih. Sherwood, 2001
2.2.2. Reabsorbsi Tubulus
Hasil  filtrasi  berupa  zat-zat  yang  masih  bermanfaat  bagi  tubuh  akan dikembalikan  ke  plasma  kapiler  peritubulus.  Zat-zat  yang  direabsorbsi  tadi
nantinya tidak akan dikeluarkan melalui urin, tapi diangkut ke sistem vena dan ke jantung  untuk  kembali  diedarkan.  Dari  180  liter  plasma  yang  difiltrasi,  rata-rata
178,5  liter  yang  diserap  kembali,  dengan  sisa  1,5  liter  terus  mengalir  ke  pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai urin. Sherwood, 2001
2.2.3. Sekresi Tubulus
Dalam  proses  ini  terjadi  perpindahan  selektif  zat-zat  dari  darah  kapiler peritubulus  ke  dalam  lumen  tubuus.  Dimana  hanya  sekitar  20    dari  plasma
mengalir  melalui  kapiler  glomerulus  disaring  ke  dalam  kapsul  bowman,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan  sisanya  80    mengalir  melalui arteriol  eferen  ke  dalam  kapiler peritubulus. Sherwood, 2001
2.2.4. Pengukuran Glomerular Filtration Rate GFR
Untuk  mengetahui  nilai  GFRCreatinine  clearance,  dapat  dilakukan pengukuran berdasarkan; TB dan SCr. Dalam hal ini, rumus Schwartz merupakan
rumus yang paling sering digunakan untuk estimasi GFR. Schwartz, et al., 1976 eGFR = k x LPCr
eGFR : estimated GFR mlmenit 1.73 m2
L : tinggi badan cm
PCr : kreatinin plasma mgdl
k :  konstanta  bayi  prematur:  0.33;  bayi  cukup  bulan:  0.45;  anak
dan remaja putri: 0.55; remaja putra: 0.70
2.2.5. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal
Ada beberapa kelainan yang umum terjadi pada beberapa penyakit ginjal, seperti  ditemukan  adanya  protein  dalam  urin,  leukosit,  sel  darah  merah,  dan
silinder, yaitu potongan protein yang mengendap dalam tubulus dan didorong oleh urin  ke  dalam  kandung  kemih.  Akibat  lain  yang  muncul  dan  penting  untuk
diketahui, seperti uremia dan asidosis dapat juga terjadi. •
Proteinuria Proteinuria  dapat  terjadi  pada  beberapa  penyakit  ginjal  dan  pada  satu
kelainan  ginjal  yang  tidak  bahaya,  permeabilitas  kapiler  glomeulus  meningkat, dan  protein  dapat  ditemukan  di  urin  dalam  jumlah  yang  lebih  besar  daripada
normal. Pada kelainan seperti albuminuria ortostatik, dapat juga terjadi proteinuria,
namun  kelainan  yang  timbul  tidaklah  membahayakan,  karena  protein  pada  urin ditemukan  bila  mereka  dalam  posisi  berdiri  pada  orang  sehat.  Mekanisme  yang
terjadi belum sepenuhnya dimengerti. Ganong, 2008
Universitas Sumatera Utara
• Uremia
Uremia  dapat  terjadi  bila  pemecahan  metabolisme  protein  menumpuk didalam darah. Gejala  yang muncul seperti letargi, anoreksia, mual, dan muntah,
deteriorasi mental, kedutan otot, kejang, dan akhirnya kejang. Ada kemungkinan bahwa  bukan  ureum  dan kreatinin  saja  yang  menimbulkan  gejala-gejala  ini,
namun  juga  karena  penumpukan  zat-zat  toksik.  Zat  toksik  tersebut  dapat dihilangkan dengan melakukan hemodialisa darah. Ganong, 2008
• Asidosis
Asidosis  dapat  terjadi  pada  penyakit  ginjal  menahun  akibat kegagalan ginjal  untuk  mengekskresikan  asam-asam  hasil  pencernaan  dan  metabolisme.
Sebagai  contoh,  pada  asidosis  tubulus  ginjal,  terjadi  gangguan  spesifik  pada kemampuan  pembentukan  urin  yang  asam,  dan  biasanya  fungsi  ginjal  lainnya
normal.Ganong, 2008
Pada kasus seperti acute kidney injury, gangguan fungsi ginjal seperti yang sudah  disebutkan  diatas  rentan  terjadi,  oleh  karena  pengawasan  akan  status
hemodinamik  dan  faal  ginjal  tidak  dimonitor  secara  ketat,  sehingga  dapat menimbulkan prognosis yang buruk apabila tidak ditangani dengan segera.
2.3. Acute Kidney Injury AKI
2.3.1. Definisi
AKI disebut juga Gagal Ginjal Akut atau Acute Tubular Necrosis, namun beberapa  tahun  kemudian  Komite  Ginjal  Internasional  melakukan  perubahan
terhadap  definisi  AKI  berdasarkan  RIFLE  criteria,  dimana  istilah  tersebut  sudah mencakup  semua  sindroma  akut  pada  ginjal  yang  mengalami  gangguan  untuk
menentukan Renal Replacement Therapy RRT. Mehta et al., 2007 Pada
tahun 2004,
Acute Dialysis
Quality Initiative
ADQI mempublikasikan RIFLE Criteria dengan kriteria sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Definisi AKI berdasarkan RIFLE Criteria dan AKIN
Sumber  :  International  Journal  of  Nephrology and  Neurovascular Disease, 2010
Dalam  hal  ini  AKI  bersifat  umum  namun  berbahaya,  tetapi  masih  dapat diobati.  Bahkan  gangguan  akut  yang  minor  dalam  fungsi  ginjal  memiliki
prognosis  buruk.  Oleh  karena  itu  deteksi  dini  dan  pengobatan  AKI  dapat meningkatkan  hasil  yang  cukup  efektif  dalam  menentukan Renal  Replacement
Therapy RRT. KDIGO, 2012 Penggunaan  definisi  AKI  berdasarkan serum kreatinin SCr dan urine
output RIFLE  dan  AKIN  telah  diusulkan  dan  divalidasi  terutama  untuk kebutuhan dalam pelatihan, penelitian, dan kesehatan masyarakat. KDIGO, 2012
Kriteria Serum Cr
Kriteria GFR Kriteria Urine
output RIFLE
R Risk I Injury
F Failure
L Loss E ESKD
AKIN Stage 1
Stage 2 Stage 3
Peningkatan  serum  kreatinin  1.5x  atau  Penurunan  GFR 25
Peningkatan serum kreatinin 2x atau Penurunan GFR 50 Peningkatan serum kreatinin 3x atau Penurunan GFR 75
atau serum kreatinin meningkat  4mgdl Peningkatan akut 0.5 mgdl
Gangguan fungsi ginjal persisten  4 minggu ESKD  3 Bulan
Peningkatan  serum  kreatinin ≥0.3  mgdL  atau  Peningktan ≥150–200 dari baseline
Peningkatan serum kreatinin 200–300 dari baseline Peningkatan serum kreatinin 300 baseline atau serum Cr
≥ 4.0 mgdL dengan peningkatan akut ≥0.5 mgdL 0.5
mLkgh selama 6 jam
0.5 mLkgh
selama 12 jam 0.3
mLkgh selama  24  jam
atau anuria
selama 12 jam
0.5 mLkgh
selama 6 jam 0.5
mLkgh selama 12 jam
0.3 mLkgh
selama  24  jam atau
anuria selama 12 jam
Universitas Sumatera Utara 2.3.2. Etiologi
2.3.2.1. Faktor Prarenal
Semua  faktor  yang  menyebabkan  peredaran  darah  ke  ginjal  berkurang yang menyebabkan terdapatnya hipovolemia, misalnya:
a. Perdarahan karena trauma operasi
b. Dehidrasi  atau  berkurangnya  volume  cairan  ekstraselluler
dehidrasi pada diare c.
Berkumpulnya cairan insterstitial di suatu daerah luka
Bila faktor prarenal dapat diatasi, faal ginjal akan menjadi normal kembali, tetapi  jika  hipovolemia  berlangsung  lama,  maka  akan  terjadi  kerusakan  pada
parenkim ginjal. Ngastiyah, 2005
2.3.2.2. Faktor Renal
Faktor  ini  merupakan  penyebab  terjadinya  gagal  ginjal  akut  terbanyak. Kerusakan  yang  timbul  di  glomerulus  atau  tubulus  menyebabkan  faal  ginjal
langsung  terganggu.  Prosesnya  dapat  berlangsung  secara  cepat  atau mendadak, atau  dapat  juga  berlangsung  perlahan-lahan  dan  akhirnya  mencapai  stadium
uremia.  Kelainan  di  ginjal  ini  dapat  merupakan  kelanjutan  dari  hipoperfusi prarenal  dan  iskemia  yang  kemudian  menyebabkan  nekrosis  jaringan  ginjal.
