28
G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teori penelitian, definisi konsep, dan metodologi penelitian.
BAB II : DESKRIPSI KOTA PADANGSIDIMPUAN DAN PROFIL PARTAI GOLKAR
Bab ini akan menguraikan tentang gambaran umum tentang deskripsi Kota Padangsidimpuan serta Partai Golkar seperti
sejarah Partai Golkar dan struktur organisasi DPD Partai Golkar Kota Padangsidimpuan.
BAB III : ANALISIS POLA PENJARINGAN PARTAI GOLKAR TERHADAP BAKAL CALON WALIKOTA DAN WAKIL
WALIKOTA UNTUK PEMILUKADA KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2012
Pada bab III dalam penulisan penelitian ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang di dapat dari
lapangan dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis dari data dan fakta tersebut.
BAB IV : PENUTUP
Pada penulisan penelitian ini adalah bab penutup yang di dalamnya akan berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
bab-bab sebelumnya.
29
BAB II DESKRIPSI KOTA PADANGSIDIMPUAN DAN PROFIL PARTAI
GOLKAR
A. Deskripsi Kota Padangsidimpuan A.1 Letak Geografis Kota Padangsidimpuan
Secara geografis Kota Padangsidimpuan terletak pada posisi 01° 08’ 07’’ - 01° 28’ 19’’ Lintang Utara dan 99° 13’ 53’’ - 99° 21’ 31’’ Bujur Timur.
Sebelumnya Padangsidimpuan merupakan Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982. Kemudian sejak tanggal 21 Juni
2001, berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2001, Kota Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Daerah Otonom dan merupakan hasil penggabungan dari
Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan
Hutaimbaru, dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang sebelumnya masuk wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Kota Padangsidimpuan berada dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten
Tapanuli Selatan. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Angkola Timur Kabupaten
Tapanuli Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola
Kabupaten Tapanuli Selatan. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten
Tapanuli Selatan.
30
A.2 Kondisi Demografi
Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada tahun 2009 mencapai 191,912 Jiwa. Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Kecamatan
Padangsidimpuan Utara memiliki jumlah penduduk yang relatif lebih besar dibanding dengan kecamatan lainnya yakni masing-masing mencapai 61,855 jiwa
dan 59,535 jiwa. Sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu memiliki jumlah penduduk paling sedikit jika dibandingkan dengan Kecamatan lainnya
yakni 7,612 jiwa. Kondisi ini tentunya dipengaruhi oleh sifat perkotaan dan perdesaan yang mencirikan masing-masing kecamatan dimana Kecamatan
Padangsidimpuan Selatan dan Padangsidimpuan Utara lebih bersifat urban sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu lebih bersifat plural.
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Kota Padangsidimpuan SP-2010 Kelompok
Umur Jenis Kelamin
Total Laki-
laki Perempuan
0 - 4 10,304
10,127 20,431
5 - 9 10,724
10,055 20,779
10 - 14 11,026
10,648 21,674
15 - 19 10,823
11,716 22,539
20 - 24 8,702
10,282 18,984
25 - 29 7,712
7,905 15,617
30 - 34 6,710
6,691 13,401
35 - 39 5,936
6,362 12,298
40 - 44 5,579
6,228 11,807
45 - 49 5,151
5,388 10,539
50 - 54 4,329
4,420 8,749
55 - 59 2,726
2,818 5,544
60 - 64 1,374
1,772 3,146
65 - 69 1,022
1,458 2,480
70 - 74 703
1,018 1,721
75 + 613
1,209 1,822
Total 93,434
98,097 191,531
31 Berdasarkan tabel di atas maka dapat kita simpulkan bahwa penduduk
Kota Padangsidimpuan yang disensus tahun 2010 lebih banyak didominasi oleh penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Dari tabel di atas juga dapat kita
simpulkan bahwa penduduk Kota Padangsidimpuan mayoritas berusia 15-50 tahun keatas termasuk usia pemilih pemula, usia produktif dan memiliki hak pilih
dalam pemilihan Walkota dan Wakil Walikota Kota Padangsidimpuan Tahun 2012.
Apabila partai politik ataupun calon Walikota dan calon Wakil Walikota dapat menyakinkan hati penduduk untuk menggunakan hak pilihnya dan memilih
mereka dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah, maka kesempatan mereka untuk memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Padangsidimpuan semakin
terbuka lebar jika dilihat dari banyak jumlah penduduk usia produktif dan memiliki hak pilih dalam Pemilukada Di Kota Padangsidimpuan.
