Proses Implementasi Kebijakan Pendidikan

19 a. Pendekatan Struktural Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan yang bersifat top-down yang dikenal dalam teori-teori organisasi modern. Pendekatan ini memandang bahwa kebijakan pendidikan harus dirancang, diimplementasikan, dikenalkan, dan dievaluasi secara struktural. Pendekatan ini menekankan pentingnya komando dan pengawasan menurut tahapan atau tingkatan dalam struktur masing-masing organisasi. Bahwa struktur yang bersifat hirarkhis-organis sepertinya amat relevan untuk situasi-situasi implementasi dimana kita memerlukan suatu organisasi pelaksana yang bertingkat yang mampu melaksanakan suatu kebijakan yang selalu berubah bila dibandingkan dengan suatu tim kepanitiaan untuk program kebijakan yang sekali selesai atau yang bersifat adhokrasi yang menangani proyek-proyek. Namun titik lemah dari pendekatan struktural ini adalah, proses pelaksanaan implementasi kebijakan pendidikan menjadi kaku, terlalu birokratis, dan kurang efisien. Bila dibandingkan dengan organisasi pelaksana yang bersifat adhokrasi. Pelaksanaan kebijakan pendidikan seperti Instruksi Presiden Inpres tentang pembangunan gedung-gedung Sekolah Dasar di Indonesia dalam prakteknya berjalan lamban dan banyak terjadi kebocoran di setiap lapisan birokrasi. 20 b. Pendekatan Prosedural dan Manajerial Pendekatan prosedural dan manajerial dikembangkan dalam rangka suksesnya implementasi kebijakan pendidikan. Pendekatan ini tidak mementingkan penataan struktur-struktur birokrasi pelaksanaan yang cocok bagi implementasi program, melainkan dengan upaya mengembangkan proses-proses dan prosedur-prosedur yang relevan, termasuk prosedur-prosedur manajerial beserta teknik-teknik menejemen yang tepat. c. Pendekatan Perilaku Pendekatan perilaku meletakkan dasar semua orientasi dari kegiatan implementasi kebijakan pada perilaku manusia sebagai pelaksana, bukan pada organisasinya. Pendekatan ini berasumsi bahwa upaya implementasi kebijakan yang baik adalah bila perilaku manusia beserta segala sikapnya juga harus dipertimbangkan dan dipengaruhi agar proses implementasi kebijakan tersebut dapat berlangsung baik. d. Pendekatan Politik Pendekatan politik lebih melihat pada faktor-faktor politik atau kekuasaan yang dapat memperlancar atau menghambat proses implementasi kebijakan. Dari penjelasan mengenai pendakatan implementasi kebijakan pendidikan di atas, dapat dianalisis bahwa suatu kebijakan dapat terimplementasikan dan terlaksana dengan baik jika kebijakan tersebut pada pelaksanaannya 21 menggunakan seluruh keempat pendekatan. Dilihat dari proses rancangan yang terstruktur dengan pedoman-pedoman teknik prosedural dan menejerial serta menerapkan pendekatan perilaku terhadap sumber daya manusia juga pengaruh politik yang sehat maka dapat dikatakan proses implementasi kebijakan pendidikan tersebut berjalan dengan baik.

5. Faktor Dalam Proses Implementasi Kebijakan Pendidikan

Melihat realitas yang ada sering dijumpai kegagalan atau kekurangan dari implementasi dan pelaksanaan dalam beberapa kebijakan pendidikan di Indonesia. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan pendidikan. Selanjutnya menurut Arif Rohman 2009: 147 bahwa, proses implementasi kebijakan merupakan proses yang menentukan sekaligus menegangkan. Proses ini menjadi penting disebabkan akhir dari semua kebijakan yang sudah diambil selalu pada tahap implementasi. Pada tahap implementasi ini, perlu kiranya dianalisis faktor- faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi proses kegagalan dan keberhasilan implementasi kebijakan. Dalam hal ini, ada tiga faktor yang biasanya menjadi sumber kegagalan dan keberhasilan, Arif Rohman, 2009: 147 yaitu: a. Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan, berkaitan dengan diktum atau rumusan kebijakan yang telah dibuat oleh para pengambil keputusan decision maker. Menyangkut apakah rumusan kalimatnya jelas atau tidak, tujuannya tepat atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah