IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BUDI DAYA JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU GUNUNGKIDUL.

(1)

PR

D gu

ROGRAM

JURUS

FA

UNIV

Diajukan Kep Univer untuk Mem una Memper F N

M STUDI

SAN PEN

AKULTA

VERSITA

FE

SKRIP

pada Fakult rsitas Neger menuhi Seba roleh Gelar Oleh Fironika Sus NIM 081022

PENDID

NDIDIKA

AS ILMU

AS NEGER

EBRUAR

PSI

tas Ilmu Pen ri Yogyakar

agian Persy r Sarjana Pe

h silowati 244009

DIKAN LU

AN LUAR

U PENDID

RI YOGY

RI 2013

ndidikan rta yaratan ndidikan

UAR SEK

R SEKOLA

DIKAN

YAKART

KOLAH

AH

TA


(2)

Skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BUDI DAYA JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU GUNUNGKIDUL” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 27 Desember 2012 Pembimbing I

Hiryanto, M. Si NIP. 196506171993031002

Pembimbing II

RB. Suharta, M. Pd NIP. 196004161986631002


(3)

Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 7 Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan,

Fironika Susilowati NIM 08102244009


(4)

(LIFE SKILLS) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BUDI DAYA

JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU

GUNUNGKIDUL yang disusun oleh Fironika Susilowati, NIM 08102244009 ini

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 Januari 2013 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Lengkap Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Hiryanto, M.Si Widyaningsih, M. Si Dr. Mami Hajaroh, M. Pd RB. Suharta, M. Pd

Ketua Penguji Sekretaris Penguji Penguji Utama Penguji Pendamping

... ... ... ...

... ... ... ...

Yogyakarta, Februari 2013 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd


(5)

™ Hidup ibarat kita belajar di bangku sekolah setiap saat kita harus terus belajar dan belajar untuk menjadi yang lebih baik. ( Bayu Kristiyanto)

™ Hidup itu berusaha, berdoa, berbuat baik pada orang lain serta selalu


(6)

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk:

1. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar

2. Agama, Nusa, dan Bangsa

3. Ayah dan Ibuku tercinta yang tidak pernah lupa dan

tak pernah lekang menyisipkan do’a-do’a mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini. Terimakasih atas dukungan moral dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.


(7)

Oleh:

Fironika Susilowati NIM 08102244009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) implementasi

pendidikan kecakapan hidup (life skills), (2) faktor pendukung dan

penghambat pendidikan kecakapan hidup (life skills), (3) dampak dari

pendidikan kecakapan hidup (life skills)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola, tutor atau pelatih

pendidikan kecakapan hidup (life skills), dan warga belajar. Pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi program life

skills terdiri dari (a) persiapan terdiri dari dua tahap yaitu analisis kebutuhan

dan program life skills, (b) pelaksanaan meliputi tempat pembelajaran

disalah satu rumah warga belajar, waktu pembelajaran 3 bulan, peserta didik 60 orang, pendidik diambil dari PKBM dan UNY untuk pendamping, fasilitas baik, biaya dari UNY, metode ceramah dan praktek, proses

pembelajaran sudah menerapkan aspek kecakapan life skills yaitu kecakapan

personal, kecakapan antar personal dan kecakapan vokasional, (c) evaluasi

program life skills tertulis dan praktek. (2) Faktor pendukung motivasi

peserta didik, keaktifan pengelola dan pengurus, nara sumber yang baik, dan dana. Faktor penghambat faktor alam kurang mendukung dan kerjasama

antara peserta didik masih kurang. (3) Dampak dari program life skills

adalah membuka peluang usaha pendidik dan peserta didik, menambah bekal keterampilan, meningkatan perekonomian dan mengenalkan jamur pada masyarakat mengenai jamur tiram adalah makanan bergizi.

Kata kunci: Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills), Pengembangan


(8)

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin kepada

penulis untuk menyusun skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana

sehingga studi saya berjalan dengan lancar

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran

dalam pembuatan skripsi ini

4. Bapak Hiryanto, M. Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak RB. Suharta

M. Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan membimbing

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan

6. Seluruh Pengurus (Pengelola) PKBM Ngudi Kapinteran atas ijin dan bantuan

untuk penelitian

7. Bapak, Ibu, Kakak ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala

dukungannya

8. Untuk Mas Bayu atas pengertian, dukungan, kesabaran, perhatian serta kasih

sayang yang telah diberikan.

