Gambar 2.6. Komplikasi Kronik Diabetes Melitus Tipe 2
Sumber : Color Atlas of Pathophysiology, Stefan Silbernagl Florian Lang, 2000
2.2 Anemia
2.2.1 Definisi Anemia
Anemia didefinisikan sebagai penurunan dalam kapasitas transportasi oksigen dalam darah. Hal ini dapat timbul jika ada terlalu sedikit hemoglobin yang beredar
atau hemoglobin yang berfungsi. Guyton dan Hall, 2006. Anemia bukanlah penyakit, tetapi merupakan indikasi dari beberapa penyakit proses atau perubahan
dalam fungsi tubuh.
2.2.2 Klasifikasi
Terdapat beberapa klasifikasi anemia yang diusulk an, dan tiga yang sering di gunakan adalah berdasarkan mekanisme patofisiologi, fungsional dan morfologi
sel darah merah. a Klasifikasi mekanisme patofisiologi :
Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik umumnya disebabkan defisiensi vitamin B12 dan asa m folat, dimana defisiensi salah satu dari keduanya dapat memperlambat reproduksi
sel erythroblasts prekursor sel eritrosit di sumsum tulang. Akibatnya, sel darah merah tumbuh terlalu besar, dengan bentuk yang aneh, d an disebut megaloblas.
Guyton dan Hall, 2006
Anemia hemolitik Anemia hemolitik adalah adanya kelainan dari sel -sel darah merah.Kondisi yang
bersifat heriditer ini ditandai dengan sel -sel eritrosit yang rapuh dan mudah pecah khususnya saat melalui kapiler darah dan sirkulasi darah di limpa . Porth dan
Martin , 2008 Pada beberapa penyakit hemolitik, masa hidup dari sel eritosit lebih singkat kerana keadaannya yang rapuh dapat membuatkan sel eritrosit yang
dihasil lebih cepat rusak meskipun jumlah sel darah merah yang terbentuk normal, atau bahkan jauh lebih besar dari normal. Guyton dan hall, 2013
Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah keadaan dimana sumsum tulang mengalami aplasia sehingga mengakibatkan penurunan fungsi sumsum tulang dalam memproduksi
eritrosit Guyton dan Hall, 2006
Anemia Defisiensi Nutrisi Nutritional Deficiency Anemia gizi umumnya terjadi akibat kurangnya pemenuhan zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk membentuk dan memproduksi sel eritrosit seperti defisiensi besi, asam folat dan vitamin B12 WHO 2008, Wiwanitkit, 2007.
b Klasifikasi fungsional anemia : Klasifikasi funsional anemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu keadaan
hipoproliferatif ditandai dengan adanya kelainan proses proliferasi eritrosit inefektif, adanya kelainan dari proses pematangan eritrosit dan kadar hemolisis
eritrosit yang meningkat atau terjadinya penurunan kemampuan survival eritrosit. Williams Hematology 7
th
ed, 2005 c Klasifikasi morfologik eritrosit :
Klasifikasi lain untuk anemia dapat dibuat berdasarkan gambaran morfologik dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi Handbook of
Pathophysiology 3rd ed, 2008, Wintrobe’s Atlas of Clinical Hematology,2007. Dalam klasifikasi ini, anemia dibagi menjadi 3 golongan:
1 Anemia hipokromik mikrositer apabila MCV 80 fl dan MCH 27 fl 2 Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 fl
3 Anemia makrositer, bila MCV 95 fl
Tabel 2.4. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi
A.Anemia hipokromik mikrositer Anemia defisiensi besi
Thalassemia major Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik B.Anemia normokromik normositer
Anemia pasca perdarahan akut Anemia aplastik
Anemia hemolitik didapat Anemia akibat penyakit k ronik
Anemia pada gagal ginjal kronik Anemia pada sindrom mielodiplastik
Anemia pada keganasan hematologik C.Anemia makrositer
a.Bentuk megaloblastik Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa b.Bentuk non-megaloblastik
Anemia pada penyakit hati kronik Anemia pada hipotiroidisme
Anemia pada sindrom mielodiplastik Sumber : Hematologi Klinik Ringkas. Bakta, I Made. 2006.
2.2.3 Diagnosis