Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit, Stuktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
Skripsi
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Pratiwi Setiyo Ningsih NIM 3351405561
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
(2)
ii
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Asrori, M.S Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si NIP. 196005051986011001 NIP. 197912082006042002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi FE
Drs. Fahrurrozie, M.Si
(3)
iii Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Linda Agustina, SE, M.Si NIP. 197708152000122001
Anggota I Anggota II
Drs. Asrori, M.S Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si NIP. 196005051986011001 NIP. 197912082006042002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs, S Martono, M.Si.
(4)
iv
Saya mengatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Februari 2011
Pratiwi Setiyo Ningsih
(5)
v
¾ Keberhasilan seseorang tidak dilihat dari hasil akhirnya tetapi dilihat dari kesuksesan seseorang menjalani proses atas usaha yang dilakukan (Andre Wongso)
¾ Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa (Theodore Roosevelt)
PERSEMBAHAN Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT,
karya ini kupersembahkan untuk :
¾ Ayah dan Ibuku tercinta, yang telah
memberikan doa, kasih sayang dan perhatian ¾ Kakak dan adikku tersayang
¾ Kekasihku yang telah memberikan doa, motivasi dan pengertian
¾ Almamaterku Universitas Negeri Semarang
(6)
vi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”.
Penulis menyadari tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. S Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang 3. Drs. Fahrurrozie, M.Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Asrori, M.S, Pembimbing skripsi I yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga selesainya skripsi ini.
5. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si, Pembimbing skripsi II yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga selesainya skripsi ini. 6. Linda Agustina, SE, M.Si, Penguji skripsi yang telah memberikan saran,
masukan, kritikan dan kebijaksanaannya dalam ujian skripsi.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moral maupun material dalam penyusunan skripsi ini.
(7)
vii agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Semarang, Februari 2011
(8)
viii
Pratiwi Setiyo Ningsih. 2011. “Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit, Stuktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”. Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Asrori, M.S, dan Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si.
Kata Kunci : Profitabilitas, Opini Audit, Stuktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Peraturan Bapepam dan LK mengenai penyampaian laporan keuangan yang terbaru yaitu Nomor: KEP-460/BL/2008 juga menyebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan tahunan. Meskipun telah ada aturan yang jelas mengenai masalah ketepatan waktu pelaporan keuangan, namun masih terdapat perusahaan yang belum melakukan pelaporan keuangannya secara tepat waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, opini audit, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu penyajian laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling yaitu sejumlah 60 perusahaan sesuai dengan rumus dari Taro Yamane dengan tingkat presisi 10%. Pengumpulan data dengan metode dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik.
Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa pada tingkat alpha 0,05, variabel profitabilitas mempunyai tingkat signifikansi 0,609>0,05 dan struktur kepemilikan dengan tingkat signifikansi 0,332>0,05 yang berarti kedua variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Opini audit mempunyai tingkat signifikansi 0,015<0,05 dan ukuran perusahaan dengan tingkat signifikansi 0,03<0,05 dapat diartikan bahwa kedua variabel signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Simpulan dari penelitian ini adalah variabel profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan pada variabel opini audit dan ukuran perusahaan signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Pengujian variabel profitabilitas dan struktur kepemilikan yang tidak signifikan dalam penelitian ini, memberi masukan bagi penelitian berikutnya agar menggunakan proksi yang lain pada variabel yang sama agar hasil yang diperoleh dapat lebih baik.
(9)
ix
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
SARI ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Laporan Keuangan ... 12
2.1.2 Pelaporan Keuangan ... 18
2.1.3 Teori Yang Mendasar ... 19
2.1.3.1 Teori Keagenan ... 19
2.1.3.2 Teori Signal ... 21
2.1.3.3 Teori Kepatuhan ... 22
(10)
x
Pelaporan Keuangan ... 26
2.1.5.1 Profitabilitas ... 27
2.1.5.2 Opini Audit ... 29
2.1.5.3 Struktur Kepemilikan (Outsider Ownership) ... 34
2.1.5.4 Ukuran Perusahaan ... 35
2.2 Kerangka Berpikir ... 38
2.3 Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Penentuan Sampel ... 44
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 47
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 47
3.4 Variabel Penelitian ... 48
3.4.1 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan ... 48
3.4.2 Variabel Independen ... 49
3.5 Metode Analisis Data ... 51
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 51
3.5.2 Pengujian Regresi Logistik ... 51
3.5.2.1 Menilai Metode Fit ... 52
3.5.2.2 Koefisien Determinasi ... 53
3.5.2.3 Pengujian Hipotesis ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 55
4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 55
4.1.2 Deskripsi Variabel ... 56
4.1.2.1 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan ... 56
4.1.2.2 Profitabilitas ... 57
4.1.3.3 Opini Audit ... 58
4.1.2.4 Struktur Kepemilikan ... 59
(11)
xi
4.2 Pembahasan ... 70
4.2.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan ... 71
4.2.2 Pengaruh Opini Audit Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan ... 73
4.2.3 Pengaruh Stuktur Kepemilikan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan ... 74
4.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan ... 75
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 77
5.2 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
(12)
xii
Halaman
Tabel 1.1 Penyampaian Laporan Keuangan Tahun 2008 ... 4
Tabel 3.1 Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian ... 46
Tabel 4.1 Klasifikasi Perusahaan Sampel ... 56
Tabel 4.2 Descriptive Statistics ROI ... 57
Tabel 4.3 Klasifikasi Nilai ROI Perusahaan Sampel ... 57
Tabel 4.4 Opini Audit Perusahaan Sampel ... 58
Tabel 4.5 Descriptive Statistics Outsider Ownership ... 59
Tabel 4.6 Struktur Kepemilikan Perusahaan Sampel ... 60
Tabel 4.7 Descriptive Statistics Total Asset ... 61
Tabel 4.8 Ukuran Perusahaan Sampel... 61
Tabel 4.9 Iterasion History Block 0 ... 62
Tabel 4.10 Iterasion History Block 1 ... 63
Tabel 4.11 Hosmer and Lemeshow Test... 64
Tabel 4.12 Model Summary ... 65
Tabel 4.13 Variables in the Equation ... 66
(13)
xiii
(14)
xiv
Halaman Lampiran 1 Tanggal Publikasi Laporan Keuangan Perusahaan
Sampel 2008 ... 82 Lampiran 2 Tabel Profitabilitas Perusahaan Sampel Tahun 2008 ... 84 Lampiran 3 Tabel Profitabilitas, Opini Audit, Struktur Perusahaan,
Ukuran Perusahaan dan Ketepatan Waktu Tahun 2008 ... 86 Lampiran 4 Hasil Statistik Deskriptif dan Regresi Logistik ... 88
(15)
1 I.I Latar Belakang Masalah
Berubahnya kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh pada dunia usaha. Untuk dapat lebih bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya, sehingga akan lebih membantu para pengambil keputusan dalam mengantisipasi kondisi yang semakin berubah. Profesi akuntansi sebagai penyedia informasi bisnis tidak dapat melepaskan diri dari perkembangan perekonomian ini. Semakin besar suatu usaha bisnis, semakin dirasakan perlunya informasi akuntansi, baik untuk pertanggungjawaban maupun untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan di dalamnya terkandung informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan kepada para pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Menurut Munawir (2002:31), laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Mamduh (2005:35) menyatakan bahwa ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh
(16)
suatu perusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan terlambat atau tidak diperoleh saat dibutuhkan, maka relevansi dan manfaat laporan keuangan untuk pengambilan keputusan akan berkurang.
Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting dalam menyajikan suatu informasi yang relevan. Karakteristik informasi yang relevan harus mempunyai nilai prediktif dan disajikan tepat waktu. Manfaat dari kandungan informasi yang ada dalam laporan keuangan akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan sangatlah penting. Semakin cepat disampaikan, informasi yang terkandung di dalamnya makin bermanfaat dan para pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun waktu. Dengan demikian, perusahaan secara tidak langsung akan memperoleh manfaat yang lebih baik sebagai dampak dari diambilnya keputusan tersebut oleh para pengguna laporan keuangan.
Menurut Hendriksen (1992:72) dalam Bandi (2002), ketepatan waktu pelaporan sangat diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan, pemakai tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan keputusannya, tetapi informasi harus lebih bersifat baru, dan tidak hanya berhubungan dengan periode yang lalu. Ketepatan waktu ini mengandung arti bahwa informasi yang digunakan oleh investor dan kreditor harus bisa tepat saat pembuatan prediksi dan keputusan.
(17)
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Laporan tahunan pada dasarnya merupakan sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pasar modal dan juga sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Semakin besar suatu usaha bisnis akan semakin mendorong perlunya informasi akuntansi. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis (Harahap, 2002:131).
Berkenaan dengan tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia diatur Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan pada tahun 1996, Badan pengawas pasar modal (Bapepam) mengeluarkan lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Selanjutnya diatur dengan dikeluarkannya peraturan terbaru keputusan
(18)
ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-460/BL/2008 yaitu tentang kewajiban menyampaikan laporan keuangan berkala oleh perusahaan efek. Dalam keputusan tersebut laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ke-3 (ketiga) setelah tanggal laporan tahunan. Perusahaan Publik yang juga di Negara lain di atur dalam Peraturan Nomor.X.K.7, dalam Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor.Kep-40/BL/2007.
Berdasarkan survei awal pada kenyataannya masih banyak perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu atau hampir melewati batas waktu yang ditetapkan. Dalam survei tersebut ditemukan fakta dengan mengambil sampel 10 perusahaan manufaktur selama tahun 2008 dan diperoleh hasil seperti tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 Penyampaian Laporan Keuangan Tahun 2008
No. Kode Nama Perusahaan
Tanggal Penyampaian
1 INAF PT Indofarma 01 April 2009
2 DLTA PT Delta Djakarta 31 Maret 2009 3 FAST PT Fast Food Indonesia 13 April 2009 4 KBLM PT Kabelindo Murni 03 April 2009 5 RDTX PT Roda Vivatex 20 April 2009 6 DOID PT Delta Dunia Petroindo 20 April 2009 7 PBRX PT Pan Brothers Tex 01 April 2009 8 IGAR PT Kageo Igar Jaya 30 Maret 2009 9 TIRT
PT Tirta Mahakam
Resourses 06 April 2009
10 LION PT Lion Metal Work 06 April 2009 Sumber: data sekunder yang diolah, 2010
(19)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kenyataan yang terjadi adalah sebagian besar perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2008 perusahaan manufaktur dalam penyampaian laporan keuangannya tidak tepat waktu yaitu melebihi batas waktu yang telah ditetapkan BAPEPAM (90 hari).
Kesehatan perusahaan yang dilihat dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan akan dapat berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan karena perusahaan yang mengalami keuntungan akan cenderung untuk selalu menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, hal ini dikarenakan keuntungan suatu perusahaan merupakan suatu berita baik (good news) bagi setiap perusahaan maka perlu untuk dipublikasikan. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki kinerja buruk cenderung akan terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan, hal ini dikarenakan akan memberikan citra buruk bagi perusahaan tersebut di mata umum sehingga calon investor akan urung menginvestasikan sahamnya pada perusahaan tersebut. Pada saat kinerja perusahaan buruk, perusahaan akan mengulur waktu untuk mengumumkan laporan keuangan dikarenakan manajemen lebih memilih untuk membatasi akses informasi akuntansi.
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para peneliti untuk menguji hubungan ketepatan waktu dengan faktor spesifik perusahaan. Penelitian-penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda, antara lain variabel profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
(20)
perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2008:196). Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba maksimum seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik bagi perusahaan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Dengan demikian perusahaan yang mampu manghasilkan laba akan cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian.
Profitabilitas dalam penelitian Petronila dan Mukhlasin (2003) dapat menjelaskan tentang ketepatan waktu pelaporan keuangan. Besar kecilnya tingkat profitabilitas sebagai pengukur kinerja manajemen mempengaruhi keinginan manajemen untuk melaporkan kinerjanya. Profitabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa manajemen akan sesegera mungkin melaporkan kinerjanya. Hasil serupa diperoleh dari penelitian Respati (2004), Hilmi dan Ali (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Mereka menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan dengan profitabilitas tinggi yang mana merupakan suatu sinyal yang bagus, maka hal ini menjadi berita baik dan perusahaan cenderung menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang
(21)
berkepentingan. Hasil yang berlawanan diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Oktorina dan Suharli (2005) yang meneliti tentang faktor penentu kepatuhan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Dalam penelitiannya diperoleh hasil bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Laporan keuangan perusahaan go publik harus terlebih dahulu diaudit oleh auditor independen sebelum dilaporkan. Auditor setelah melakukan tugasnya akan membuat laporan audit. Bagian terpenting dari laporan audit adalah opini auditor sebagai pernyataan atas kewajaran laporan keuangan. Opini auditor yang berupa wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai berita baik yang merupakan ukuran keberhasilan manajemen. Sebaliknya, jika opini tersebut berupa opini tidak memberikan pendapat atau bahkan tidak wajar maka hal itu berarti berita buruk yang dapat mempengaruhi penyampaian laporan keuangan pada publik. Beberapa penelitian telah dilakukan sehubungan dengan pengaruh opini auditor terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Wirakusuma (2004) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa opini auditor mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan sedangkan hasil yang berlawanan didapat oleh Hilmi dan Ali (2008).