9. Semua teman- teman PLS angkatan 2008 yang selalu memberikan bantuan

dan motivasi, semua kenangan dan pengalaman kita akan menjadi kisah klasik untuk masa depan

10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian


(9)

Sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta,7 Januari 2013


(10)

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiv

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 11

1. Kajian tentang Implementasi ... 11

a. Pengertian Implementasi ... 11

2. Kajian tentng Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 11

a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 11

b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 14

c. Ciri-ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 15


(11)

g. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan

Hidup (Life Skills) ... 20

3. Kajian tentang Pengembangan Usaha ... 20

a. Pengertian Pengembangan ... 20

b. Pengertian Pengembangan Usaha ... 21

c. Pengorganisasian Pengembangan Usaha ... 23

4. Kajian tentang Jamur Tiram ... 23

a. Pengertian Jamur Tiram ... 23

b. Nilai Gizi Jamur Tiram ... 26

c. Pembudi Dayaan Jamur Tiram ... 27

5. Kajian tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 30

a. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 30

b. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 31

c. Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 34

d. Asas-asas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ... 35

B. Penelitian yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penellitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 44

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44

1. Setting Penelitian ... 44

2. Waktu Penelitian ... 45

3. Tempat Penelitian ... 45

D. Metode Pengumpulan Data ... 45

1. Wawancara ... 46


(12)

b. Display Data atau Penyajian Data ... 50

c. Pengambilan atau Penarikan Kesimpulan ... 50

F. Keabsahan Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

1. Deskripsi Wilayah ... 53

2. Deskripsi PKBM Ngudi Kapinteran ... 54

a. Sejarah Berdirinya PKBM Ngudi Kapinteran... 54

b. Legalitas Lembaga ... 55

c. Lokasi dan keadaan PKBM Ngudi Kapinteran ... 55

d. Visi dan Misi PKBM Ngudi Kapinteran ... 55

e. Tujuan PKBM Ngudi Kapinteran ... 56

f. Struktur Organisasi PKBM Ngudi Kapinteran ... 56

g. Sarana dan rasarana PKBM Ngudi Kapinteran ... 57

h. Sasaran di PKBM Ngudi Kapinteran ... 58

i. Peserta Didik di PKBM Ngudi Kapinteran ... 59

j. Pendidik atau Tutor PKBM Ngudi Kapinteran ... 59

k. Pendanaan ... 62

l. Program PKBM Ngudi Kapinteran ... 62

B. Hasil Penelitian ... 64

1. Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 64

a. Persiapan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 64

b. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 66

c. Evaluasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 74


(13)

a. Faktor Pendukung Program Pendidikan Kecakapan

Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 76

b. Faktor Penghambat Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 77

3. Dampak Positif dan Negatif Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 78

C. Pembahasan ... 79

1. Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 79

a. Persiapan Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran ... 79

b. Pelaksanaan Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran ... 80

c. Evaluasi Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran ... 83

2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)di PKBM Ngudi Kapinteran ... 83

3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ... 84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(14)

Makanan Lain (dalam %) ... 27

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Semanu ... 54

Tabel 3. Daftar Struktur Organisasi PKBM Ngudi Kapinteran ... 56

Tabel 4. Prasarana PKBM Ngudi Kapinteran ... 57

Tabel 5. Sarana PKBM Ngudi Kapinteran ... 58


(15)

(16)

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 93

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 94

Lampiran 4. Catatan Lapangan I ... 101

Lampiran 5. Catatan Lapangan II... 102

Lampiran 6. Catatan Lapangan III ... 103

Lampiran 7. Catatan Lapangan IV ... 104

Lampiran 8. Catatan Lapangan V ... 105

Lampiran 9. Cacatan lapangan VI ... 106

Lampiran 10. Catatan Lapangan VII ... 107

Lampiran 11. Reduksi dan Display Data ... 108


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan berat dari efek globalisasi. Pengalaman globalisasi abad 19 mengidentifikasikan bahwa integrasi ekonomi, ekspansi pasar memberikan sedikit peluang untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan dan pengangguran saat ini merupakan masalah utama dan mendesak yang perlu untuk segera diatasi dalam kerangka pelaksanaan pembangunan nasional. Pengangguran yang tidak segera mendapatkan penanganan akan memicu bertambahnya angka kemiskinan. Permasalahan ini menjadi penting untuk segera diatasi karena dapat membawa dampak yang lebih luas, mencakup aspek sosial, ekonomi, psikologis dan bahkan politik.

