Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian 1 Tujuan Penelitian Kerangka Teori

9

B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penulisan studi ini adalah : 1. Bagaimana proses penjaringan bakal calon walikota dan wakil walikota yang dilakukan oleh Partai Golkar ? 2. Mengapa Partai Golkar lebih memilih mengusung calon walikota yang bukan berasal dari Kota Padangsidimpuan ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui proses penjaringan bakal calon kepala daerah dari Partai Golkar. b. Untuk mengetahui penyebab Partai Golkar tidak mencalonkan kadernya yang putra daerah dan lebih populer sebagai walikota. C.2 Manfaat Penelitian Dalam Penelitian ada tiga jenis manfaat penelitian, yaitu : a. Manfaat bagi penulis Manfaat penelitian ini bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman berharga dalam kapasitas kemampuan, dan kontribusi penulis untuk melihat bagaimana sebenarnya partai politik melakukan proses rekrutmen calon kepala daerah. Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah khususnya tentang studi partai politik. 10 b. Manfaat praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil penelitian ini menjadi masukan yang berguna bagi partai politik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. c. Manfaat akademis Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya penelitian di bidang partai politik dan pemilukada.

D. Kerangka Teori

Adapun kerangka teori yang menjadi landasan berpikir penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : D.1 Partai Politik D.1.1 Pengertian Partai Politik Sejarah awal lahirnya partai politik bisa dipisah menjadi dua karakteristik umum, yaitu partai politik yang lahir dalam parlemen dan partai politik yang lahir ekstraparlemen 9 . Lahirnya partai politik yang berembrio dari dalam parlemen lebih bersifat patronage party partai perlindungan serta cenderung tidak mempunyai disiplin administrasi yang rumit dan ketat. Selanjutnya, perjalanan partai politik di Barat mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Partai politik mulai dibentuk bukan atas stereotipe para bangsawan, melainkan muncul dari luar parlemen. Ide dasar pembentukan partai politik sudah menunjukkan indikasinya pada era Renaissance dan Aufklarung, manakala kekuasaan para raja dikecam dan mulai dibatasi, sebenarnya keinginan untuk membentuk partai politik sudah mulai bermunculan, terlebih hak pilih bagi rakyat sudah diberikan secara luas. Adapun 9 Koirudin, Partai dan Agenda Transisi Demokrasi : Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi Di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, hal.24. 11 keterlibatan rakyat dalam proses politik politik yang ada waktu itu sudah dianggap sebagai sesuatu yang urgen dan mendesak. Sebagai wujud interaksi antara pemerintah dan rakyat, diperlukan kendaraan politik yang diasumsikan mampu menjaga simbiosis diantara keduanya. Di negara-negara yang menganut paham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut untuk menentukan siapa-siapa yang akan menjadi menjadi pemimpin yang nantinya menentukan kebijakan umum. Di negara-negara totaliter gagasan mengenai partisipasi rakyat didasari pada pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng. Untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik. Ada beberapa tokoh yang menyampaikan tentang defenisi partai politik, diantaranya adalah : a. Menurut Carl J. Friedrich Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabildengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemamnfaatan baik idealisme maupun kekayaan material. b. Menurut Sigmund Neuman Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing 12 untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. 10 Selain menurut pakar diatas, dengan cara yang berbeda Austin Renney tidak membuat suatu batasan konseptual tentang partai politik dalam satu definisi, tetapi melihatnya lebih luas melalui karakteristik-karakteristik fundamental, yang setidaknya dimiliki oleh organisasi bernama partai politik, yaitu : 1. They are groups of people-whom labels, are generally applied by both themselves and others. berwujud kelompok-kelompok masyarakat yang beridentitas 2. Some of people are organized,-that is, tey deliberately act together to achieve party goals. terdiri dari beberapa orang yang terorganisasi, yang dengan sengaja bertindak bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan partai 3. The larger society recognizes as legitimate the right of parties to organize and promote their causes. masyarakat mengakui partai politik memiliki legitimasi berupa hak-hak untuk mengorganisasikan dan mengembangkan diri mereka 4. In some of their goal-promoting activities, parties work through the mechanism of representative government. beberapa tujuannya diantaranya mengembangkan aktivitas-aktivitas, partai bekerja melalui mekanisme- mekanisme “pemerintahan yang mencerminkan pilihan rakyat” 10 Miriam Budiardjo, Op.Cit., hal. 161-162. 