Pemilik perusahaan pihak luar atau pemegang saham berkepentingan untuk mengetahui tingkat kembalian atas investasi mereka. Oleh sebab itu mereka membutuhkan informasi yang dapat membantu mereka untuk membuat keputusan ekonomi. Dengan adanya konsentrasi
(22)
kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan yang berjalan dengan pengawasan. Dengan adanya pengawasan dari pihak luar maka pihak manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik, manajemen sebagai penyedia informasi dituntut untuk menyajikan informasi secara tepat waktu dan relevan. Dengan demikian kepemilikan perusahaan oleh pihak luar cenderung berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Respati (2004) yaitu bahwa kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (Outsider Ownership) secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan (Luciana, 2006). Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu daripada perusahaan kecil. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan besar cenderung mendapat perhatian besar dari investor dan banyak mendapat tekanan untuk memberikan informasi secara tepat waktu.
Laporan keuangan akan bermanfaat bagi investor untuk mengembangkan prediksinya bahwa baik buruknya laporan keuangan akan mempengaruhi kondisi di masa mendatang. Profitabilitas, opini audit, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan sebagai bagian dalam laporan
(23)
keuangan akan mempengaruhi sikap investor. Mautz (1954) berpendapat bahwa perusahaan besar cenderung lebih banyak disorot oleh investor dan lebih banyak mendapat tekanan untuk memberikan informasi secara tepat waktu. Dalam perspektif Dyer dan McHugh (1975) berpendapat bahwa ada kecenderungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu.
Ditetapkannya peraturan terbaru keputusan ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-460/BL/2008 sebagai pengganti peraturan yang lama diharapkan perusahaan yang terdaftar di BEI dapat menyampaikan laporan keuangan perusahaannya tepat waktu. Tetapi pada kenyataannya dengan keluarnya peraturan baru tersebut dan semakin singkatnya jangka waktu pelaporan masih ditemukan juga perusahaan-perusahaan yang melewati batas waktu yang telah ditentukan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PROFITABILITAS, OPINI AUDIT, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas sebagai berikut:
(24)
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
2. Apakah opini audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
3. Apakah struktur kepemilikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
2. Mengetahui pengaruh opini audit terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
3. Mengetahui pengaruh struktur kepemilikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI? 4. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memperoleh manfaat antara lain sebagai berikut :
(25)
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan kontribusi dalam pengembangan studi akuntansi dan penelitian selanjutnya terkait dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, dapat memperluas pengetahuan di bidang akuntansi keuangan khususnya mengenai ketepatan waktu pelaporan keuangan. b. Bagi manajemen perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya ketepatan waktu dalam melaporkan laporan keuangan perusahaan.
c. Bagi investor, dapat memberikan gambaran tentang pentingnya ketepatan waktu dalam menyampaikan posisi keuangan perusahaan kepada publik.
(26)
12
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan atau SAK (2007) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi perubahan, catatan dan laporan lain, serta materi penjelas yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut SAK dijelaskan bahwa perusahaan pelapor adalah perusahaan yang laporan keuangannya digunakan oleh pengguna yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan perusahaan. Sedangkan pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah dan lembaganya serta masyarakat yang menggunakannya untuk kebutuhan informasi yang berbeda.
Baridwan (1992:17) beranggapan bahwa laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang disebabkan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan
(27)
dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu cerminan dari suatu kondisi perusahaan karena di dalamnya terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Tujuan laporan keuangan menurut SAK (2004) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Para pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda diantaranya (SAK, 2007):
a. Investor
Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi mereka.
b. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan.
c. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada jatuh tempo.
(28)
d. Pemasok dan kreditor lainnya
Pemasok dan kreditor lainnya tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai informasi kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena berkepentingan dengan aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Karakteristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai seperti yang terdapat dalam SAK 2004, yaitu:
(29)
a. Dapat dipahami
Informasi yang berkualitas adalah informasi yang dengan mudah dan segera dapat dipahami oleh pemakainya. Pemakai informasi diasumsikan mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Informasi mempunyai kualitas relevan bila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai, yaitu dengan cara dapat berguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevansi informasi bermanfaat dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory), yang keduanya berkaitan satu sama lain. Prediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan serta hal lainnya seringkali didasarkan pada informasi posisi keuangan dan kinerja masa lalu.
c. Keandalan
Agar manfaat, informasi juga harus andal (realiable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Keandalan ini penting dan dapat mempengaruhi relevansi karena jika hakikat dan
(30)
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Keandalan informasi dipengaruhi oleh:
a) Penyajian jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b) Substansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
c) Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakainya, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
d) Pertimbangan sehat
Ketidakpastian yang dihadapi dalam penyusunan laporan keuangan diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dan dengan
(31)
menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mangandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu tidak mempunyai kualitas andal.
e) Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
d. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend), posisi dan kinerja keuangan. Pemakain juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karenanya,
(32)
pengukuran dan penyajian transaksi yang sama harus dilakukan secara konsisten. Daya banding tidak berarti keseragaman, sehingga menghalangi penggunaan standar akuntansi yang lebih baik.
2.1.2 Pelaporan Keuangan
Akuntansi merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengomunikasian informasi keuangan tentang entitas ekonomi seperti kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan. Informasi keuangan tersebut kemudian disampaikan kepada pemakai yang berkepentingan melalui suatu proses pelaporan keuangan.
Pelaporan keuangan merupakan beberapa informasi keuangan yang disediakan perusahaan agar informasi akuntansi dapat dimanfaatkan. Proses pelaporan keuangan berusaha menyediakan data dan informasi bagi para pemakai informasi tersebut agar dapat membantu mereka dalam membuat keputusan untuk pencapaian tujuan tertentu.
Suwardjono (2005:101) mendeskripsikan pelaporan keuangan sebagai struktur dan proses akuntansi yang menggambarkan bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan ekonomik dan sosial negara.
Penyajian pelaporan keuangan bertujuan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak. Berbagai kepentingan atas pernyataan keuangan membuat penentuan tujuan pelaporan keuangan menjadi suatu proses yang kompleks. Menentukan siapa yang dituju, apa saja kepentingannya, dan seberapa banyak informasi yang dibutuhkan menjadi
(33)
faktor-faktor yang penting dalam penetapan tujuan pelaporan keuangan. Oleh karena itu, proses penyusunan tujuan merupakan langkah penting dalam perekayasaan pelaporan keuangan.
Suwardjono (2005:145) memaparkan bahwa tujuan pelaporan keuangan merupakan langkah yang paling krusial dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen keuangan. Untuk menurunkan tujuan pelaporan keuangan, pihak yang dituju dan kepentingannya harus diidentifikasi dengan jelas sehingga informasi yang dihasilkan dapat memuaskan kebutuhan informasional pihak yang dituju. Pada gilirannya, pihak yang dituju akan melakukan tindakan atau mengambil keputusan yang mengarah ke pencapaian tujuan pelaporan keuangan. Dengan demikian, diharapkan tujuan yang lebih luas (tujuan ekonomik dan sosial Negara) akan tercapai pula.
2.1.3 Teori yang mendasar
2.1.3.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan adalah teori yang menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (principle) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agent) yaitu manajer dalam bentuk kontrak kerjasama. Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (principle) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principle dan memberi
(34)
wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principle (Jensen & Meckling, 1976 dalam Saleh, 2004). Informasi keuangan akan mempunyai manfaat jika disampaikan tepat waktu kepada pemakainya (principle). Nilai dari ketepatan waktu pelaporan keuangan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan tersebut. Sebaliknya, manfaat laporan keuangan akan menjadi berkurang apabila laporan tersebut tidak disampaikan dengan tepat waktu.
Pemisahan fungsi antara manajemen dan pemilik ini memiliki dampak negatif yaitu keleluasaan manajemen (pengelola) perusahaan untuk memaksimalkan laba. Hal ini akan mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan dan biasanya sering bertentangan dengan kepentingan pemilik sehingga muncul konflik yang dinamakan konflik keagenan (agency conflict) (Jensen & Meckling 1976 dalam Masdupi 2005).
Konflik keagenan juga dapat muncul dalam hal luasnya pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Manajemen sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik. Oleh karena itu pihak manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik, sebab dengan kinerja yang baik maka pemegang saham akan mendukung keberadaan manajemen sehingga dengan tuntutan tersebut perusahaan akan menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu.
(35)
Jensen dan Meckling (1976) dalam Masdupi (2005) menyatakan bahwa laporan keuangan diharapkan dapat meminimalkan konflik antara pihak-pihak yang berkepentingan. Melalui laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principle dapat menilai mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta memberikan kompensasi kepada agen.
2.1.3.2 Teori Signal (Signalling Theory)
Signalling theory dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan yang menggunakan informasi yang asimetris antara perusahaan dengan pihak luar karena manajemen lebih banyak tahu tentang prospek perusahaan dan peluang masa depan dibandingkan pihak luar (investor). Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal. Untuk menghindari asimetris informasi, perusahaan harus memberikan informasi sebagai sinyal kepada investor. Asimetris informasi perlu diminimalkan, sehingga perusahaan go public dapat menginformasikan keadaan perusahaan secara transparan kepada investor.
Investor selalu membutuhkan informasi yang simetris sebagai pemantauan dalam menanamkan dana pada suatu perusahaan. Jadi sangat penting bagi perusahaan untuk memberikan informasi setiap account (rekening) pada laporan keuangan dimana merupakan sinyal untuk
(36)
diinformasikan kepada investor maupun calon investor (Subalno, 2009 dalam Rini, 2010).
Wolk dan Tearney (1997) dalam Rini (2010) menyatakan bahwa hal positif dalam signalling theory dimana perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka. Sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus, tidak akan dipercaya oleh pasar. Seperti halnya dengan informasi yang berisi berita baik seperti profitabilitas meningkat, dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik bagi perusahaan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Dengan demikian perusahaan yang mampu menghasilkan laba akan cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian.
2.1.3.3 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)
Teori kepatuhan telah banyak diteliti pada ilmu-ilmu sosial, diantaranya adalah bidang ekonomi, psikologi, dan sosiologi. Kebanyakan analis ekonomi mengasumsikan bahwa pemberian sanksi adalah satu-satunya mekanisme di mana kepatuhan hukum dapat dicapai apabila terjadi penolakan dan ketidakmampuan, sedangkan kebanyakan teori psikologi dan sosiologi menekankan pemahaman legitimasi hukum sebagai alat utama
(37)
dalam mencapai kepatuhan melalui penguatan sosial dan instutisional akan norma moral (Adams & Nadler, 2004 dalam Cessylia, 2006)
Dengan kata lain, teori kepatuhan dalam literatur ekonomi menekankan pada solusi hukum, sedangkan dalam literatur psikologi dan sosiologi menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan. Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku, sama halnya dengan perusahaan publik yang berusaha untuk melaporkan laporan keuangan tahunan secara tepat waktu karena selain memang merupakan suatu kewajiban juga akan bermanfaat bagi banyak pihak. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan keputusan ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban menyampaikan laporan keuangan berkala.
2.1.4 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Menurut Baridwan (1992:5) tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan. Mamduh (2005:35) ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan terlambat atau tidak diperoleh
(38)
saat dibutuhkan, maka relevansi dan manfaat laporan keuangan untuk pengambilan keputusan akan berkurang. Para pemakai informasi akuntansi tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan pembuatan keputusannya, tetapi informasi harus bersifat baru.
Informasi yang relevan akan bermanfaat bagi para pemakai apabila tersedia tepat waktu sebelum pemakai kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi. Apabila informasi tidak disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut kehilangan nilai di dalam mempengaruhi kualitas keputusan. Menurut Suwarjono (2002:11) dalam Wirakusuma (2004:1205) ketepatan waktu informasi adalah informasi yang tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi keputusan maupun untuk membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Keterlambatan pelaporan bisa berakibat buruk bagi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung pada investor mungkin menanggapinya sebagai pertanda (signal) yang buruk bagi perusahaan, sedangkan secara langsung sebagai contoh di pasar modal Australia tahun 1974 pernah terjadi 38 perusahaan sahamnya dilarang diperdagangkan hanya karena gagal memberikan laporan keuangan tahunan sesuai dengan persyaratan ketepatan waktu bagi bursa (Dyer & McHugh, 1975 dalam Bandi & Hananto 2002:156).
(39)
Pada Undang-undang (UU) No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal dinyatakan secara jelas bahwa perusahaan publik wajib menyampaikan laporan berkala dan laporan incidental lainnya kepada Bapepam. Ketentuan yang lebih spesifik tentang pelaporan perusahaan publik diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-38/PM/2003 tentang laporan tahunan yang berlaku sejak tanggal 17 Januari 1996.
Pada tahun 1996, Bapepam mengeluarkan lampiran keputusan ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan bagi setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan auditor independennya kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Namun sejak tanggal 30 September 2003, Bapepam semakin memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala.
Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Dan dalam peraturan Bapepam dan LK Nomor X.K.6 dinyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud melewati batas waktu
(40)
penyampaian laporan keuangan tahunan sebagaimana diatur dalam peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan tahunan.
Kemudian pada tanggal 7 Desember 2006, untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi kepada publik, diberlakukanlah peraturan Bapepam dan Lembaga Keuangan (LK) Nomor: KEP-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik. Kemudian pada tanggal 31 Maret 2007 diberlakukan keputusan ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-40/BL/2007 tentang jangka waktu penyampaian laporan keuangan berkala dan laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek Indonesia dan di Bursa Efek di Negara lain.
Peraturan terbaru keputusan ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban menyampaikan laporan keuangan berkala oleh perusahaan efek. Dalam keputusan tersebut laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ke-3 (ketiga) setelah tanggal laporan tahunan.