Data pengangguran dan kemiskinan di Indonesia hingga saat ini masih merupakan masalah besar yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS bulan Maret 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta (13,33 persen). Sedangkan data ketanagakerjaan Indonesia pada tahun 2010 jumlah pengangguran terbuka tercatat sebanyak 8,96 juta orang ( 7,87 persen) dari total angkatan kerja 113, 83 juta orang. Dari jumlah 8,96 juta orang pengangguran tersebut sebagian besar berada di pedesaan.( Badan Statistik Indonesia (BPS). Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2010.Diambil dariError! Hyperlink reference not valid.kemiskinan.pdf) diakses tanggal 15 april 2012).Angka kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi setidaknya


(18)

merupakan indikator bahwa pembangunan yang selama ini dilaksanakan belum sesuai dengan harapan dan cita-cita perjuangan bangsa.

Sejarah kegagalan pembangunan yang mencapai titik kulminasinya pada tahun 1997 ditandai dengan munculnya krisis ekonomi dan politik telah melahirkan kesadaran baru tentang paradigma pembangunan yang tidak lagi berorientasi ekonomi semata, melainkan pembangunan manusia yang berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia. Paradigma baru tersebut mengisyaratkan akan arti pentingnya pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal (PNF) sebagai satu-satunya jalan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaiman tercantum dalam UUD 1945. Adapun salah satu wujud kongkrit yang dilakukan pemerintah dalam rangka menjadikan pendidikan sebagai salah satu pionir untuk pencapaian tujuan pendidikan pembangunan bangsa adalah diterbitkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 sebagai pengganti UU Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989.

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003) telah mengamanatkan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”


(19)

Selain itu dalam undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional bagian kelima pendidikan non formal pasal 26 ayat 1 menerangkan bahwa:

Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan, yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Selanjutnya terkait dengan masalah kemiskinan dan kebodohan, peraturan pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Nonformal (Depdikbud, 1992) secara tegas menyatakan bahwa tujuan PNF adalah:

“Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui jalur pendidikan formal (sekolah).”

Konsepsi dan kajian yuridis diatas, telah mengindikasikan bahwa PNF merupakan wahana yang sangat strategis bagi penanganan kebodohan, pengangguran, dan kemiskinan, khususnya untuk masyarakat miskin atau tingkat sosial ekonominya menengah ke bawah. Peran PNF semakin tampak jelas, setelah belakangan ini melihat kenyataan bahwa efek globalisasi berdampak tidak hanya saja pada terpuruknya perekonomian bangsa tetapi berimbas pula pada sektor-sektor kehidupan lainnya seperti pendidikan, lapangan kerja, sosial dan lain-lain. Dilain pihak kualitas sumber daya


(20)

manusia (SDM) kita masih sangat rendah dan memprihatinkan. Hal tersebut setidaknya dapat kita ketahui dari survei beberapa lembaga internasional.

Hasil survei tentang indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human

Development Indeks (HDI) pada tahun 2009, menempatkan Indonesia pada

peringkat 111 dari 169 negara yang disurvei dengan indeks 0,593. Pada tahun 2010, sebagaimana laporan indeks pembangunan manusia yang dikeluarkan

program perserikatan bangsa-bangsa atau United National Development

Program (UNDP), IPM atau HDI Indonesia berada pada peringkat ke 108 dari

169 negara dengan indeks 0,600. Data pada tahun 2009 dan 2010 ada kecenderungan kenaikan peringkat HDI Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain, namun kita masih tertinggal jauh dibanding dengan negara tetangga kita Malaysia pada peringkat 57. ( Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) tahun 2009 diakses dari (http://id.wikipedia.org/wiki/

IndeksPembangunanManusia). Hasil survei lembaga internasional tersebut

dapat digunakan sebagai pelajaran berharga yaitu bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan masalah dasar pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu adanya langkah-langkah mendasar, konsisten dan sistematik.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui proses pendidikan harus dilakukan secara utuh menyeluruh, tidak hanya memperkuat basis akademik, tetapi juga ajaran agama dan pembinaan profesi atau keahlian (skill). Berjalannya proses ini, diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa yang tangguh, baik dari sisi akademis, teknis (keterampilan) maupun religi


(21)

(keagamaan), sehingga dapat menjadi pemicu penerus bangsa yang mampu menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan.