Ngastiyah, 2005
2.3.2.3. Faktor Pascarenal
Semua faktor pascarenal yang menyebabkan obstruksi pada saluran kemih seperti  kelainan  bawaan,  tumor,  nefrolitiasis,  dan  keracunan  jengkol    harus
bersifat bilateral. Ngastiyah, 2005 Sistem klasifikasi yang telah ditetapkan menyederhanakan tumpang tindih
mekanisme  yang patologis  yang mendasari terjadinya AKI. Hipoperfusi jaringan parenkim  pada  ginjal  akibat  hipovolemia  atau  hipotensi  awalnya  menyebabkan
peningkatan  scara  reversibel  pada  SCr. Oleh  karena  disfungsi  sel  secara  terus
Universitas Sumatera Utara
menerus, sel tubulus ginjal mengalami cedera iskemik yang dapat bertahan setelah koreksi awal hipoperfusi. Case, et al., 2013
Pada  pasien Intensive  Care  Unit ICU dengan  AKI  dan  rasio Blood Ureum  Nitrogen BUN  :  Cr  lebih  besar  dari  20:1  mengalami  peningkatan
mortalitas lebih signifikan. Rachoin et al., 2012
2.3.3. Patogenesis
Patogenesis  AKI  bersifat  kompleks.  Yang  mendasari  terjadinya  AKI adalah  iskemia  dan  toksin  yang  merupakan  faktor  utama  memicu  terjadinya
cedera, meskipun kejadian awal mungkin berbeda, cedera yang timbul berikutnya akan melibatkan jalur yang sama. Sebagai contoh, AKI yang berhubungan dengan
iskemia  disebabkan  penurunan  aliran  darah  ginjal  di  bawah  batas  autoregulasi aliran  darah.  Berbagai  tanggapan  molekul  yang  maladaptif  dan stereotip
kemudian  terjadi,  respon  ini  menyebabkan  cedera  sel  endotel  dan  epitel  setelah onset reperfusi. Sutton, et al., 2002
Faktor  seperti  vasokonstriksi,  leukostasis,  hambatan  vaskular,  apoptosis, kelainan  pada  modulator  imun  dan  faktor  pertumbuhan  merupakan  bentuk  dasar
dari  intervensi  terapeutik  rasional  pada  AKI.  Namun,  banyak  dari  terapi  yang ditargetkan  telah  gagal,  tidak  dapat  disimpulkan,  atau  belum  dilakukan. Ronco,
2003 Mengingat beberapa jalur tumpang tindih pada AKI, terapi mungkin perlu
ditargetkan  pada  mekanisme  terjadinya  AKI  yang  secara  bersamaan  dilakukan untuk mencapai keberhasilan. Kelly, et al., 2004
2.3.4. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis AKI, dapat dilakukan beberapa hal, yaitu:
Universitas Sumatera Utara 2.3.4.1. Anamnesis
Dalam  hal  ini  yang perlu  diketahui  dan  ditanyakan  kepada  pasien  adalah tanda  vital  pengukuran  tekanan  darah,  BB,  data  mengenai intake dan output
pasien,  pemeriksaan  lab  masa  lampau  dan  sekarang,  keseimbangan  cairan,  dan obat - obatan NSAID, diuretik, agen radiokontras, serta antibiotik. Akcay et al.,
2010 Pada penelitian Akcay et.al., 2010 dikatakan bahwa evaluasi selanjutnya,
dapat  dilakukan  pada prerenal, postrenal,  dan intrarenal azotemia,  karena  ini merupakan  pendekatan  yang  paling  penting  dalam  mendiagnosis  penyebab
terjadinya AKI. •
Prerenal Azotemia Terdapat  4  kriteria  untuk  mendiagnosis  azotemia; Pertama,  peningkatan
secara  akut  BUN dan SCr. Kedua, penyebab hipoperfusi  ginjal. Ketiga, sedimen urin tidak ada cell cast atau fractional excretion of sodium FENa kurang dari
1. Keempat,  setelah  koreksi  hipoperfusi,  fungsi  ginjal  kembali  normal  dalam waktu 24 – 48 jam.
• Postrenal Azotemia
Obstruksi  pada  kedua  ureter, bladderurethra,  atau  obstruksi  pada  salah satu ginjal dapat menyebabkan postrenal azotemia.