Tabel 2.2
Komposisi etnik di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas dan
Kota Padangsidimpuan, 2010
Etnik Kabupatenkota
Total Mandailing
Natal Tapanuli
Selatan Padang
Lawas Utara Padang
Lawas P.
S
idimpuan Aceh
0.09 0.06
0.07 0.02
0.13 0.07
Angkola 0.52
60.14 73.18
37.23 44.81
37.72 Karo
0.11 0.11
0.25 0.17
0.29 0.17
Mandailing 77.71
7.38 2.62
42.79 20.10
36.30 Pakpak
0.01 0.20
0.07 0.02
0.03 0.06
Simalungun 0.11
0.16 0.26
0.16 0.05
0.15 Sibolga
1.19 0.18
0.24 0.38
0.35 0.56
Toba 2.56
14.67 7.25
3.15 14.48
7.64 Dairi
0.02 0.05
- -
- 0.02
Asahan -
- 0.00
0.03 0.01
0.01 Deli
0.05 0.02
0.01 0.08
0.05 0.04
32
Nias 1.03
9.48 4.54
2.81 2.45
3.84 Pesisir
4.16 -
- -
- 1.29
Siladang 0.01
0.01 0.00
0.05 0.02
0.02 Ulu
1.47 -
- -
- 0.46
Minangkabau 0.53
0.79 0.35
0.62 4.18
1.10 Riau
0.02 0.00
0.00 0.01
0.03 0.01
Melayu 2.61
0.04 0.09
0.16 0.36
0.91 Sunda
0.37 0.07
0.26 0.67
0.28 0.33
Jawa 7.23
6.56 10.62
11.49 11.31
9.01 Tionghoa
0.01 0.00
0.01 -
0.70 0.11
Lainnya 0.19
0.07 0.16
0.16 0.37
0.18 Total
100.00 100.00
100.00 100.00
100.00 100.00
Sumber: Diolah dari Sensus Penduduk 2010
Etnik Melayu, Jawa, Minang dan Aceh umumnya menganut agama Islam 99 persen lebih, sebaliknya etnik Nias umumnya menganut agama Kristen 78.9
persen. Etnik Tionghoa, selain ada yang menganut agama Islam, Kristen dan Katolik, etnik Tionghoa umumnya menganut agama Budha 86.6 persen. Hanya
0.3 persen etnik Tionghoa yang menganut Khonghucu. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa etnik Mandailing dan Angkola yang mendiami Kota
33 Padangsidimpuan mayoritas beragama Islam, dan dapat disimpulkan bahwa
penduduk Kota Padangsidimpuan mayoritas beragama Islam.
A.3 Perekonomian Wilayah Kota Padangsidimpuan
Kota Padangsidimpuan merupakan kota di Provinsi Sumatera Utara yang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan bagi kota-kota di sekitarnya.
Sejalan dengan hal tersebut, sektor perdagangan merupakan kontributor terbesar bagi PDRB daerah ini dibanding sektor lainnya. Sektor-sektor yang mempunyai
peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah, urutan sektor-sektor sesuai dengan besarnya kontribusi adalah sebagai berikut:
Perdagangan, Hotel dan Restoran Jasa-Jasa
Pertanian Pengangkutan dan Komunikasi
Industri Pengolahan Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Listrik, Gas dan Air Bersih PertambanganPenggalian.
Kontribusi yang sangat besar dari sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa sebesar sekitar 41,77, menunjukkan bahwa Kota
Padangsidimpuan memiliki potensi yang besar menjadi kota perdagangan dan jasa. Pertanian juga masih termasuk sektor yang cukup dominan dan mengalami
kenaikan yang konstan.
34 Karena posisinya itu, kota ini juga sering disebut sebagai kota transit.
Posisi yang menguntungkan itu membuat transportasi darat dari dan ke kota ini mudah. Dengan kemudahan sarana transportasi, Padangsidimpuan merupakan
pusat perdagangan untuk menampung dan menjadi tempat pemasaran hasil-hasil pertanian kawasan Batang Toru dan sekitarnya, kawasan Sipirok, Gunung Tua
dan sekitarnya serta kawasan Angkola Jaya dan sekitarnya. Sehingga dalam rencana struktur ruang wilayah Provinsi Sumatera Utara, Kota Padangsidimpuan
ditetapkan sebagai PKW dengan fungsi utama pusat pemerintahan Kabupaten; pengolahan hasil pertanian tanaman pangan dan hasil hutan; serta perdagangan
dan Jasa. Artinya fokus pengembangan Kota Padangsidimpuan dalam aspek pertanian adalah pada aspek pengolahan hasil, sehingga memberi nilai lebih
terhadap perekonomian kota.
A.4 Sarana Pendidikan
Salah satu unsur penting dalam pelaksanaan pembangunan yang baik dan berkesinambungan adalah tersedianya sumber daya manusia yang cukup dan
memiliki keahlianskill yang tinggi. Keahlian yang tinggi dapat diperoleh melalui pemberian pembelajaran lebih dini melalui wajib belajar minimal 9 tahun.
Untuk mendukung hal tersebut di atas, sampai dengan tahun 2009, ketersediaan prasarana sekolah sebagai salah satu faktor pendukung kemajuan pendidikan di
Kota Padangsidimpuan telah tersedia mulai dari pendidikan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
35
Tabel 2.3
Jumlah dan Jarak Seluruh Sekolah di Kota Padangsidimpuan
Jumlah dan Jarak SMK menurut kecamatan di Kota Padangsidimpuan
Kecamatan Jumlah
keluarga Jumlah SMK
Total SMK
Jika tidak ada SMK dalam desa, jarak terdekat
Negeri Swasta
Rata-rata Terjauh
Kota Padangsidimpuan 39,074
4 12
16 5.7
16.5
P. Sidimpuan Tenggara 5,887
7.1 14.0
P. Sidimpan Selatan 12,274
2 4
6 2.2
2.8 P. Sidimpuan Batunadua
3,802 5.7
10.4 P. Sidimpuan Utara
11,940 2
7 9
2.3 8.0
P. Sidimpuan Hutaimbaru 3,544
5.0 9.0
P. Sidimpuan Angkola Julu 1,627
1 1
11.1 16.5
Tabel. Jumlah dan Jarak SMU menurut kecamatan di Kota Padangsidimpuan
Kecamatan Jumlah
keluarga Jumlah SMU
Total SMU
Jika tidak ada SMU dalam desa, jarak terdekat
Negeri Swasta
Rata-rata Terjauh
Kota Padangsidimpuan 39,074
10
22 32
2.7 9.0
P. Sidimpuan Tenggara 5,887
1 2
3
3.0 6.0
P. Sidimpan Selatan 12,274
2 9
11 1.7
2.5 P. Sidimpuan Batunadua
3,802 1
1 2
2.5 7.3
P. Sidimpuan Utara 11,940
6 8
14 1.8
7.0 P. Sidimpuan Hutaimbaru
3,544 1
1 4.8
9.0 P. Sidimpuan Angkola Julu
1,627 1
1 2.2
16.0
Tabel. Jumlah dan Jarak SMP menurut kecamatan di Kota Padangsidimpuan
Kecamatan Jumlah
keluarga Jumlah SMP
Total SMP
Jika tidak ada SMP dalam desa, jarak terdekat
Negeri Swasta
Rata-rata Terjauh
Kota Padangsidimpuan 39,074
12 23
35 2.2
7.2
P. Sidimpuan Tenggara 5,887
2 3
5 2.2
5.0 P. Sidimpan Selatan
12,274 4
7 11
1.7 2.0
P. Sidimpuan Batunadua 3,802
1 2
3 2.4
7.2 P. Sidimpuan Utara
11,940 4
9 13
1.2 2.0
P. Sidimpuan Hutaimbaru 3,544
1 2
3 3.0
5.0 P. Sidimpuan Angkola Julu
1,627 2.5
7.0
36
Tabel. Jumlah dan Jarak SD menurut kecamatan di Kota Padangsidimpuan
Kecamatan Jumlah
keluarga Jumlah SD
Total SD
Jika tidak ada SD dalam desa, jarak terdekat km
Negeri Swasta
Rata-rata Terjauh
Kota Padangsidimpuan 39,074
87 17
104 1.0
2.0
P. Sidimpuan Tenggara 5,887
16 16
0.8 1.5
P. Sidimpan Selatan 12,274
23 10
33 -
. P. Sidimpuan Batunadua
3,802 10
2 12
0.9 1.8
P. Sidimpuan Utara 11,940
23 5
28 1.4
2.0 P. Sidimpuan Hutaimbaru
3,544 9
9 0.7
1.0 P. Sidimp. Angkola Julu
1,627 6
6 1.3
1.5
A.5 Sarana Kesehatan
Kesehatan merupakan kata kunci yang harus dipedomani, sebab manusia yang sehatlah yang dapat berpikir dan berbuat untuk untuk pembangunan negeri
ini. Akan tetapi sebagai manusia suatu waktu pasti akan terkena penyakit. Menyikapi kondisi tersebut perlu adanya antisipasi melalui pengadaan sarana dan
prasarana kesehatan.