Langkah awal mewujudkan berbagai harapan di atas, Departemen pendidikan nasional sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tanggungjawab utama terhadap pembangunan sumber daya manusia di Indonesia, telah menyusun kebijakan pendidikan yang berbasis luas dan

mendasar ( broad based education), berorientasi pada kecakapan hidup (life

skills), dan berbasis masyarakat (community based education). Untuk itulah, maka sejak tahun 2002 Depdiknas telah merencanakan sebuah program

inovasi di bidang pendidikan yang disebut dengan program life skills atau

pendidikan kecakapan hidup.

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, khusunya pada penjelasan pasal 26 ayat 3

menyatakan bahwa “pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah

pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan social, kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha sendiri”. Mengingat bahwa pada tahun 2002 masih berlaku Undang - undang Nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, maka sesuai jalur

pendidikan yang ada, program life skills atau pendidikan kecakapan hidup

diimplementasikan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan formal (sekolah) dan jalur pendidikan non formal (PNF). Sesuai konteksnya, penelitian ini

untuk selanjutnya akan memfokuskan bahasan pada eksistensi program life


(22)

Lembaga penyelenggara pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada

jalur pendidikan non formal adalah Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

(BPKB), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan Lembaga Perkursusan (LPK). Sesuai dengan konteksnya

penelitian ini secara khusus akan mengkaji program life skills yang

diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.

Kementrian Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa program

pendidikan life skills PNF dimaksudkan untuk membekali warga belajar

dengan lima aspek, yaitu 1) kecakapan mengenal diri (self awareness) yang

juga sering disebut kecakapan personal (personal skills), 2) kecakapan

berpikir rasional (thingking skill), 3)kecakapan antar personal (interpersonal

skills), 4) kecakapan akademik (academic skill) yang sering disebut juga

kemapuan berpikir ilmiah (scientific skill), dan 5) kecakapan vokasional

(vocational skill).

Berdasarkan prasurvei yang dilakukan peniliti ditemukan bahwa belum

Semua Aspek Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) diterapkan dalam

proses pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup budi daya jamur tiram di

PKBM Ngudi Kapinteran yaitu kecakapan akademik (academic skills) atau

disebut juga kecakapan berfikir ilmiah. Hal ini semakin memperkuat atau mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang Implementasi

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Pada Program Pengembangan


(23)

Gunungkidul. Alasan mengapa peniliti memilih Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) karena Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah lembaga swasta yang memiliki tugas dan fungsi sama dengan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) tetapi belum mempunyai banyak pengalaman untuk melaksanakan program PNF oleh karena itu peniliti ingin mengetahui lebih

jauh pelaksanaan program life skills di PKBM.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang di uraikan di atas dapat di identifikasi masalah sebagai beriku:

1. Masih banyaknya penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis

kemiskinan menurut data BPS bulan Maret tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31, 02 juta ( 13, 33 persen).

2. Rendahnya sumber daya manusia di Indonesia dilihat dari indeks

pembangunan manusia (IPM) tahun 2009, menempatkan Indonesia pada peringkat 111 dari 169 negara yang disurvei dengan indeks 0, 593 dan pada tahun 2010 berada pada peringkat ke 108 dari 169 negara dengan indeks 0, 600.

3. Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat sehingga tidak

mampu mengembangkan usaha.

4. Belum Semua Aspek Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)


(24)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan waktu, kemampuan dan dana. Agar penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian ini

dibatasi yaitu bagaimana Implementasi Program Kecakapan Hidup (Life

Skills) Melalui Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram Di PKBM

Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life

Skiils) yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pada

Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram Di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul?

2. Apakah faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pelaksanaan

program pendidikan kecakapan hidup (life skills) Budidaya Jamur Tiram

di PKBM Ngudi Kapinteran?

3. Bagaimana dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)


(25)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life

Skills) Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat Program Pendidikan

Kecakapan Hidup (life skills) Budidaya Jamur Tiram di PKBM Ngudi

Kapinteran.

3. Mengetahui DampakProgram Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.

F.Manfaat Penelitian

Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Jurusan PLS

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar

Sekolah khususnya pada Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di daerah setempat.

3. Bagi Lembaga Terkait

Lembaga terkait adalah PKBM Ngudi Kapinteran yaitu diharapkan mampu memberikan gambaran tentang penerapan konsep Pendidikan


(26)

Kecakapan Hidup ( life skills ) sehingga dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan kualitas program sejenis di masa yang akan datang.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini menjadikan penambah pengalaman dan wawasan tentang

Program Kecakapan Hidup (Life Skills) dalam Mengembangkan Usaha


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Pustaka

1. Kajian tentang Implementasi a. Pengertian Implementasi

Menurut Mulyasa ( 2002: 93) implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa suatu perubahan, pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap. Sesuai dengan pengertian tersebut implementasi adalah penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi sehingga dalam penerapannya diharapkan memberikan dampak atau perubahan kebentuk yang lebih baik dan berkembang.