• Intrarenal Azotemia
Intrarenal  Azotemia dapat  ditegakkan  setelah  kriteria  ekslusi  pada prerenal dan postrenal azotemia dilakukan.
2.3.4.2. Urinalisis
Pemeriksaan  sedimen  urin  merupakan  tindakan  yang  krusial dalam mendiagnosis  AKI,  seperti sel  epitel  tubular  ginjal,  debris  selluler, “muddy
brown”  cellular  cast mendukung  diagnosis  AKI.  Selain  itu  protein  urin  dalam jumah  besar    3.0  g  24  jam dan cast sel  darah  merah  merupakan  indikasi
sekunder  AKI  terhadap acute  glomerulonephritis atau vasculitis. Akcay et  al., 2010
Universitas Sumatera Utara 2.3.4.3.
Nephrotoxins
Nephrotoxin merupakan  penyebab  penting  AKI,  seperti  antibiotik aminoglikosida,  agen  radiokontras,  NSAID,  cisplatin,  dan  amphotericin  B.  Pada
suatu  penelitian  dikatakan  bahwa  AKI  timbul  pada  80  pasien  yang menggunakan  amphotericin  B  dengan  dosis  kumulatif  3 – 4  g. Akcay et  al.,
2010
2.3.5. Penatalaksanaan
Pasien  yang  mengalami  AKI  memiliki  perhatian  khusus  terhadap  status hemodinamik. Pertama, karena  hipotensi  menyebabkan  penurunan  perfusi  ginjal
dan  jika  parah  atau  berkelanjutan,  dapat  mengakibatkan  cedera  ginjal.  Kedua, cedera  ginjal  mengalami  kehilangan  autoregulasi  dari  aliran  darah,  suatu
mekanisme  yang  mempertahankan  aliran  yang  relatif  konstan  meskipun  terjadi perubahan tekanan darah di atas titik tertentu Sekitar 65 mmHg. KDIGO, 2012
2.3.5.1. Minocycline
Minocycline adalah  generasi  kedua  antibiotik  tetrasiklin. Minocycline dikenal  memiliki  efek antiapoptotic dan  anti-inflamasi.  Ketika  diberikan  36  jam
sebelum  iskemia  ginjal, minocycline mengurangi  apoptosis  sel  tubular  dan pelepasan mitokondria sitokrom c, p53, dan bax. Kelly et al., 2004
2.3.5.2. Guanosine dan Pifithrin-
α p53 Inhibitor
Pemberian  guanosin  eksogen  mengurangi  apoptosis  sel  tubular  ginjal. Oleh  karena  efek  yang  ditimbulkan  berkaitan  dengan  penghambatan  ekspresi
sitokrom p53. Kelly, et al., 2001
2.3.5.3. Diuretik Manitol
Manitol  telah  sering  digunakan  di masa  lalu  untuk  pencegahan  AKI. Namun  pada sebagian  besar  studi  retrospektif,  tidak  memenuhi  kriteria  dari
kelompok  kerja  untuk  dimasukkan  dalam  perumusan  masalah  yang direkomendasi.  Manitol  profilaksis  telah  dipromosikan  pada  pasien  yang
Universitas Sumatera Utara
menjalani  operasi.  Sementara  di  sebagian  besar  kasus,  manitol  meningkatkan aliran  urin,  itu  sangat  mungkin  bahwa  manitol  tidak  menimbulkan  efek  di  luar
hidrasi terhadap kejadian AKI. KDIGO, 2012
2.3.5.4. Penanganan Dehidrasi
Bila terdapat dehidrasi atau banyak kehilangan darah maka perlu diberikan cairan  secara  intravena.  Sebaliknya  diberikan  cairan  larutan  glukosa  10 - 20  ,
tetapi  hendaknya  diperhatikan  kadar  glukosa  tidak  tinggi  karena  dapat menimbulkan  trombosis.  Dianjurkan  tempat  venoklisis  setiap  8  jam  dipindahkan
untuk mencegah timbulnya trombosis. Dapat ditambah heparin pada setiap 500 ml larutan glukosa 20 - 50  untuk tujuan yang sama. Bila ada faal jantung, jumlah
cairan tidak boleh terlalu banyak. Ngastiyah, 2005
2.3.5.5. Penanganan Asidosis
Asidosis  disebabkan  oleh  retensi  glomerulus  dan  reabsorbsi  tubulus  yang meninggi  terhadap  sulfat,  laktat,  fosfat,  dan  asam  organik.  Untuk  mencegah