Sarana kesehatan yang tersedia di Kota Padangsidimpuan ada sebanyak 89 unit yang terdiri dari Rumah Sakit 3 unit, Rumah Sakit Bersalin 4 unit, Poliklinik 11
unit, Puskesmas 8 unit, Puskesmas Pembantu 32 unit, Tempat Praktik Dokter 21 unit, dan tempat Praktik Bidan 51 unit.
B. Partai Golkar B.1 Sejarah Berdirinya Partai Golkar
Kelahiran Golkar dimulai dari proses pengorganisasian yang dilakukan secara teraratur sejak tahun 1960 yang dipelopori ABRI khususnya TNI-AD, dan
secara eksplisit organisasi Golongan Karya lahir pada tanggal 20 Oktober 1964 dengan nama Sekretariat Bersama Golongan Karya Sekber Golkar, dengan
tujuan semula untuk mengimbangi dominasi kekusaan politik PKI, dan
37 perlawanan terhadap rongrongan dari PKI beserta ormasnya. Selanjutnya Sekber
GOLKAR beranggotakan 61 organisasi fungsional yang kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional. Perkembangan yang cukup signifikan ini
terjadi karena adanya kesamaan visi di antara masing-masing anggota. Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini
kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 tujuh Kelompok Induk Organisasi KINO, yaitu:
1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong KOSGORO 2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia SOKSI
3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong MKGR 4. Organisasi Profesi
5. Ormas Pertahanan Keamanan HANKAM 6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia GAKARI
7. Gerakan Pembangunan Maka lahirnya Sekber Golkar yang merupakan wadah bagi golongan
fungsionalgolongan karya murni, yang tidak berada dibawah arus pengaruh kekuatan politik tertentu. Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan
pesat, karena golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar, dalam Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional
serta untuk menjaga keutuhan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Perkembangan dari Golkar sendiri
sangat ditunjang oleh keberadaan ABRI, yang menyatu ke dalam tubuh Golkar,
38 karena Golkar dipimpin ABRI aktif, dan faktanya tokoh ABRI begitu
berpengaruh dalam terbentuknya Institusi ini Golongan Karya kemudian disebut juga sebagai masyarakat kekaryaan, yang terdiri dari golongan fungsional,
selanjutnya ada penggolongan keanggotaan yang berasal dari warga Negara Indonesia sesuai dengan pekerjaannya dalam lapangan produksi yang ada yakni:
1. Angkatan BuruhPetani 2. Angkatan Tani dan nelayan
3. Angkatan Pengusaha Nasional 4. Angkatan Bersenjata Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut,
Kepolisian, Veteran 5. Angkatan Alim Ulama Pemuka 5 Agama yang di akui di Indonesia
6. Angkatan Proklamasi 7. Angkatan jasa cendikiawan, guru dan pendidik, seniman, wartawan,
pemuda, wanita dan warga keturunan Dalam perjalanan selanjutnya, kegagalan G-30 S PKI dan terbitnya
SUPERSEMAR Surat Perintah Sebelas Maret, kepada Jend.Soeharto untuk mengendalikan keamanan Negara, menjadikan posisi angkatan Darat yang telah
mengkosolidasikan Sekber GOLKAR yang di dalamnya terdapat golongan fungsional di menjadi sangat stategis. Akhir dari kelumpuhan kekuatan PKI maka
dimulailah dominasi GOLKAR dalam perpolitikan tanah air Kondisi perpolitikan pada tahun 1965, yakni setahun sesudah Sekber Golkar lahir, sangat di luar
dugaan momentum politik saat itu telah ikut mendorong meroketnya eksistensi
39 Sekber Golkar sebagai wadah alternatif atau pengimbang kekuatan front
Nasionalis, menyusul kegagalan G30SPKI. Maka Sekber Golkar bersama kekuatan Pancasila lainnya merapatkan barisan dan mecanangkan upaya
pembaharuan, serta pembangunan di berbagai sektor kehidupan, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Maka pada saat dimulainya pemerintahan Orde Baru
jadilah Golkar sebagai kekuatan terbesar dalam perpolitikan Indonesia, hingga akhirnya partai ini memenangkan secara mutlak seluruh PEMILU yang diadakan
pada masa pemerintahan orde baru.