2. Kajian tentang Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Menurut Broling (1989) dalam Anwar (2004: 20) mendefinisikan life

skills sebagai suatu interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri.

Menurut Satori (Anwar, 2004: 20) mengemukakan bahwa life skills

bukan hanya semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vokational

jobs), namun dapat membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan

memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus


(28)

dalam pendidikan non formal diharapkan dapat menolong warga belajar atau masyarakat untuk memiliki harga diri dan kepercayaan diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.

Menurut Slamet (Anwar, 2004: 34 ) membagi life skills menjadi dua

bagian yaitu kecakapan dasar dan kecakapan instrumental. Life skills yang

bersifat dasar adalah kecakapan universal dan berlaku sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang yang merupakan fondasi bagi peserta didik baik di pendidikan persekolahan maupun pendidikan non formal agar bisa mengembangkan keterampilan yang bersifat instrumental.

Life skills yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat

relative, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu, situasi dan harus diperbarui secara terus-menerus sesuai dengan perubahan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang

memberikan bekal keterampilan yang terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan ekonomi atau industry yang ada di masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

masyarakat.Pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapat dibagi menjadi

kecakapan hidup personal (personal skills), kecakapan social (social skills),

dan kecakapan untuk bekerja (occupational skill). Dengan memiliki bekal


(29)

dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi terutama masalah perekonomian.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, telah menetapkan

bahwa program life skills atau pendidikan kecakapan hidup

diimplementasikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah (PLS). Sesuai dengan konteksnya, penelitian ini akan mengupas

lebih banyak perihal pengembangan program life skills PLS. Diperkuat

pemaparan Ditjen Diklusepa bahwa:

“Dalam implementasinya, program life skills PLS berprinsip pada

empat pilar pendidikan sebagaimana paparan UNESCO (1993),

yaitu learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan),

learning to be (belajar untuk dapat menjadikan dirinya menjadi

orang yang berguna), learning to do (belajar untuk dapat

melakukan pekerjaan), learning to live together (belajar untuk

dapat hidup bersama dengan orang lain).” (Ditjen Diklusepa, 2003: 6)

Ada tiga aspek yang tercakup dalam Ditjen Diklusepa (2003: 6)

(sekarang Ditjen PAUDNI) sebagai kecakapan umum (general life skills)

yang harus dimiliki oleh semua peserta didik dari proses pendidikannya baik melalui jalur pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah, yaitu:

1) Kecakapan mengenai diri (self awarness) atau kemampuan

personal (personal skill). Kemampuan personal ini meliputi: a)

penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara, b) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.


(30)

2) Kemampuan berfikir rasional (thingking skill) mencakup: a)

kecakapan menggali dan menemukan informasi (information

searching), b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil

keputusan (information processing and decision making skill),

c) kecakapan memecahkan masalah serta kreatif (creative

problem solving skill).

3) Kecakapan sosial atau interpersonal (social skill) mencakup: a)

kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill), b)

kecakapan bekerjasama (collaboration skill). Berkomunikasi

bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan penyampaian pesan disertai dengan kesan baik akan menimbulkan hubungan yang harmonis.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, kecakapan

umum (general life skills) yang harus dimiliki oleh semua peserta didik dari

proses pendidikannya, yaitu: 1) kecakapan mengenai diri (self awarness)

atau kemampuan personal (personal skill), 2) kemampuan berfikir rasional

(thinking skill), c) kecakapan sosial atau interpersonal (social skill).

b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)

Dengan demikian dapat sebutkan tujuan pendidikan Life skills adalah

mengaktualisasikan potensi masyarakat atau peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi seperti:

1) Memberikan kesempatan kepada lembaga atau sekolah untuk

mengembangkan pembelajaran yang flexible.

2) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan dengan


(31)

c. Ciri-ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Menurut Depdiknas (2003) dalam Anwar (2004: 21), ciri

pembelajaran life skills adalah:

1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar,

2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama,

3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,

belajar, usaha mandiri, usaha bersama,

4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial,

vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan,

5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan

pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu,

6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli,

7) Terjadi proses penilaian kompetensi, dan

8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk

usaha bersama.

d. Pendekatan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Pendidikan life skills dengan cakupan belajar yang relatif luas, maka

pendekatan dalam pelaksanaannya di awali dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Analisis kebutuhan (need assessment) dengan teknis mencari informasi

peluang usaha/ kerja yang ada sesuai dengan jenis pembelajaran yang akan dilatihkan.