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Perusahaan publik diwajibkan menyampaikan laporan keuangan dengan ketentuan tertentu. Adanya peraturan tersebut seharusnya membuat
(41)
perusahaan melaksanakan apa yang telah ditetapkan. Namun, dalam kenyataannya banyak perusahaan yang belum mematuhi peraturan yang telah ditetapkan tersebut, termasuk mengenai batas waktu pelaporan keuangan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu pada pelaporan keuangan, seperti profitabilitas, opini audit, struktur kepemilikan maupun ukuran perusahaan yang dianggap sebagai variabel yang diduga berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.1.5.1 Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2008:196). Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba maksimum seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru.
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan sehingga dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik (good news) bagi perusahaan. Perusahaan tidak akan
(42)
menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Dengan demikian perusahaan yang mampu manghasilkan laba akan cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian.
Terdapat berbagai macam pengukuran profitabilitas, yaitu: profit margin, return on investment (ROI) dan return on equity (ROE).
a) Net profit margin
Net profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan.
Net profit margin = laba bersih sesudah pajak Penjualan
b) Return on investment (ROI)
Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian juga sebaliknya. Return on investment = laba bersih sesudah pajak
Total asset c) Return on equity (ROE)
Return on equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.
(43)
Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya.
Return on equity = laba bersih sesudah pajak Modal sendiri
Penelitian Luciana (2006) menyatakan bahwa profitabilitas yang diukur dengan menggunakan proksi profit margin, yaitu mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya, menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan. Hasil ini mendukung penelitian Oktorina (2005) yang menyatakan bahwa variabel profitabilitas yang diproksi dengan ROI tidak berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan atau dengan kata lain tidak ada kecenderungan bagi perusahaan yang mengalami keuntungan untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Sebaliknya, hasil kedua penelitian tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian Respati (2004) dan Utari (2008) bahwa profitabilitas yang diukur dengan ROA secara signifikan mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan.
2.1.5.2 Opini Audit
Auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam hal ini semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Pemeriksaan yang dilakukan
(44)
oleh auditor independen adalah untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan keuangan.
Pendapat yang dapat diberikan oleh seorang auditor dalam Mulyadi dan Kanaka (1998:18) dapat dikelompokan menjadi:
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keungan.
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, jika memenuhi kondisi:
a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion report with explanatory language)
(45)
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas diberikan auditor jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit. a. Lingkup audit dibatasi oleh klien
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar kekuasaan klien maupun auditor
c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten
Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima
(46)
umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan saldo laba, dan arus kas perusahaan klien. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terdapat lingkup audit b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar (adverse opinion) adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan.
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Bapepam bahwa laporan keuangan perusahaan publik harus diaudit oleh auditor independen sehingga informasi yang disampaikan merupakan informasi yang wajar. Dalam memberikan opininya seorang auditor dapat memberikan pendapat
(47)
yang wajar maupun pendapat yang tidak wajar. Auditor yang berkualitas dan opini audit yang wajar tanpa pengecualian berdasarkan perspektif informasi bagi investor merupakan good news. Manajemen yang mengerti pentingnya informasi akan menyampaikan berita baik tersebut secepatnya. Good news artinya informasi yang disajikan dianggap merupakan hal penting dan dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan kredit dan investasi. Sedangkan bad news maksudnya informasi yang disajikan tidak dapat memenuhi informasi kunci sehingga mereka memandang bahwa laporan keuangan masih berguna tetapi perlu diperbaiki (Noll & Waygandt, 1997 dalam Petronila & Mukhlasin, 2003). Informasi yang berisi berita baik seperti profitabilitas meningkat, kinerja manajemen efektif dan efisien serta pemberian opini wajar tanpa pengecualian, akan menarik calon investor untuk melakukan investasi. Opini audit dalam perspektif informasi memberikan gambaran tentang kondisi suatu perusahaan dari pihak yang independen sehingga informasi ini merupakan informasi yang ditunggu-tunggu oleh investor (Anissa, 2004)
Penelitian yang dilakukan oleh Petrolina (2003) dan Anissa (2004) membuktikan bahwa opini auditor mempunyai pengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan sedangkan penelitian yang dilakukan Utari (2008) berbanding dengan penelitian Petrolina dan Anissa yaitu bahwa opini audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
(48)
2.1.5.3 Struktur Kepemilikan (Outsider Ownership)
Pemilik perusahaan pihak luar atau pemegang saham berkepentingan untuk mengetahui tingkat kembalian atas investasi mereka. Oleh sebab itu mereka membutuhkan informasi yang dapat membantu mereka untuk membuat keputusan ekonomi. Selain itu pihak luar juga ingin mengetahui kemampuan perseroan untuk membayar deviden. Informasi mengenai perkembangan dan kondisi perusahaan tercermin dalam laporan keuangan (Ang 1997 dalam Respati 2004).
Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan yang berjalan dengan pengawasan. Akibatnya keleluasaan pihak manajemen menjadi terbatas. Adanya pengawasan dari pihak luar maka pihak manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik, karena jika kinerja pihak manajemen baik maka pemegang saham akan mendukung keberadaan manajemen.
Upaya pihak manajemen untuk menunjukkan kinerja yang baik adalah dengan memberikan informasi perkembangan dan kondisi perusahaan. Manajemen sebagai penyedia informasi dituntut untuk menyajikan informasi secara tepat waktu dan relevan. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka pihak manajemen akan lebih mendapat tekanan dari pihak luar untuk lebih tepat waktu. Dengan demikian kepemilikan perusahaan oleh pihak luar cenderung berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
(49)
Penelitian yang dilakukan oleh Respati (2004) membuktikan bahwa kepemilikan pihak luar secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Saleh (2004) menemukan bukti bahwa kepemilikan saham terbesar yang dimiliki oleh outsider owmnership tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan.
2.1.5.4 Ukuran perusahaan
Menurut keputusan Bapepam No. 9 tahun 1996, definisi perusahaan menengah atau kecil adalah badan hukum yang didirikan di Indonesia yang (1) memiliki jumlah kekayaan (total asset) tidak lebih dari Rp. 20 milyar, (2) bukan merupakan afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan atau kecil, (3) bukan merupakan reksadana. Adapun usaha menengah atau besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil. Usaha menengah atau kecil meliputi usaha nasional (milik Negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan kegiatan di Indonesia.
Adanya asumsi di mana perusahaan didirikan untuk jangka panjang, maka perusahaan akan memperoleh tekanan untuk mengolah informasi yang ada untuk dilaporkan pada pihak-pihak yang berkepentingan. Perusahaan besar juga cenderung lebih banyak disorot investor sehingga pihak manajemen perusahaan akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi mengenai pentingnya informasi dalam mempertahankan eksistensi perusahaan. Pentingnya informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan
(50)
akan membuat perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan secara tepat waktu. Semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan lebih tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan, karena semakin besar perusahaan semakin banyak memiliki sumber daya, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang canggih serta memiliki pengendalian intern yang kuat sehingga akan semakin cepat dalam penyelesaian laporan keuangan. Selain itu, perusahaan besar juga akan lebih tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan untuk menjaga image atau citra perusahaan di mata publik.