B.2 Hegemoni Golkar dan kebijakan Kristalisasi Partai Politik
Pemilu 1971 menampilkan Golkar sebagai pemenang dan menyapu bersih lawan-lawan politiknya secara nasional, maka hal ini dimanfaatkan oleh Soeharto
untuk memperkuat posisi Golkar di parlemen dengan lebih menyederhanakan jumlah partai politik, dengan dalih bahwa Sistem politik dengan menjalankan
multipartai, sangat mengganggu jalannya pembangunan di era orde baru. Maka pada 4 maret 1970 terbentuklah kelompok nasionalis yang merupakan gabungan
PNI, IPKI, MURBA, PARKINDO dan partai katolik. Tanggal 14 Maret 1970 terbentuk kelompok spiritual yang terdiri dari NU, PARMUSI, PSII dan PERTI.
Kemudian kelompok nasionalis diberi nama kelompok demokrasi pembangunan,
sedangkan kelompok kedua diberi nama kelompok persatuan.
Pengelompokan ini kemudian berlanjut dalam pembagian fraksi di DPR dan MPR hasil Pemilu 1971, dan keadaan seperti ini tentunya tidak memberi
pilihan pada partai-partai politik lainnya untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan otoriter Orde baru, maka pada tahun 1973 partai nasionalis yang
kemudian disebut kelompok demokrasi pembangunan menjadi partai demokrasi
40 Indonesia pada tanggal 10 januari 1973. Lalu kelompok spiritual yang kemudian
menjadi kelompok persatuan, pada tanggal 19 Februari 1973 menggabungkan kegiatan politiknya ke dalam wadah Partai Persatuan Pembangunan. Selanjutnya
tindak lanjut dari isu peleburan partai ini, maka pada tanggal 6 desember 1974 pemerintah orde baru menyampaikan rencana UU partai politik dan Golongan
Karya kepada DPR, sebagai aturan hukum peleburan partai politik secara besar- besaran, yang terjadi pertama kalinya dalam sejarah kepartaian Indonesia.
Implikasi dari kebijakan itu yakni fusi partai politik, Golkar kemudian menjelma menjadi organisasi politik dengan kekuatan yang tidak bisa disaingi oleh dua
kekuatan politik lainnya, sehingga dalam pemilu 1977 Golongan Karya adalah kekuatan politik yang sudah mempunyai identitas, sedangkan kedua partai lainya
adalah dua partai baru yang mencoba mempertaruhkan identitasnya untuk menarik masa pendukung dalam pemilu.
PPP menangkap isu agama, sebagai satu-satunya pelekat utama bagi partainya. Sasaran utamanya adalah umat Islam dan organisasi-organisasi islam
pendukungnya seperti NU, PSII, Muslimin Indonesia dan PERTI. Sasaran lain adalah pemilih rasional yang mengganggap PPP sebagai alternatif pilihan
politik bagi masyarakat, serta perwacanaan yang dibangun, bahwa PPP adalah satu-satunya wadah bagi umat Islam.
Disisi lain Golkar sangat sadar dengan hal ini, dan dengan kekuatan yang dimilikinya menetralisir isu yang menjadi senjata PPP itu, dengan menyatakan
bahwa politik itu adalah urusan duniawi, maka umat islam berhak untuk memilih partai politik sesuai dengan keyakinannya, dan tidak berarti bahwa yang berada
dalam barisan Golkar adalah umat islam yang tidak mementingkan Islam. Disisi
41 lain, PDI adalah partai politik yang sangat bersusah payah merumuskan identitas
dirinya kepada massa pemilihnya sendiri. PDI yang bercirikan demokrasi Indonesia kebangsaan dan keadilan sosial, mencoba membangun citranya sebagai
partai rakyat kecil, walaupun praktis tidak terlalu besar manfaatnya. Hal ini tentunya karena ketidakmampuan partai tersebut untuk merumuskan siapa dirinya,
maka diapun tidak mampu menumbuhkan proses identifikasi pemilih dengan dirinya. Golkar sebagai kekuatan politik tidak mampu disaingi oleh dua partai
pesaingnya, Golkar dalam Pemilu menjual jargon “politik no pembangunan yes” pada massa pemilihnya. Kemudian, Golkar mengidentifikasi dirinya sebagai
golongan yang terdiri dari manusia modern, yang mengusahakan modernisasi dan pembangunan bagi masyarakat. Disamping karena kuatnya pengaruh Golkar
ditengah masyarakat, dan ditopang oleh birokrasi dan ABRI yang menjadi landasan kekuatan politik orde baru, maka tak pelak lagi, Golkar menjadi
pemenang mutlak dalam setiap pemilu Orde Baru dan menjadi Absolute Majority di parlemen.