terjadinya  asidosis  dapat  diberikan  bikarbonas  natrikus  atau  laktat  natrikus. Ngastiyah, 2005
2.3.6. Hubungan Penyakit Kritis Terhadap AKI
Data  terbaru  pediatrik  tentang  epidemiologi  AKI  untuk  anak-anak  sakit kritis  menunjukkan  pergeseran  dari  penyakit  ginjal  primer  terhadap  cedera
sekunder  pada penyakit  sistemik dan  penatalaksanaannya. Hui-Stickle, et  al., 2005
Ketersediaan  luas  pilihan  pengobatan  agresif  yang  terjadi  pada  suatu penyakit, seperti kelainan sumsum tulang dan transplantasi organ pada anak-anak,
telah  menyebabkan  meningkatnya  paparan  obat  nefrotoksik  dan meningkatnya penyakit  kritis pada anak  yang  menerima  perawatan  intensif. Dalam  hal  lain,
insidensi pediatrik  AKI  pada  populasi  beresiko penyakit  kritis masih belum diketahui. Akcan-Arikan, et al., 2007
Universitas Sumatera Utara
Umur Jenis Kelamin
Penyakit yang mendasari
Lama rawatan di UPI anak
Penggunaan ventilatornon-
ventilator Fungsi ginjal
SCrUrine output Outcome
HidupMeninggal
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL
3.1. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, kerangka konsep tentang karakteristik terjadinya AKI pada pasien anak dapat dijabarkan sebagai berikut:
Gambar  2.  Kerangka  konsep karakteristik AKI  pada  pasien  anak  yang dirawat di ruang rawat intensif anak RSUP H. Adam Malik tahun 2012.
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Acute Kidney Injury AKI
Definisi :  AKI  merupakan  suatu  gangguan  yang  cukup  kompleks  dimana
pada pemeriksaan klinis menunjukkan adanya peningkatan serum kreatinin  atau  penurunan Glomerular  Filtration  Rate GFR dan
penurunan urine  output sesuai  dengan staging dari RIFLE Criteria yang  digunakan  sebagai  acuan  untuk  menentukan  AKI
dalam penelitian ini. Akcay et al., 2010 Cara Ukur
:  Cara  mengukur  kejadian  AKI  adalah  dengan  terlebih  dahulu mengetahui  faal ginjal,  yaitu  hasil  pengukuran  dari  serum
AKI Acute Kidney
Injury
Universitas Sumatera Utara
kreatinin  dan urine  output pada  pemeriksaan  laboratorium. Sebagai  tambahan,  ureum  juga  dapat  diperiksa  untuk  membantu
diagnosis pasien. Alat Ukur
:  Kartu status pasien atau rekam medis. Hasil
: Pemeriksaan faal ginjal berupa serum kreatinin dan urine output dibutuhkan untuk menentukan AKI dengan menggunakan RIFLE
Criteria,  apakah  gangguan  yang  dihasilkan  tergolong  kedalam Risk, Injury, Failure, atau End-Stage pada kasus ini.
Skala : Ordinal
3.2.2. Anak
Definisi :  Dalam  UU  Perlindungan  Anak  No.  23  Tahun  2002  disebutkan
bahwa  anak  adalah  manusia  yang  umurnya  belum  mencapai  18 tahun. Kesowo, B., 2002
Adapun pengelompokan usia anak berdasarkan tumbuh kembang, yaitu:
Bayi : anak  1 tahun - 2 tahun
Prasekolah : anak  2 tahun – 6 tahun
Sekolah : anak  6 tahun – 12 tahun
Remaja awal : anak 12 tahun – 15 tahun Cara Ukur
:  Melihat  usia  pasien  yang  masuk  ke  ruang  rawat  intensif  anak sesuai  tanggal  yang  tertera  pada  rekam  medis  berdasarkan  tahun
pelaksanaan penelitian yang sudah ditentukan. Alat Ukur
: Kartu status pasien atau rekam medis. Hasil
: Faal ginjal anak usia 1 – 17 tahun. Skala
: Nominal
3.2.3. Umur
Definisi : Lama waktu hidup pasien yang ada pada penelitian ini
Alat Ukur : Kartu status pasien atau rekam medis.