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total aktiva, total penjualan, kapitalisasi pasar, dan jumlah tenaga kerja. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin bersar juga ukuran perusahaan itu (Utari, 2008). Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam dan semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal dalam masyarakat.
Dalam beberapa penelitian terdahulu, variabel ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total asset dan total penjualan seperti yang digunakan oleh Dyer dan McHugh (1975), Soo dan Schwartz (1996), Naim (1999) dan Utari (2008) dalam penelitiannya. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk mengukur variabel ukuran perusahaan seperti yang digunakan dalam penelitian Bandi (2000) dan Respati (2004) adalah
(51)
dengan menggunakan natural lag of market value atau natural lag capitalization yaitu harga pasar dikalikan jumlah saham yang beredar. Dyer dan McHugh (1975) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian lain mengenai ukuran perusahaan dan hubungannya dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan juga dilakukan oleh Luciana (2006) dan Oktorina (2005). Dalam penelitiannya, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ketepatan waktu. Dimana pada penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan total asset.
Bukti empiris yang ada menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki asset lebih besar cenderung melaporkan lebih cepat dibandingkan perusahaan yang memiliki asset lebih kecil. Mereka berargumen bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya yang besar memiliki lebih banyak informasi, lebih banyak staf, akuntansi dan system informasi lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, dan adanya pengawasan dari investor dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik (Utari, 2008). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Bandi (2002), Naim (1999) dan Respati (2004) bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
(52)
2.2 KERANGKA BERPIKIR
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang sering digunakan oleh para pengguna laporan keuangan. Penyajian laporan keuangan perusahaan publik wajib disampaikan secara berkala kepada Bapepam, mengingat informasi yang terkandung memberikan bahan pertimbangan bagi para pengguna laporan keuangan. Para pengguna memerlukan ketepatan waktu dalam penyajian laporan suatu perusahaan.
Ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi dan kredit. Para pemakai tidak hanya perlu memiliki informasi keuangan yang relevan dengan prediksi dan keputusannya, tetapi informasi harus lebih bersifat baru dan tidak hanya berhubungan dengan periode lalu, ketepatan waktu ini mengandung arti bahwa informasi yang digunakan oleh investor dan kreditor harus tepat saat pembuatan prediksi dan keputusan.
Perusahaan publik yang terdaftar dalam pasar modal berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangannya kepada BAPEPAM sesuai dengan peraturan LK Nomor: KEP-460/BL/2008 tentang kewajiban menyampaikan laporan keuangan berkala oleh perusahaan efek. Dalam keputusan tersebut laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ke-3 (ketiga) setelah tanggal laporan tahunan. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan suatu
(53)
perusahaan menggambarkan bahwa tersedianya informasi tepat pada saat yang dibutuhkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan antara lain profitabilitas, opini audit, stuktur kepemilikan dan ukuran perusahaan.
Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik bagi perusahaan. Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi berita baik. Dengan demikian perusahaan yang mampu manghasilkan laba akan cenderung lebih tepat waktu dalam pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian.
Semakin besar rasio profitabilitas, semakin baik pula kinerja perusahaan sehingga perusahaan akan cenderung untuk memberikan informasi tersebut pada pihak lain yang berkepentingan. Dye dan Sridhar, dalam penelitian Made (2004) dalam Luciana (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan dengan hasil gemilang cenderung berusaha untuk menyajikan laporan keuangannya lebih tepat waktu. Dalam penelitian Petronila dan Mukhlasin (2003) menjelaskan bahwa besar kecilnya tingkat profitabilitas sebagai pengukur kinerja manajemen mempengaruhi keinginan manajemen untuk melaporkan kinerjanya. Profitabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa manajemen akan sesegera mungkin
(54)
melaporkan kinerjanya. Hasil serupa diperoleh dari penelitian Respati (2004), Hilmi dan Ali (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
Laporan keuangan perusahaan go publik harus terlebih dahulu diaudit oleh auditor independen sebelum dilaporkan. Auditor setelah melakukan tugasnya akan membuat laporan audit. Bagian terpenting dari laporan audit adalah opini auditor sebagai pernyataan atas kewajaran laporan keuangan. Opini auditor yang berupa wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai berita baik yang merupakan ukuran keberhasilan manajemen. Sebaliknya, jika opini tersebut berupa opini tidak memberikan pendapat atau bahkan tidak wajar maka hal itu berarti berita buruk yang dapat mempengaruhi penyampaian laporan keuangan pada publik. Manajemen yang mengerti pentingnya informasi akan menyampaikan berita baik tersebut secepatnya. Penelitian mengenai hubungan opini audit dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan yang dilakukan oleh Wirakusuma (2004) dan Petrolina (2003) membuktikan bahwa opini audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Pemilik perusahaan pihak luar atau pemegang saham berkepentingan untuk mengetahui tingkat kembalian atas investasi mereka. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati
(55)
menjadi perusahaan yang berjalan dengan pengawasan. Akibatnya keleluasaan pihak manajemen menjadi terbatas, dan dengan pengawasan dari pihak luar maka pihak manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik, manajemen sebagai penyedia informasi dituntut untuk menyajikan informasi secara tepat waktu dan relevan. Dengan demikian kepemilikan perusahaan oleh pihak luar cenderung berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Respati (2004) yaitu bahwa kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (Outsider Ownership) secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Ukuran perusahaan dapat menunjukan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal maupun internal perusahaan dimana ukuran perusahaan lebih banyak disorot oleh investor. Perusahaan besar cenderung untuk menyajikan laporan keuangan lebih tepat waktu dari pada perusahaan kecil. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan besar cenderung mendapat perhatian besar dari investor dan banyak mendapat tekanan untuk memberikan informasi secara tepat waktu. Karena semakin besar perusahaan semakin banyak memiliki sumber daya, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang canggih serta memiliki pengendalian intern yang kuat sehingga akan semakin cepat dalam penyelesaian laporan keuangan. Selain
(56)
itu, perusahaan besar juga akan lebih tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan untuk menjaga image atau citra perusahaan di mata publik.
Dyer dan Mc Hugh (1975), Carslaw dan Kaplan (1991) dan Owusu-Ansah (2000) dalam Utari (2008), dalam penelitian mereka menemukan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ukuran (proksi) yang mereka gunakan untuk variabel ukuran perusahaan ini adalah dengan total aset. Bukti empiris yang ada menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki asset yang lebih kecil.