Kemudian dalam meraih dukungan dari pemilih di seluruh pelosok daerah, Orde Baru memberlakukan kebijakan bahwa partai-partai politik hanya bisa
menjangkau masyarakat di tingkat kabupaten, yang tentu saja membatasi ruang gerak partai pesaingnya. Di sisi lain karena Golkar dianggap bukan partai, maka
organisasi ini mampu dengan leluasa melakukan pengorganisiran massa hingga ke tingkat grass root akar rumput, sampai ke tingkat desa dan kelurahan. Kebijakan
lain untuk strategi mendapatkan pemilih mengambang, dilakukan dengan mengasingkan para pemimpin partai PPP dan PDI dari pengikut mereka, yang
memiliki akar-akar historis, dengan tokoh tersebut.
42 Selanjutnya, ada pembentukan keluarga besar Golongan Karya sebagai
jaringan konstituen, yang dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal, yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan
birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di luar birokrasi. Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian terhadap Golkar melalui Dewan Pembina
yang mempunyai peran sangat strategis. Serangkaian peraturan pun dikeluarkan pemerintah, seperti peraturan
Monoloyalitas yang mewajibkan semua pegawai negeri sipil PNS untuk menyalurkan aspirasi politiknya kepada Golongan Karya. Dengan iklim politik
yang seperti ini, maka selama rezim Orde Baru jadilah Golkar dan ABRI, sebagai tulang punggung pemerintahan, dimana semua politik Orde Baru diciptakan, dan
kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar, dimana selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan
yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh kader-kader Golkar. Maka dapat dikatakan bahwa, selama periode pemerintahan orde baru dalam fakta politiknya
terjadi proses demoktratisasi, tetapi dalam realitasnya hanya menjadi agenda seremonial 5 tahunan sekali, untuk melegitimasi pemerintahan Orde Baru.
Dimana kondisinya, sebelum PEMILU itupun dilaksanakan the rulling party’s, atau partai pemenangnya telah diketahui, karena begitu kuatnya cengkeraman
kekuatan politik Golkar ke dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat, dan ditunjang oleh kondisi pemerintahan yang otoriter authoritharian bireucratic
selama rezim pemerintah Soeharto, maka tidak dipungkiri lagi dalam masa itu, Golkar menjadi kekuatan politik terbesar dengan infrastruktrur politik yang sangat
mumpuni sebagai partai penguasa, 32 tahun pemerintahan Orde Baru.
43 Daftar Nama Ketua Umum DPP Golkar :
1. Djuhartono 1964-1969 2. Suprapto Sukowati 1969–1973
3. Amir Moertono 1973–1983 4. Sudharmono 1983–1988
5. Wahono 1988–1993 6. Harmoko 1993–1998
7. Akbar Tandjung 1998–2004 8. Jusuf Kalla 2004–2009
9. Aburizal Bakrie 2009–sekarang
B.3 Platform Partai Golkar
Platform yang dimaksud disini adalah landasan tempat berpijak, yaitu wawasan-wawasan yang menjadi acuan dan arah dari mana dan kemana
perjuangan Partai GOLKAR hendak menuju. Platform merupakan sikap dasar yang merupakan kristalisasi dari pemahaman, pengalaman dan kesadaran historis
Partai GOLKAR dalam menyertai bangsa membangun masa depan.
44 Adapun yang menjadi acuan Partai Golkar adalah:
Partai GOLKAR bepijak pada landasan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Partai GOLKAR mengembangkan wawasan kemajemukan yang inklusif
yang mendorong dinamika dan persaingan yang sehat serta berorientasi pada kemajuan serta senantiasa siap berkompetisi secara sehat.
Partai GOLKAR menjunjung tinggi ajaran agama yang dalam gerak langkahnya senantiasa mendasarkan pada nilai-nilai etika dan moralitas
berdasarkan ajaran agama. Etika dan moralitas adalah saripati dari ajaran agama dan buah dari keberagaman itu sendiri.
Partai GOLKAR adalah Partai yang demokratis yang memiliki komitmen pada demokrasi.
Partai GOLKAR adalah Partai Moderat yang senantasa mengambil posisi tengah dan menempuh garis moderasi.
Partai GOLKAR mengutamakan pembangunan hukum untuk keadilan dan tegaknya Hak Asasi Manusia HAM.