13 5. A key activity of parties is thus selecting candidates for elective public office. aktivitas partai politik ini adalah menyeleksi kandidat untuk jabatan publik. 11 D.1.2 Fungsi Partai Politik Fungsi sering diartikan sebagai perbuatan, kegiatan atau pengaruh. Robert K. Merton 1968 mendefinisikan fungsi sebagai akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem sosial. Fungsi bersifat netral sehingga fungsi dapat mengalami disfungsi, oleh karena itu Merton membagi dua jenis fungsi, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten. 12 Fungsi manifes merupakan fungsi yang dirumuskan secara eksplisit dan tegas, sedangkan fungsi laten tidak secara tegas dirumuskan, tetapi perasaan atau tingkah lakunya dapat diketahui yang kemudian dijalankan dalam sistem sosial. Partai politik sebagai salah satu infrastruktur dalam sistem politik mempunyai beberapa fungsi, yaitu : “Sebagai sarana komunikasi, partai sebagai wadah dalam menyampaikan segala aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga aspirasi itu dapat menjadi suatu kebijakan umum yang dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat; sebagai sarana sosialisasi politik, sosialisasi politik adalah suatu proses yang dilalui sesorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat tempat orang itu berada. Sosialisasi juga mencakup proses penyampaian norma- norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi lainnya. Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik di kalangan warga masyarakat unutk menjalankan peran-peran politik tertentu; sebagai sarana rekrutmen politik, fungsi rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat unutk kegiatan politik dan jabatan pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu atau sebagainya. Fungsi 11 Deden Faturohman dan Wawan Sobari, Pengantar Ilmu Politik, Malang : UMM, 2004, hal. 113- 114. 12 M. Arif Nasution, dkk, Sistem Sosial Indonesia, Medan : FISIP USU, 2003, hal. 42. 14 rekrutmen politik ini juga disebut sebagai fungsi seleksi kepemimpinan. Seleksi kepemimpinan dalam suatu struktur politik dilakukan secara terencana dan teratur sesuai dengan kaidahnorma-norma yang ada serta harapan dalam masyarakat; sebagai pengatur konflik, dalam suasana demokrasi, persaingan atau perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar, jika terjadi konflik, partai politik berusaha untuk mengatasinya.” 13 Dapat disimpulkan bahwa fungsi partai politik adalah menjadi penghubung antara pemerintah dan rakyatnya serta memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat. Dari fungsi partai politik ini kita dapat memberikan penilaian terhadap kinerja partai politik apakah ada hubungan antara janji politiknya dengan kebijakan publik yang dihasilkannya. Meskipun demikian fungsi utama partai politik menurut Ramlan Surbakti ialah “mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.” 14 Hal yang sama dikemukakan oleh Monte Palmer dimana partai politik di negara berkembang berfungsi untuk menyediakan dukungan basis massa yang stabil, sarana, dan memelihara integrasi dan mobilisasi, dan memelihara kelangsungan kehidupan politik. 15 13 Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hal. 163-164. 14 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Grasindo, 1992, hal. 116. 15 Koiruddin, op. cit., hal. 86. 15 D.1 Rekrutmen Politik D.2.1 Pengertian Rekrutmen Politik Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya”. 16 Fungsi rekrutmen sangat penting karena merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam. Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui organisasi-organisasi massa yang melibatkan golongan-golongan tertentu, seperti golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa rekrutmen politik menjamin kontinuitas dan kelestarian partai. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed 2000:29 bahwa rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian. 17 16 Ramlan Surbakti, op. cit.,hal. 118. 17 Hesel Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI, 2003, hal. 188. 16 Pelaksanaan fungsi rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik biasanya berdasarkan atas prestasi dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi tak jarang juga berdasarkan status orang yang direkrut tersebut. Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu 18 : 1. keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannya dengan peranan dan proses sosial. 2. keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian ini sangat penting untuk pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan ketrampilan negoisasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. 3. loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Dengan memiliki kriteria tersebut diatas, maka orang-orang yang direkrut itu akan banyak mendapatkan kemudahan dalam menjalankan tugas-tugasnya apabila nanti dapat ikut terpilih dan berhak untuk menduduki jabatannya yang baru. 18 Ibid., hal. 158. 17 D.2.2 Sistem Rekrutmen Politik Sistem rekrutmen politik menurut Nazaruddin Syamsudin 1993:24, dibagi dua, yaitu : pertama, rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang obyektif rasional, dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan. Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintahan. Dalam cara yang tertutup ini orang mendapatkan posisi elit melalui cara-cara yang tidak rasional seprti pertemanan, pertalian keluarga, dan lain-lain. 19 Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu 20 : 1. Sistem Patronit patronage system Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam mengangkat seseorang unutk menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang sama. Sistem 19 Ibid., hal. 189. 20 Miftah Thoha, Administrasi Kepegawaian Daerah, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983, hal. 24. 18 kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan ketrampilan. 2. Sistem Merita merit system Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih bersifat obyektif karena atas dasar pertimbangan kecakapan. Dengan dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya ukuran yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan “spoil system”. 3. Sistem Karir career system Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik. Sistem rekrutmen politik memiliki keseragaman yang tiada terbatas, namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan yakni, melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian dan prestasi. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang 19 bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almameter atau faktor status. 21 Berkaitan dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat. Oleh karena itu, Seligman 1971:240 memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari 22 : 1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas pemenuhan syarat pencalonan. 2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan. 3. Seleksi, yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya. Untuk menciptakan sistem politik yang kokoh maka mekanisme dan prosedur rekrutmen harus benar-benar dilakukan berdasarkan aturan yang benar pula, dengan memperhatikan elemen-elemen tertentu. Pemenuhan persyaratan tersebut membawa dampak terhadap figur yang dikehendaki dengan harapan dapat menyiasati kehendak atau aspirasi dari masyarakat atau kelompoknya. Hal penting yang mempengaruhi dan diprioritaskan adalah latar belakang pendidikan, kemampuan, keahlian, bakat serta memiliki dedikasi yang tingggi serta profesionalisme. 21 Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 185. 22 Tangkilisan, op. cit., hal. 190. 20 D.2.3 Rekrutmen Calon Kepala Daerah Tidak semua anggotapengurus partai politik atau warga dapat menjadi calon kepala daerah. Kedudukan kepala daerah, baik Gubernur, Bupati dan Walikota, membutuhkan kompetisi tertentu yang menunjukkan kapasitas dan kapabilitas agar dapat memimpin pemerintahan dengan baik. Karena itulah sebelum memasuki kompetisi dalam pemilukada langsung, lazimnya partai-partai politik melakukan rekrutmen bakal calon. Rekrutmen bakal calon menjadi calon oleh partai atau gabungan partai, dikenal dengan seleksi partai yang merupakan seleksi tahap kedua setelah seleksi sistem dalam rangkaian proses rekrutmen politik. Dalam melaksanakan rekrutmen bakal calon, partai politik memberlakukan sistem atau mekanisme yang berbeda-beda, antara lain sistem pemilihan tertutup dan sistem konvensi. 23 1. Sistem pemilihan tertutup. Sistem pemilihan tertutup adalah adalah sistem rekrutmen bakal calon yang dilakukan hanya oleh pengurus partai politik dengan variasi sistem. Istilah “variasi sistem” merujuk pada mekanisme penentuan akhir bakal calon yang akan mengikuti kompetisi pemilukada langsung atau yang akan menjadi calon. Partai-partai politik yang demokratis, dengan sistem kepemimpinan demokratis pula, umumnya menetapkan bahwa penentu akhir pencalonan adalah pengurus partai politik setempat. Sedangkan partai-partai politik konservatif, dengan sistem kepemimpinan yang 23 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005, hal. 238. 21 bergantung pada figur personalized, pencalonan akhir ditentukan oleh pengurus pusat. 2. Sistem Konvensi Sistem rekrutmen calon yang sangat popular di negara-negara demokrasi adalah sistem konvensi. Sistem konvensi dilakukan dengan cara pemilihan pendahuluan terhadap bakal calon dari partai politik oleh pengurus dan atau anggota partai. Kelebihan sistem konvensi terletak pada pengembangan atau peningkatan popularitas bakal calon melalui proses kampanye internal dan pendidikan politik yang ditawarkan debat publik, penyampaian visi dan misi, dan lain-lain. Sistem konvensi sangat efektif bagi partai kader, dan sebaliknya kurang efektif bagi partai massa. D.3 Pemilihan Umum Kepala Daerah D.3.1 Pemilukada Dalam Perspektif Teoritis David Easton, teoretisi politik pertama yang memperkenalkan pendekatan sistem dalam politik, menyatakan bahwa suatu sistem selalu memiliki sekurangnya tiga sifat. Ketiga sifat tersebut adalah 1 terdiri dari banyak bagian- bagian, 2 bagian-bagian itu saling berinteraksi dan tergantung, dan 3 mempunyai perbatasan yang memisahkannya dari lingkungannya yang juga terdiri dari sistem-sistem lain. 24 Sebagai suatu sistem, sistem pemilukada langsung mempunyai bagian- bagian yang merupakan sistem sekunder atau sub-sub sistem. Bagian-bagian tersebut adalah electoral regulation, electoral process, dan electoral law enforcement. Electoral regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai pemilukada langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman 24 Ibid., hal. 200. 