Berdasarkan pada hubungan teoritis antara variabel-variabel profitabilitas, opini audit, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan, maka dapat disajikan dalam gambar 2.1 di bawah ini:
Profitabilitas
+ Opini Audit +
Ketepatan Waktu Struktur Kepemilikan +
+ Ukuran Perusahaan
Gambar 2.1
(57)
2.3 HIPOTESIS
Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi (Sekaran, 2006:135). Menurut Riduwan (2004:35) hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran tersebut di atas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan
H2 : Opini audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan
H3 : Struktur kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan
(58)
44
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian (Riduwan, 2002:3). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode waktu 2008. Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data cross sectional karena data yang dikumpulkan hanya dalam satu kurun waktu yaitu tahun 2008 saja. Populasi penelitian sebanyak 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Indonesian Capital Market Directory. Sampel menurut Arikunto (1998:117) adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Dalam menentukan jumlah sampel yang akan diteliti, peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rakhmat (1998:82) dalam Riduwan (2004:65) sebagai berikut:
(59)
n : jumlah sampel N : jumlah populasi
d2 : presisi yang ditetapkan (10%)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara yang dilakukan yaitu melalui undian tanpa pengembalian, populasi yang terdapat dalam perusahaan manufaktur tahun 2008 yaitu sejumlah 151 perusahaan diundi untuk mendapatkan sampel. Berdasarkan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane didapat banyaknya sampel penelitian 60,16 perusahaan dibulatkan menjadi 60 perusahaan.
Tabel 3.1 berikut adalah sampel perusahaan dalam penelitian yang telah dipilih secara acak sebanyak 60 perusahaan manufaktur 2008.
Tabel 3.1 Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian No. Nama Perusahaan No. Nama Perusahaan
1 PT Aqua Golden Misissipi 31 PT Lautan Luas 2 PT Arwana Citra Mulia 32 PT Lion Metal Works 3 PT Astra Graphia 33 PT Mandom Indonesia 4 PT Ades Waters Indonesia 34 PT Mayora Indah 5
PT Bentoel International
Investama 35 PT Merck
6 PT Berlina 36 PT Metrodata Elektronics 7 PT Cahaya Kalbar 37 PT Multi Bintang Indonesia 8 PT Citra Tubindo 38 PT Multi Strada Arah Sarana 9 PT Darya Varia Laboratoria 39 PT Mustika Ratu
10 PT Delta Djakarta 40 PT Panasia Indosyntex 11 PT Fajar Surya Wisesa 41 PT Pan Brothers Tex 12 PT Fast Food Indonesia 42 PT Pyrdam Farma
(60)
14 PT Prima Alloy Steel 44 PT Roda Vivatex 15 PT Hexindo Adiperkasa 45 PT Sekar Laut 16 PT Holcim Indonesia 46 PT Semen Gresik 17 PT Indal Alumunium 47 PT Sepatu Bata 18 PT Indocement Tunggal Prakasa 48 PT Sierad Produce
19 PT Indo Kordsa 49
PT Sorini Agro Asia Corporindo
20 PT indofarma 50 PT Sugi Samapersada 21 PT Indospring 51 PT Sumalindo Lestari Jaya 22 PT Intraco Penta 52 PT Surya Toto Indonesia 23 PT Jaya Pari Steel 53 PT Tirta Mahakam Resourses 24 PT Jembo Cable Company 54 PT Total Bangun Persada 25 PT Kabelindo Murni 55 PT Trias Santosa
26 PT Kageo Igar Jaya 56 PT Tunas Ridean
27 PT Kedaung Indah Cantik 57 PT Unggul Indah Cahaya 28 PT Kimia Farma 58 PT United Tractor
29 PT KMI Wire and Cable 59 PT Voksel Elektric
30 PT Langgeng Makmur Industri 60 PT Yanaprima Hastapersada Sumber: Data sekunder yang diolah, 2010
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari eksternal. Data sekunder eksternal umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan, dan umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang telah tersusun di dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro & Bambang, 1998:147). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan tahunan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009.
Jenis data yang dikumpulkan adalah cross section karena data yang dikumpulkan dalam satu point waktu (Gujarati, 2002). Data yang
(61)
digunakan adalah tahun 2008, hal ini dikarenakan keterbatasan ketersediaan data mengenai tanggal penyajian laporan keuangan perusahaan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter data yang relevan penelitian (Riduwan, 2004:105). Metode ini dilakukan dengan mencatat dan mengumpulkan data-data yang tercantum pada laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia yaitu Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan informasi penyampaian hasil laporan tahunan di www.idx.co.id
3.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai (Sekaran, 2006:115). Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen berupa ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006:116), sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, opini audit, stuktur kepemilikan dan ukuran perusahaan. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif (Sekaran, 2006:117).
(62)
3.4.1 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Tepat waktu diartikan sebagai suatu informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan (Baridwan, 1992:5). Variabel dependen ini diukur berdasarkan tanggal publikasi laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan harus disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Perusahaan dikategorikan terlambat jika laporan keuangan dilaporkan setelah tanggal 31 Maret, sedangkan perusahaan yang tepat waktu adalah perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan sebelum atau pada tanggal 31 Maret. Ketepatan waktu ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kategori 1 untuk perusahaan tepat waktu, sedangkan kategori 0 untuk perusahaan yang terlambat dalam menyampaikan laporan keuangannya.
3.4.2 Variabel Independen (X) 1. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan indikator suatu keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas yang tinggi menandakan kinerja yang baik. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ROI yaitu rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga menunjukkan produktivitas dari
(63)
seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Return on investment = laba bersih sesudah pajak Total asset
Untuk mengukur variabel profitabilitas, maka dibuat tabel kategori yang disusun dalam perhitungan yaitu menentukan nilai tertinggi, nilai terendah, banyaknya kelas interval dan menentukan panjang interval setiap kelas. Nilai tertinggi – nilai terendah
Panjang interval
2. Opini Audit
Opini audit merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor atas kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Opini audit diukur berdasarkan opini yang diberikan auditor atas laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Kategori perusahaan yang mendapat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) diberi nilai dummy 1 dan kategori perusahaan yang mendapat opini selain unqualified opinion diberi nilai dummy 0.
3. Struktur kepemilikan (Outsider Ownership)
Pemilik perusahaan pihak luar atau pemegang saham berkepentingan untuk mengetahui tingkat kembalian atas investasi mereka. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan perusahaan dan dengan pengawasan dari pihak luar maka
(64)
pihak manajemen dituntut harus mampu untuk menunjukkan kinerja yang baik. Dalam penelitian ini konsentrasi kepemilikan pihak luar diukur dengan persentase kepemilikan saham terbesar yang dimiliki outsider ownership.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dari jumlah total aktiva (aktiva lancar dan aktiva non lancar). Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam dan semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal dalam masyarakat. Perusahaan besar cenderung lebih banyak disorot investor sehingga pihak manajemen perusahaan akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi mengenai pentingnya informasi dalam mempertahankan eksistensi perusahaan.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum tentang variabel-variabel dalam penelitian. Gambaran umum diberikan pada tiap variabel baik variabel dependen (ketepatan waktu pelaporan keuangan) maupun variabel independen (profitabilitas, opini audit, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan). Statistik deskriptif pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam penelitian tabulasi agar mudah dipahami. Alat analisis yang digunakan
(65)
adalah nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata dan standar deviasi (Ghozali, 2006:19).