45
B.4 Visi dan Misi Partai Golkar
Adapun yang menjadi visi Partai Golkar adalah, “Partai GOLKAR berjuang demi terwujudnya Indonesia baru yang maju,
modern, bersatu, damai, adil dan makmur dengan masyarakat yang beriman dan bertaqwa, berahlak baik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, cinta tanah air,
demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka, egaliter, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja dan semangat kekaryaan, serta disiplin yang tinggi. Adapun yang menjadi misi Partai Golkar adalah,
“Dalam rangka mengaktualisasikan doktrin dan mewujudkan visi tersebut Partai GOLKAR dengan ini menegaskan misi perjuangannya, yakni: menegakkan,
mengamalkan, dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara dan idiologi bangsa demi untuk memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan
mewujudkan cita-cita Proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis, menegakkan
supremasi hukum, mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan hak-hak asasi manusia. Dalam rangka membawa misi mulia tersebut Partai GOLKAR melaksanakan
fungsi-fungsi sebagai sebuah partai politik modern, yaitu: 1 mempertegas komitmen untuk menyerap, memadukan, mengartikulasikan,
dan memperjuangkan aspirasi serta kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat publik.
46 2 melakukan rekruitmen kader-kader yang berkualitas melalui sistem
prestasi merit system untuk dapat dipilih oleh rakyat menduduki posisi- posisi politik atau jabatan-jabatan publik. Dengan posisi atau jabatan
politik ini maka para kader dapat mengontrol atau mempengaruhi jalannya pemerintahan untuk diabdikan sepenuhnya bagi kepentingan dan
kesejahteraan rakyat. 3 meningkatkan proses pendidikan dan komunikasi politik yang dialogis dan
partisipatif, yaitu membuka diri terhadap berbagai pikiran, aspirasi dan kritik dari masyarakat.
B.5 Perkembangan Partai Golkar di Kota Padangsidimpuan
Sejarah dan perkembangan Partai Golkar di Kota Padangsidimpuan juga mengalami proses yang hampir sama dengan di daerah-daerah lain khususnya di
Sumatera Utara, yakni kekuatan Partai Golkar yang sangat mengakar dan masuk ke dalam pelosok desa di daerah Padangsidimpuan. Fenomena politik ini, tentu
saja terjadi karena akses yang dimiliki partai Golkar begitu besar hingga ke masyarakat pelosok desa, akibat dari kuatnya cengkeraman pemerintahan Orde
Baru sebagai pemegang kekuasaan dan tidak berdayanya partai politik yang lain yang merupakan pesaing Partai Golkar.
Sejak Kota Padangsidimpuan masih menjadi satu kesatuan dengan daerah Tapanuli Selatan, Partai Golkar adalah kekuatan politik yang sangat berpengaruh.
Beberapa faktor yang menyebabkannya, termasuk karena banyak masyarakat yang meyakini bahwa pembangunan di daerah ini disebabkan oleh keberadaan
Partai Golkar sejak zaman dahulu, sehingga memunculkan pemilih yang loyal kepada Partai Golkar dan secara turun temurun telah memilih partai tersebut.
47 Eksistensi Partai Golkar pun terpelihara dengan baik di daerah paling
selatan Sumatera Utara ini, karena dipengaruhi oleh dukungan luas para pemimpin adat ataupun tokoh masyarakat setempat, karena para tokoh masyarakat
ini memiliki kedekatan emosional dengan kekuasaan atau pun pemerintah saat itu. Mereka ini menjadi sangat memiliki pengaruh di setiap desa, karena tokoh-tokoh
ini yang dianggap sebagai raja-raja adat ini tentunya masih memiliki keterikatan budaya dan ekonomi dengan masyarakat serta memiliki kekuatan yang harus
ditaati oleh masyarakatnya. Dilihat dari rivalitas politik, pesaing terberat partai Golkar pada setiap
hajatan Pemilu, praktis hanya partai yang berbasis Islam yakni Partai Persatuan Pembangunan. Hal ini dikarenakan basis Islam tradisional yang begitu melekat
kuat di daerah Padangsidimpuan dan sekitarnya, serta ditunjang keberadaan pondok pesantren yang membawa simbol-simbol tradisionalisme Islam. Sehingga
di Padangsidimpuan sampai sekarang ini, selain Golkar yang memiliki masa pemilih tradisional, PPP juga tercatat tetap memiliki basis pemilih tradisional.