2) Analisis kebutuhan (need assessment) dengan cara mengembangkan

usaha baru dengan memberdayakan potensi sumber daya sekitar.

e. Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Adalah paket pembelajaran yang disajikan secara terbatas dan terbuka sesuai dengan kebutuhan dan potensi sumber daya lokal, baik dalam kegiatan usaha di bidang pertanian, budidaya peternakan, perkebunan,


(32)

perikanan maupun hasil produksi pertanian, industri rumah tangga, atau jenis kegiatan lain, dimana peserta belajar apabila kurikulum yang disediakan tersebut kurang dapat memenuhi, dapat menambahkan, mengurangi bahkan mengubah sendiri sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

f. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

Tahap-tahappelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills)

dibagi menjadi beberapa tahap dalam petunjuk teknis penyelenggaraan program dan bantuan sosial pendidikan kecakapan hidup lembaga pendidikan yaitu:

1) Persiapan

Persiapan adalah kegiatan yang dilakukan lembaga sebelum

melakukan kegiatan pendidikan kecakapan hidup ( life skills) yaitu:

a) Analisis peluang atau kebutuhan

Jenis keterampilan yang dilaksanakan harus berdasarkan atas hasil penelitian kebutuhan pelatihan (sesuai job order atau usaha mandiri), dengan beberap acara yaitu:

(1) Mencari informasi tentang peluang usaha yang ada sesuai dengan

jenis keterampilan yang akan dilatihkan.

(2) Mencari dan mengembangkan usaha baru dengan


(33)

Apabila hasil analisis dianggap berpeluang usaha besar jelas ketrampilannya, dan jelas tindak lanjutnya (berusaha atau bekerja), maka jenis keterampilan tersebut layak.

b) Program kursus / pelatihan

Program kursus/pelatihan dilaksanakan harus berbasisi kompetensi serta menggunakan kurikulum dan bahan ajar berbasis kompetensi yang mencakup kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi akademik dan kompetensi professional/ vocational.

2) Pelaksanaan

a) Peserta didik

Peserta didik pendidikan kecakapan hidup (life skill) memiliki

kriteria sebagai berikut:

(1) Penduduk usia produktif (usia 18-45 tahun)

(2) Menganggur

(3) Berasal dari keluarga tidak mampu

(4) Tidak sedang mengikuti pendidikan formal

(5) Prioritas berdomisili dari tempat penyelenggaraan pendidikan

kecakapan hidup (life skills).

Rekrutment peserta didik

(1) Rekrutment dan seleksi peserta didik oleh lembaga penyelenggara

program pendidikan kecakapan hidup (life skills).

(2) Rekrutment atau seleksi dapat dilakukan melalui kerjasama


(34)

b) Pendidik

Pendidik terdiri dari instruktur dan narasumber teknis, yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(1) Instruktur

Instruktur dapat berasal dari dalam atau luar lembaga penyelenggara, dengan kriteria sebagai berikut:

(a) Minimal berpendidikan SMA

(b) Memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya

(c) Mampu mengembangkan komunikasi efektif

(d) Mampu merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran

(e) Mampu mengevaluasi hasil belajar

(f) Mampu memotivasi belajar

(2) Narasumber Teknis

Narasumber Teknis adalah akademis, pakar, praktisi, pengrajin, pengusaha atau tokoh bidang wirausaha. Narasumber teknis terdiri atas narasumber teknis bidang keterampilan atau jasa bidang kewirausahaan dengan kriteria:

(a) Pendidikan minimal SMA

(b) Mampu melatih jenis keterampilan atau jasa tertentu sesuai

program yang dikembangkan

(c) Mampu menanamkan jiwa kewirausahaan


(35)

(e) Memiliki pengalaman dalam pelatihan

(f) Memiliki komitmen yang kuat dalam pemberdayaan

masyarakat.

c) Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang digunakan minimal memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu:

(1) Ruang belajar teori dengan kapasitas sesuai jumlah peserta didik

yang diusulkan

(2) Sarana belajar teori memadai

(3) Ruang belajar praktik dengan kapasitas sesuai jumlah peserta

didik

(4) Sumber-sumber belajar penunjang lainnya.

d) Biaya

Biaya pendidikan kecakapan hidup (life skills) bisa di dapat

dari:

(1) Peserta didik

(2) Bantuan tidak mengikat

(3) Bantuan stimulant dari pemerintah/ pemerintah daerah

e) Strategi Pembelajaran

Pembelajaran meliputi teori dan praktek. Metode pembelajaran yang digunakan dapat berupa ceramah, diskusi dan tanya jawab di sesuaikan dengan kebutuhan.


