Frekuensi: Benda Publik

1. Frekuensi: Benda Publik

Frekuensi radio adalah jumlah getaran elektromagnetik untuk 1 (satu) periode, sedangkan spektrum frekuensi radio adalah kumpulan frekuensi radio. Penggunaan frekuensi radio didasarkan pada ruang jumlah getaran dan lebar pita yang hanya dapat dipergunakan oleh satu pihak. Penggunaan secara bersamaan pada ruang, jumlah getaran, dan lebar yang sama atau berimpitan akan

Digitalisasi Televisi di Indonesia

saling mengganggu (interference). Frekuensi dalam telekomunikasi digunakan untuk membawa atau menyalurkan informasi. Pengaturan frekuensi antara lain terkait pengalokasian pita frekuensi dan peruntukannya. Sejak berdirinya forum internasional di bidang telekomunikasi, yaitu International Telecomunication Union (ITU), penyiaran dalam aspek teknik infrastruktur, regulasi globalnya ditangani oleh ITU.

Frekuensi adalah gelombang elektronik yang kuat di mana pesan-pesan komunikasi radio diudarakan. Gelombang elektromagnetik merupakan salah satu dari benda alam yang ada sepanjang masa, tetapi terbatas. Oleh karena sifat melintas di ruang publik dan kelangkaan itu, ia dikelompokkan sebagai benda publik (public domain). Domain dalam bahasa Inggris berarti daerah

kekuasaan, kewenangan. 47

Terdapat tiga pemaknaan atas status frekuensi sebagai suatu domain, yaitu sebagai (1) benda publik, (2) milik publik, dan (3) ranah publik. Ketiganya mengandung substansi yang sama bahwa frekuensi sebagai entitas yang menjadi wilayah kekuasaan publik dan publik berhak memperoleh keuntungan sosial (social beneit) darinya. Publik melalui perwakilan mereka di parlemen berhak memberi lisensi atau pengakuan atas perlu tidaknya suatu bentuk lembaga penyiaran diberikan baik penyiaran komersial, publik, maupun komunitas. Keterbatasan frekuensi ini mengharuskan negara berperanan sentral mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

Kata publik dalam bahasa Inggris sinonim dengan kata rakyat atau langsung diserap dengan sedikit modiikasi huruf, yaitu dari publik ke masyarakat, terbuka, massa, dan penduduk.

47 John M. Echols-Hassan Shadiliy. 1992. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Peta Persoalan di Seputar Isu Digitalisasi

Istilah publik sering disalahartikan atau digeneralisir sehingga mengaburkan posisinya ketika berpadanan dengan negara. Publik sering dimaknai semua orang (all people) atau seluruh institusi yang mewakili masyarakat. Makna publik yang tepat adalah warga negara (citizens). Dalam konteks kebijakan publik, menjadi warga negara dan mendapatkan hak-hak sebagai warga negara adalah konsekuensi logis secara hukum dari kontrak sosial bersama yang melahirkan dan menjaga keberlangsungan negara dengan berbagai atributnya. 48

Publik dalam media penyiaran diartikan dalam dua hal. Pertama, khalayak atau pemirsa dan pendengar. Kedua, partisipan

yang aktif, memiliki dan mengontrol media penyiaran. Frekuensi yang digunakan oleh lembaga penyiaran adalah milik warga negara dan karena sifatnya terbatas, jika sudah dimiliki dan digunakan oleh satu pihak, misalnya, saluran 37 UHF, maka pihak lain tidak bisa menggunakannya. Jika frekuensi itu tetap dipakai akan terjadi noise pada out-put siaran yang bukan hanya merugikan pemilik media tetapi terutama merugikan publik. Dalam konteks ekonomi bisnis, akan terjadi konlik kepemilikan yang merugikan dunia usaha.

Di Indonesia, kontroversi yang tidak selesai soal siapa pemilik hakiki gelombang elektromagnetik yang bersifat terbatas tersebut membuat tidak pastinya arah dan tujuan regulasi bagi media penyiaran. Saat rezim kontrol Orba terhadap penyiaran runtuh dengan ditandai likuidasi Departemen Penerangan tahun 1999, ide untuk mengembalikan kodrat frekuensi sebagai milik publik memasuki masa transisi. Sepanjang rezim Orde Baru berkuasa, frekuensi dikuasai sepenuhnya oleh segelintir elit di lingkaran kekuasaan. Hak milik publik itu dirampas sehingga masyarakat

48 Fadillah Putra. 2003. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Averroes Press-Pustaka Pelajar.

Digitalisasi Televisi di Indonesia

tidak bisa menuntut akuntabilitas setiap pengeluaran lisensi dan kebijakan penyiaran melalui mekanisme yang objektif. Namun, transisi itu ternyata tidak mulus.

Pada awal-awal kehadiran radio sebagai media penyiaran, digunakan frekuensi pada band rendah (low band), yaitu sekitar 500 Khz yang sering disebut sebagai Medium Wave (MW) pada modulasi yang dinamakan Amplitudo Modulation (AM). Selain digunakan band pada frekuensi di bawah 1 Mhz, frekuensi di atas 1 Mhz juga digunakan sebagai media penyiaran yang disebut sebgai Short Wave (SW) atau gelombang pendek. Penyiaran yang menggunakan gelombang pendek jangkauannya dapat mencapai ribuan kilometer karena dipantulkan oleh lapisan jonosphere.

International Telecommunication Union (ITU) selaku lembaga yang mengatur penggunaan frekuensi untuk telekomunikasi dan komunikasi penyiaran membagi alokasi frekuensi dalam tiga region dunia. Region I meliputi Eropa/Afrika, region II meliputi Amerika dan region III meliputi Asia Pasiik. Pengaturan lebih lanjut di masing-masing negara diserahkan kepada pemerintah masing-masing.

Adapun lima aspek yang diatur dalam frekuensi adalah (1) daya pancar, (2) lebar pita frekuensi yang diizinkan, (3) jarak antartitik pada penggunaan frekuensi yang sama, (4) penggunaan frekuensi pada suatu lokasi, dan (5) ketinggian antena. 49

Sampai tahun 2012, penggunaan frekuensi 87 Mhz hingga 108 Mhz di Indonesia khususnya di perkotaan umumnya sudah penuh. Hal serupa juga terjadi di sektor televisi sehingga pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kominfo mempercepat alokasi frekuensi digital untuk radio dan televisi dengan menerbitkan

49 Basuki Suhardiman. 2002. Paper pada lokakarya Jaringan Radio Komunitas Indonesia, Jakarta, 13 Mei 2002.

Peta Persoalan di Seputar Isu Digitalisasi

Keputusan Menteri sambil mendorong regulasinya melalui revisi UU 32/2002. Tindakan ini menuai kontroversi karena tidak berbasis kepada prinsip publik sebagai pemilik asasi frekuensi baik pada saluran analog maupun digital/multiplex. Alokasi untuk publik ditentukan lebih awal sebelum proses tender, dan publik hanya memperoleh satu paket dari lima paket multiplexing perdana yang ditawarkan secara terbatas.