Selanjutnya kekuatan politik selain dua diatas terdapat satu partai politik lain yakni PDI, yang membawa pandangan Marhaenisme dan falsafah
Nasionalisme, dengan memunculkan warna Soekarnoisme, kurang bisa diterima masyarakat di daerah Padangsidimpuan dan sekitarnya karena dianggap kurang
melekat dengan budaya masyarakat Mandailing yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan Keislaman yang begitu kental. Bahkan ada asumsi yang menjadi
pembenaran bagi sebahagian masyarakat bahwa, PDI ataupun PDI-Perjuangan pada kondisi saat ini adalah basis kekuatan bagi masyarakat diluar Agama Islam
dikarenakan bahwa masyarakat melihat banyak fungsionaris PDI-Perjuangan yang
48 berasal dari Tapanuli bagian Utara yang notabene beragama di luar Islam,
sehingga ini mempengaruhi pencitraan tersendiri bagi PDI ataupun PDI- Perjuangan saat ini di tengah-tengah masyarakat Mandailing secara luas.
Kejatuhan rezim Orde Baru, pada 1998 dan dimulainya era Reformasi memberikan dampak besar terhadap eksistensi partai Golkar di Padangsidimpuan,
karena pada Pemilu 1999, untuk pertama kalinya Golkar sejak berakhirnya periode Orde Baru mengalami kekalahan dalam Pemilu. Yakni menjadi partai
yang hanya memperoleh suara terbanyak kedua setelah PPP di Padangsidimpuan, dan secara nasional juga dikalahkan oleh PDI-Perjuangan, dengan slogan khas
partainya, yang mencitrakan diri sebagai partainya “wong cilik” atau yang mewakili rakyat kecil. Hal ini tentu saja di pengaruhi oleh arus bawah yang
merubah konstelasi politik tanah air waktu itu, yang menghendaki perubahan secara fundamental terhadap keseluruhan sendi-sendi kehidupan ketatanegaraan
Indonesia serta perwacanaan yang di bangun melalui publikasi media, yang seakan-akan menyatakan bahwa Partai Golkar adalah penyebab krisis 1998, maka
disitulah masa-masa kemunduran Partai Golkar, bahkan banyak dijumpai masyarakat yang sengaja menghindari segala sesuatu yang melekat dengan
simbol-simbol orde baru, termasuk Partai Golkar yang dicitrakan sebagai bagian dan kekuatan politik Orde baru.
Kondisi politik pasca Reformasi, disadari memang mengalami perubahan yang sangat signifikan terhadap proses pemenangan suatu partai politik, dimana
pertarungan politik lebih terbuka dapat terjadi bagi setiap partai kontestan Pemilu. Dimana setiap partai memiliki peluang untuk memenangkan Pemilu, tergantung
bagaimana mesin partai berjuang untuk mendapatkan suara dari konstituen,
49 hingga meraih kemenangan dalam Pemilu. Tidak ada lagi intervensi yang
dilakukan untuk memaksakan pilihan politik tertentu dalam pemilu, ataupun pilihan partai yang sangat terbatas seperti yang terjadi semasa Orde Baru. Maka
menyikapi hal itu, Partai Golkar pun melakukan metamorfosa melalui program pembaharuan yang dilakukannya, dengan memunculkan wajah baru Partai Golkar,
dengan apa disebut sebagai “paradigma Golkar baru”. Penguatan Kader menjadi konsentrasi Partai Golkar, program kerja yang real bagi masyarakat menjadi karya
nyata Partai Golkar untuk memperoleh simpatik konstituen. Hal yang sama pun dilakukan oleh seluruh fungsionaris Partai Golkar di Mandailing Natal, yang
bahu-membahu sebagai mesin politik partai Golkar untuk memenangkan Pemilu di Padangsidimpuan.
Selanjutnya sebagai Partai yang memiliki mesin politik yang cukup kuat, karena sudah sejak lama dibangun, dan pengaruhnya yang masih cukup sentral
ditengah masyarakat. Maka dalam Pemilu 2004 Golkar kembali menjadi Partai pemenang Pemilu di Mandailing Natal, sekaligus menjawab kekalahan Partai
Golkar pada Pemilu 1999. Kemenangan Golkar pun berlanjut pada Pemilu 2009, dimana secara keseluruhan Partai Golkar pun masih menjadi pilihan mayoritas
masyarakat Mandailing Natal. walaupun suara yang diperoleh tidak sebesar Pemilu 2004.
50
C. Struktur Pengurus DPD Partai Golkar Kota Padangsidimpuan