22 penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing- masing. Electoral process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan pemilukada yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang bersifat legal maupun teknikal. Electoral law enforcement yaitu penegakan hukum terhadap aturan-aturan pemilukada baik politis, administratif atau pidana. Atas dasar itu, sistem pemilukada langsung merupakan sekumpulan unsur yang melakukan kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan proses untuk memilih kepala daerah. Sebagai suatu sistem, sistem pemilukada memiliki ciri-ciri antara lain bertujuan memilih kepala daerah, setiap komponen yang terlibat dan kegiatan mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai kegiatan yang merupakan subsistem, masing-masing kegiatan saling terikat dan tergantung dalam suatu rangkaian utuh, memiliki mekanisme kontrol, dan mempunyai kemampuan mengatur dan menyesuaikan diri. D.3.2 Pemilukada Dalam Perspektif Praktis Pemilukada merupakan rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik gubernurwakil gubernur ataupun bupati maupun wakil bupati, atau walikotawakil walikota. Dalam kehidupan politik di daerah, pemilukada merupakan salah satu kegiatan, yang nilainya equivalent dengan pemilihan anggota DPRD. 23 Equivalensi tersebut di tunjukkan dalam kedudukan yang sejajar antara kepala daerah dan DPRD. Hubungan kemitraan dijalankan dengan cara melaksanakan fungsi masing-masing sehingga terbentuk mekanisme chek and balances. Oleh sebab itu, pemilukada sesungguhnya bagian dari sistem politik di daerah. 25 Aktor utama sistem pemilukada adalah rakyat, partai politik dan calon kepala daerah. Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangkaian dan tahapan-tahapan pemilukada langsung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain : Pendaftaran pemilih, pendaftaran calon, penetapan calon, kampanye, pemungutan suara, dan penetapan calon terpilih. D.3.3 Jenis Sistem Pencalonan Dalam pemilukada langsung dikenal 2 jenis pencalonan yaitu 26 : 1. Sistem pencalonan terbatas Sistem pencalonan terbatas merupakan sistem pencalonan yang hanya membuka akses bagi calon-calon dari partai politik. Paradigma berpikir yang dianut sistem pencalonan terbatas adalah bahwa hanya partai-partai politik saja yang memiliki sumber daya manusia yang layak memimpin pemerintahan atau hanya partai-partai politik saja yang menjadi sumber kepemimpinan. Sistem pencalonan terbatas dikenal sebagai salah satu cirri demokratis elitis, yang biasa dianut di negara-negara otoritarian dan sosialis. Misalnya, sistem ini pernah digunakan di Uni Soviet tahun 1990-an sehingga seluruh kepala daerah adalah pengurus partai komunis. 25 Ibid., hal. 204. 26 Ibid., hal. 235. 24 2. Sistem pencalonan terbuka Sistem pencalonan terbuka memberikan akses yang sama bagi anggota atau pengurus partai-partai politik dan anggota komunitas atau kelompok-kelompok lain di masyarakat, seperti organisasi massa, organisasi sosial, professional, usahawan, LSM, bintang film dan intelektual, jurnalis. Paradigma sistem pencalonan terbuka adalah bahwa sumber daya manusia berkualitas tersebar dimana-mana dan sumber kepemimpinannya dapat berasal dari latar belakang apapun. Sumber daya manusia memiliki kesempatan berkembang dan bertumbuh secara sama di sektor sosial, bisnis, dan akademik. Sistem pencalonan terbuka semakin populer dengan berkembangnya industrialisasi sehingga wajar apabila dianut negara-negara demokrasi mapan, yang notabene negara industri dengan tingkat ekonomi maju dan sangat maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis. Pemilukada di Republik Rusia saat ini misalnya sudah mengakomodasikan sistem pencalonan terbuka, demikian pula dengan pencalonan untuk anggota parlemen. E . Definisi Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena alami. 27 Agar tidak menimbulkan kekaburan atau kesalahan di dalam pengertian konsep yang digunakan maka perlu ditegaskan batasan-batasan yang 27 Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1989, hal. 17. 25 dipergunakan dalam tulisan ini. Adapun definisi konsep yang dikemukakan disini adalah : 1. Rekrutmen Politik Rekrutmen politik diartikan sebagai seleksi pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususya. 2. Pemilihan Kepala Daerah Langsung Pemilihan Kepala Daerah Langsung adalah penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik gubernurwakil gubernur ataupun bupati maupun wakil bupati, atau walikotawakil walikota. F. Metodologi Penelitian F.1 Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

Pemenuhan Hak-Hak Kaum Disabilitas dalam Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 di Kota Medan

6 62 116

Rekrutmen Calon Kepala Daerah: Studi Terhadap Rekrutmen Calon Walikota Dan Wakil Walikota Dari Partai Demokrat Dalam Rangka Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010

3 57 72

Pengaruh Isu Politik yang Berkembang Saat Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Terhadap Preferensi Politik Pemilih (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Sumatera Utara dan Universitas HKBP Nomennsen)

0 40 170

Sengketa pemilihan walikota dan wakil Walikota Tangerang 2013: masalah dan penyelesaian

1 11 122

POLA KOALISI PARTAI BERBASIS ISLAM (STUDI KASUS PROSES REKRUITMEN CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA BANDAR LAMPUNG 2010 – 2015)

0 2 2

POLA KOALISI PARTAI BERBASIS ISLAM (STUDI KASUS PROSES REKRUITMEN CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA BANDAR LAMPUNG 2010 – 2015)

0 10 4

Konflik Elit Politik dalam Rekrutmen Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota dari Partai Golkar dalam Pilkada Kota Padang Tahun 2008.

2 2 6

Pola Penjaringan Partai Golkar Terhadap Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota untuk Pemilukada Kota Padangsidimpuan Tahun 2012

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pola Penjaringan Partai Golkar Terhadap Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota untuk Pemilukada Kota Padangsidimpuan Tahun 2012

0 0 28

POLA PENJARINGAN PARTAI GOLKAR TERHADAP BAKAL CALON WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA UNTUK PEMILUKADA KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2012 Ryan Rizky Arifin Harahap

0 0 9