(36)

f) Evaluasi

Lembaga penyelenggara wajib melakukan evaluasi hasil belajar peserta didik melalui:

(1) Ujian local, yaitu uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga

penyelenggara bekerja sama dengan pihak lain yang kompeten.

(2) Uji kompetensi di tempat uji kompetensi ( TUK) untuk bidang

keterampilan yang sudah ada LSK.

g. Prinsip-prisip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills)

Direktorat pendidikan menengah umum tahun 2002 (Anwar, 2004:

43) membagi beberapa prinsip pembelajarn life skills sebagai berikut:

1) Etika social religious bangsa berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat

diintegrasikan

2) Pembelajarn menggunakan prisnsip learning to know, learning to do,

learning to be, learning to live together and learning to cooperate

3) Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam

penyelenggaraan pendidikan

4) Penetapan managemen berbasis masyarakat, kolaborasi semua unsur

terkait yang ada dalam masyarakat.

3. Kajian tentang pengembangan usaha a. Pengertian pengembangan

Pengembangan diambil dari istilah bahasa inggris yaitu development.

Menurut moris dalam The American Heritage Dictionary of The English


(37)

(perbuatan mengembangkan).Development itu sendiri diberi arti“to expand or realize the potentialities of; bring gradually to a fuller, greater, or better state”…..”to progress from earlier to later or from simpler to more complex stage of avolution” (morris, 1976: 360-361) dalam Sudjana (2000: 353-354). Artinya, pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks.

Jadi dapat disimpulkan pengembangan adalah upaya atau usaha yang dilakukan untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik, dan sempurna.

b. Pengertian Pengembangan Usaha

Dalam hal ini pengembangan usaha memiliki beberapa pengertian

yang beragam antara lain: pertama, pengembangan usaha dapat diartikan

pengembangan usaha sebagai usaha mengoptimalkan kapasitas produksi. Pada tahap ini belum memerlukan penambahan investasi baru, dengan kata lain pada tahap ini pengembangan lebih mementingkan penambahan unit

produksi baru yang memproduksi produk yang sama. Kedua, disamping

pengembangan usaha dengan penambahan unit produksi pengembangan usaha juga dapat dilakukan dengan mendirikan unit produksi danmarketing outet didaerah baru. Perluasan area pemasaran ini disebut dengan istilah


(38)

waralaba (franchising). Ketiga, pengembangan usaha dapat dilakukan dengan ekspansi horizontal, yaitu pengembangan usaha dapat dilakukan dengan pendirian pabrik (investasi baru). Dengan memproduksi barang yang berbeda tetapi memiliki karakteristik yang sama atau kurang lebih sama dengan yang sudah ada. Selain pengembangan usaha dengan ekspansi horizontal pengembangan usaha juga dapat dilakukan dengan ekspansi vertical yaitu pengembangan usaha dengan pendirian pabrik baru dengan menproduksi barang yang berbeda sama sekali dengan produk yang ada tapi

masih mempunyai kaitan yang cukup kuat. Keempat, Pengembangan usaha

dapat dilakukan dengan pendirian usaha dimana bidang usaha, proses produksi, teknologi, sifat dan bentuk produk berbeda dengan yang selama ini sudah diproduksi.(Bambang, T. (2010). Modul Wirausaha. E- Learning.

Dari http/www.Pengembanganusaha.com(modul_pengemb_usaha_mandiri .

pdf.)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengembangan usaha dapat dilakukan dengan berbagai macam dan cara antara lain :

1) Pengembangan usaha yang dilakukan untuk optimalisasi kapasitas

produksi

2) Pengembangan usaha dilakukan dengan pendirian pabrik (investasi baru)

namun memproduksi barang yang sudah ada.

3) Pengembangan usaha yang dilakukan dengan investasi baru dan produk

yang dibuat masih mempunyai karakter yang kurang lebih masih sama barang yang sudah ada.