Skala : Nominal
Universitas Sumatera Utara 3.2.4. Jenis Kelamin
Definisi :  Perbedaan  organ  biologis  yang  terdiri  dari  laki-laki  dan
perempuan Alat Ukur
: Kartu status pasien atau rekam medis. Skala
: Nominal
3.2.5. Lama Rawatan
Definisi : Durasi pasien yang dirawat di rumah sakit.
Alat Ukur : Kartu status pasien atau rekam medis.
Skala : Nominal
3.2.6. Ventilator
Definisi : Alat bantu nafas yang digunakan pada saat merawat bayi.
Alat Ukur : Kartu status pasien atau rekam medis.
Skala : -
3.2.7. Outcome
Definisi : Tingkat keberhasilan rawatan pasien selama di rumah sakit
Alat Ukur : Kartu status pasien atau rekam medis.
Skala : Nominal
Universitas Sumatera Utara BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian  ini  merupakan  suatu  studi  deskriptif  dengan  pendekatan retrospektif  untuk  mengetahui karakteristik Acute  Kidney  Injury AKI pada
pasien  anak  yang  dirawat  di  ruang  rawat  intensif  anak  RSUP  H.  Adam  Malik tahun 2012.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan  di  RSUP  H.  Adam  Malik  Medan.  Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut adalah dikarenakan RSUP. H. Adam Malik
merupakan  rumah  sakit  tipe  A  yang  merupakan  pusat  pelayanan  kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara.
4.2.2. Waktu penelitian
Pengumpulan  data telah dilaksanakan  pada  bulan Juli tahun  2013  sampai dengan  bulan Oktober tahun  2013,  dilanjutkan  dengan  pengolahan  dan  analisis
data.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi  penelitian  adalah  seluruh  pasien  anak  yang  dirawat  di  ruang rawat instensif anak RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.
4.3.2. Sampel
Besar sampel pada penelititan ini ditentukan dengan metode total sampling dimana jumlah sampel adalah seluruh populasi , yaitu pasien anak yang dirawat di
ruang rawat instensif anak RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara 4.4.
Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan melihat kartu status atau rekam medik pasien anak yang dirawat  di  ruang  rawat  instensif  anak  RSUP  H.  Adam  Malik  Medan.  Data
yang  dicatat  ke  dalam  lembaran  pencatatan  adalah  nomor  rekam  medis,  nama pasien,  tanggal  lahir  atau  umur  pasien,  jenis  kelamin  pasien,  faal  ginjal  yang
meliputi  kadar kreatinin, urine  ouput yang  tercantum  pada  rekam  medis,  dan kadar  ureum  pasien  yang  dapat  di  jadikan  sebagai  nilai  pendukung  dalam
penelitian ini, penggunaan ventilator,serta lamanya perawatan dan outcome pasien hidupmeninggal.
4.5. Metode Analisis Data
Data  yang  dikumpulkan  dari  rekam  medik  akan  diolah dan  dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0 Statistical Products and Service Solutions .
Universitas Sumatera Utara BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi  Penelitian  dilakukan  di  ruang  rekam  medik  Rumah  Sakit  H. Adam  Malik  Medan yang  berlokasi  di  Jalan  Bunga  Lau  no.  17,  Kelurahan
Kemenangan  Tani,  Kecamatan  Medan  Tuntungan.  Rumah  Sakit  ini merupakan Rumah Sakit Pemerintah dengan Kategori Kelas A sesuai dengan
SK Menkes No. 2233MenkesSKXI2011. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan  juga  merupakan  rumah  sakit  rujukan  untuk  Wilayah  Sumatera  yang
meliputi  Sumatera  Utara,  Aceh,  Sumatera  Barat  dan  Riau  sehingga  dapat dijumpai  pasien  dengan  latar  belakang yang  sangat  bervariasi.  Berdasarkan
Keputusan  Menteri  Kesehatan  RI  No.  502MenkesIX1991  tanggal  6 September  1991,  RSUP  Haji  Adam  Malik  ditetapkan  sebagai  rumah  sakit
pendidikan  bagi  mahasiswa  Fakultas  Kedokteran  Universitas  Sumatera Utara.
5.2 Karakteristik Penilaian