3.5.2 Pengujian Regresi Logistik
Pengujian hipotesis menggunakan logistic regression (regresi logistik). Metode logistic regression digunakan karena dalam penelitian ini variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik), sedangkan variabel terikat bersifat non-metrik atau nominal. Dengan demikian, pada analisis dengan regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Model logit dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
0 1 ROI + 2 3 OWN 4 TA
Keterangan:
yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu)
β = Koefisien regresi logistik ROI = Return on investment OP = Opini Audit
OWN = Outsider Ownership TA = Ukuran Perusahaan
Analisis pengujian model regresi logistik memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
(66)
3.5.2.1 Menilai Model Fit
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu model data diuji dengan menilai kelayakan model regresi yaitu menilai keseluruhan model (overall model fit). Model fit digunakan untuk menilai overall model fit terhadap data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
Ho : model dihipotesiskan fit dengan data
H1 : model dihipotesiskan tidak fit dengan data
Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood. Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatife, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta, yang kedua adalah untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Jika -2LogL untuk model dengan konstanta dan variabel bebas yang tidak signifikan pada alfa 5% berarti hipotesis nol tidak dapat ditolak dan model fit dengan data (Ghozali, 2006:232).
Dalam menilai model regresi logistic, kelayakan model regresi dinilai dengan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test statistics sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan
(67)
antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Statistics Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2006:233).
3.5.2.2 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen. Hal itu dapat dilihat pada nilai Nagelkerke’s r square yang merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s R2dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2006:233).
3.5.2.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini menggunakan koefisien regresi. Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Untuk menentukan penerimaan hipotesis didasarkan pada probabilitas (Sig) dibandingkan dengan α (0,05) adalah sebagai berikut:
(1)
Lampiran 4
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROI 60 -12.10 39.20 5.9220 8.92315
OWN 60 3.14 93.60 50.0767 24.09199
TA 60 44193.00 22847721.00 1990067.450 3625130.050
Valid N (listwise) 60
Logistic Regression
Case Processing Summary
60 100.0
0 .0
60 100.0
0 .0
60 100.0
Unweighted Casesa
Included in Analysis Missing Cases Total
Selected Cases
Unselected Cases Total
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
0 1 Original Value
.00 1.00
(2)
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
81.503 .333
81.503 .336
81.503 .336
Iteration 1 2 3 Step 0
-2 Log
likelihood Constant Coefficients
Constant is included in the model. a.
Initial -2 Log Likelihood: 81.503 b.
Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001. c.
Classification Tablea,b
0 25 .0
0 35 100.0
58.3 Observed
.00 1.00 Ketepatan Waktu Overall Percentage Step 0
.00 1.00
Ketepatan Waktu Percentage Correct Predicted
Constant is included in the model. a.
The cut value is .500 b.
Variables in the Equation
.336 .262 1.651 1 .199 1.400
Constant Step 0
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equationa
.103 1 .748
21.165 1 .000
.784 1 .376
7.948 1 .005
ROI OP OWN TA Variables
Step 0
Score df Sig.
Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies. a.
(3)
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
56.614 4 .000
56.614 4 .000
56.614 4 .000
Step Block Model Step 1
Chi-square df Sig.
Model Summary
24.889a .611 .822 Step
1
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
Estimation terminated at iteration number 10 because parameter estimates changed by less than .001. a.
Hosmer and Lemeshow Test
5.914 8 .657
Step 1
Chi-square df Sig.
Iteration Historya,b,c,d
54.214 -1.770 -.019 2.315 .006 .000 47.061 -2.536 -.030 2.679 .009 .000 37.050 -3.569 -.021 2.773 .011 .000 30.046 -4.898 -.015 3.195 .012 .000 25.940 -6.282 -.019 3.401 .015 .000 24.987 -7.610 -.034 3.971 .019 .000 24.891 -8.226 -.047 4.320 .020 .000 24.889 -8.331 -.050 4.384 .021 .000 24.889 -8.334 -.050 4.385 .021 .000 24.889 -8.334 -.050 4.385 .021 .000 Iteration
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Step 1
-2 Log
likelihood Constant ROI OP OWN TA Coefficients
Method: Enter a.
Constant is included in the model. b.
Initial -2 Log Likelihood: 81.503 c.
Estimation terminated at iteration number 10 because parameter estimates changed by less than .001.
(4)
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
6 5.989 0 .011 6
6 5.927 0 .073 6
6 5.593 0 .407 6
4 4.236 2 1.764 6
2 2.280 4 3.720 6
0 .791 6 5.209 6
1 .165 5 5.835 6
0 .019 6 5.981 6
0 .000 6 6.000 6
0 .000 6 6.000 6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Step 1
Observed Expected
Ketepatan Waktu = .00
Observed Expected
Ketepatan Waktu = 1. 00
Total
Classification Tablea
22 3 88.0
3 32 91.4
90.0 Observed
.00 1.00 Ketepatan Waktu Overall Percentage Step 1
.00 1.00
Ketepatan Waktu Percentage
Correct Predicted
The cut value is .500 a.
Variables in the Equation
.050 .097 .262 1 .609 .951
4.385 1.805 5.902 1 .015 80.248
.021 .021 .941 1 .332 1.021
.000 .000 8.727 1 .003 1.000
-8.334 2.745 9.215 1 .002 .000
ROI OP OWN TA Constant Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variable(s) entered on step 1: ROI, OP, OWN, TA. a.
(5)
Correlation Matrix
1.000 .355 -.771 -.499 -.855 .355 1.000 -.428 -.353 -.362 -.771 -.428 1.000 .055 .586 -.499 -.353 .055 1.000 .299 -.855 -.362 .586 .299 1.000 Constant
ROI OP OWN Step
1
(6)
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities 20 ô ô ó ó ó 1ó F ó 1ó R 15 ô 1ô E ó 1ó Q ó 1ó U ó 1ó E 10 ô0 1ô N ó0 1ó C ó0 1ó Y ó0 1ó 5 ô0 11ô ó0 11ó ó00 0 1 1 1 1 11ó
ó0000 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 11 1011ó
Predicted òòòòòòòòòòòòòòôòòòòòòòòòòòòòòôòòòòòòòòòòòòòòôòòòòòòòòòòòòòòò Prob: 0 .25 .5 .75 1
Group: 000000000000000000000000000000111111111111111111111111111111 Predicted Probability is of Membership for 1.00
The Cut Value is .50 Symbols: 0 - .00 1 - 1.00