SITUS CERUK UATTAMDI

A. SITUS CERUK UATTAMDI

Penelitian Peter Bellwood pada tahun 1991 dan 1994 meliputi dua situs di Pulau Kayoa, Maluku Utara, yaitu Situs Ceruk Uattamdi I dan Situs Ceruk Uattamdi II. Dalam penelitian tersebut hanya Situs Ceruk Uattamdi I saja yang banyak menghasilkan data arkeologi yang akan dibahas dalam tulisan ilmiah ini.

1. Situs Uattamdi I

Situs Uattamdi I merupakan sebuah ceruk peneduh 1 pada tebing koral setinggi 6 m di Tanjung Pompom, pantai barat Pulau Kayoa. Tepatnya di sebelah

barat laut kampung Guruapin, ibu kota kecamatan Kayoa. Situs Uattamdi terletak pada koral terjal yang terangkat naik karena gerakan tektonik, dan berjarak 60 meter dari garis pantai saat ini. Dataran pesisir selebar 60 meter tersebut terbentuk oleh sedimentasi pelapukan hasil pembukaan lahan bagi pertanian kelapa pada

masa baru-baru ini. 2

1 Berbeda dengan gua, ceruk merupakan bentuk gua yang lebih sederhana. Biasanya tidak memiliki stalaktik dan stalakmit, keseluruhan bagian rongga

mendapat sinar matahari, dan batas imajinernya hanya sampai batas yang temaram. Agung Wiratno, ”Perbedaan Bentuk Budaya Masyarakat Penghuni Gua- Gua Prasejarah Di Jawa Timur Dan Sulawesi Selatan”, Skripsi (Yogyakarta: Fak. Sastra UGM, 1998), hlm. 12-13.

2 Peter Bellwood, Goenadi Nitihaminoto, Gunadi, Agus Waluyo, Geoffrey

Peta 3.1. Keletakan situs Ceruk Uattamdi, Pulau Kayoa, Maluku Utara

Sumber: Microsoft Encarta Reference Library (2003), dengan modifikasi.

Penelitian terhadap situs ceruk peneduh Uattamdi, Pulau Kayoa telah dilakukan oleh Peter Bellwood pada tahun 1991 dan 1994. Pada tahun 1991 di situs tersebut telah dilakukan ekskavasi pada kotak AB7 dan kotak D4 – D9. Kotak AB7 terletak pada dinding timur situs tersebut, sedangkan kotak D4 – D9 yang berukuran 6 m², berada di tengah-tengah situs tersebut digali membujur arah

Pacific”, dalam Sudaryanto dan Alex Horo Rambadeta (eds), Antar Hubungan Bahasa dan Budaya di Kawasan Non-Austronesia, (Yogyakarta: PSAP-UGM, 2000), hlm. 212.

utara-selatan. Kemudian pada tahun 1994 dibuka kotak C4 – C7 dan E4 – E9, yang berada disebelah utara dan selatan kotak D4-D9. Kotak C4 – C7 berukuran 4 m², sedangkan kotak E4 – E9 berukuran 6 m².

Gambar 3.1. Keberadaan kotak ekskavasi pada Situs Ceruk Uattamdi

Sumber: Peter Bellwood, 2000, dengan perubahan bahasa.

Ekskavasi dilakukan dengan metode spit, dengan interval spit 5 cm. Deposit yang diekskavasi, disaring dengan ayakan yang lubangnya berukuran 2,5

sampai 3 mm. 3 Seluruh hasil ekskavasi pada tahun 1991 dan 1994, telah menghasilkan 17 kotak gali dengan luas 16 m², dengan titik ekskavasi terdalam

120 cm.

3 Peter Bellwood, Excavations in Uattamdi Rockshelters, Kayoa Island, (tidak dipublikasikan, a), hlm. 2. Lihat gambar 3.2.

Berdasarkan hasil ekskavasi dapat diketahui bahwa pada situs tersebut terdapat empat lapisan litologi yang utama, dengan beberapa lapisan sisipan. Seluruh deposit budaya berada pada layer A – D (dari atas ke bawah), sedangkan lapisan E merupakan lapisan pasir pantai yang streril. Lapisan E memiliki ketinggian yang sama dengan ketinggian pantai saat ini, hal ini mengindikasikan bahwa ketinggian air laut sepanjang garis pantai tidak berubah sejak awal masa

penghunian situs tersebut (3500 BP). 4 Di bawah lapisan E merupakan lapisan batu koral yang merupakan bed rock situs ceruk peneduh Uattamdi.

2. Situs Uattamdi II

Selain situs Uattamdi I, Peter Bellwood juga melakukan penelitian pada situs Uattamdi II yang berjarak 75 meter di sebelah barat laut situs Uattamdi I. Situs ini berada di bawah sebuah blok koral besar yang terangkat naik. Lapisan atas Situs Uattamdi II hanya terdiri dari pasir pantai modern dan berjarak hanya 17,5 meter dari garis pantai.

Di situs Uattamdi II digali sebuah test pit berukuran 1 x 1 meter, yang berada di tengah-tengah lantai situs tersebut. Situs ini hanya menghasilkan lapisan budaya setebal 30 cm di atas lapisan pasir pantai yang steril. Gerabah yang ditemukan pada lapisan permukaan dan lapisan budaya hanya terdiri dari gerabah slip merah modern dan gerabah upam Mare. Berdasarkan pada data yang dihasilkan tersebut, situs Uattamdi II diperkirakan hanya berumur tidak lebih tua dari 100 atau 200 tahun yang lalu.

4 Peter Bellwood, Goenadi Nitihaminoto, Gunadi, Agus Waluyo, Geoffrey Irwin, loc.cit. Lihat gambar 3.2.