(39)

4) Pengembangan usaha dengan investasi baru memproduksi barang yang masih ada kaitannya dengan produk lama

5) Pengembangan usaha melalui kerjasama dengan mitra usaha

6) Pengembangan usaha dengan ekspansi horizontal

7) Pengembangan usaha dengan ekspansi vertical

8) Pengembangan usaha dengan ekspansi pada sector baru.

c. Pengorganisasian pengembangan usaha

Agar pengembangan usaha dapat dilakukan secara efektif dan efisien maka pengembangan usaha memerlukan pengorganisasian sebagai berikut:

1) Pengorganisasian dana

2) Pengorganisasian sumber daya manusia (SDM)

4. Kajian tentang jamur tiram a. Pengertian jamur tiram

Menurut Erie Maulana ( 2012: 9 ) Jamur merupakan tanaman yang berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang bercabang. Pada umumnya tumbuh-tumbuhan memiliki hijau daun (klorofil), sehingga dapat memenuhi sendiri kebutuhan karbonhidratnya melalui proses fotosintesis. Namun jamur tidak memiliki klorofil sehingga kebutuhan karbonhidratnya harus dipenuhi dari luar, oleh karena itu jamur harus hidup secara saprofitik atau secara parasit.Di dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar oleh wilayah subtropis yang sampai kawasan tropis yang hangat.Dari ribuan jenis tersebut ada jamur yang merugikan dan ada


(40)

pula yang menguntungkan.Jamur yang merugikan adalah berbagai jenis

jamur (fungi) penyebab penyakit pada manusia dan tanaman, misalnya

menyebabkan keracunan saat dikonsumsi, menjadi sumber penyakit kulit seperti panu, kadas dan kurap. Sedangkan jamur yang menguntungkan adalah berbagai jenis jamur yang yang bermanfaat bagi kehidupan dunia, misalnya untuk menghancurkan sampah organik, menghasilkan antibiotik untuk obat, atau jamur yang bermanfaat dalam pembuatan tempe dan jamur yang dapat konsumsi, yaitu jamur yang dapat dimakan tanpa menimbulkan efek racun. Jenis jamur yang dapat dikonsumsi antara lain jamur kuping,

tiram, merang, shiitake, champignon, dan jamur barat.

Namun dalam pembahasan nanti lebih pada penelitian pembudidayaan jamur tiram. Disamping mudah perawatannya juga memiliki nilai jual yang tinggi. Jamur tiram bila kita budidayakan akan mendapat manfaat berganda. Selain rasanya yang enak mengandung gizi yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari- hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di departemen sains kementerian industri thailand bebarapa zat yang terkandung dalam jamur tiram atau oyster mushroom adalah protein 5,94%; karbohidrat 50,59%; serat 1,56%; lemak 0,17% dan abu 1,14%. Selain kandungan ini, dalam setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65

kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor; 0,15 mg vitamin B1;


(41)

hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio dan influenza serta kekurangan gizi.

Secara sosial budaya, jamur tiram, merupakan bahan pangan bergizi, berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkon obat modern.Secara ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat.

Dengan adanya hal tersebut membuat pengelola PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul membudidayakan jamur tiram bagi warga belajar Keaksaraan Fungsional. Disamping perawatan yang mudah, banyak diminati masyarakat dan meningkatkan pendapatan/ taraf hidup bagi warga belajar Keaksaraan Fungsional. Namun juga dapat mengembangkan usaha warga belajar keaksaraan fungsional sehingga akan menghasilkan keuntungan yang besar khususnya untuk peningkatan taraf hidup warga

belajar keaksaraan fungsional. Melalui program life skills ini warga belajar

di harapkan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam membudi dayakan jamur tiram sehingga dapat menggurangi angka pengangguran.Dengan masih jarangnya budi daya jamur di Kabupaten Gunungkidul khususnya Desa Semanu diharapkan budi daya jamur ini dapat


(42)

terus berlanjut sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, bangsa dan Negara.

b. Nilai Gizi Jamur Tiram

Jamur tiram memiliki tudung bulat dan berwarna seperti tiram laut, bertekstur lembut, serta memiliki rasa yang lezat. Meskipun memiliki rasa yang lezat seperti daging tetapi jamur memiliki kandungan lemak yang rendah sehingga sehat untuk di konsumsi. Jamur mengubah selulosa menjadi polisakrida yang bebas kolesterol sehingga orang yang mengkonsumsinya terhindar dari resiko terkena stroke. Selain itu, kandungan protein jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang juga berasal dari tanaman.

Kandungan protein di dalam jamur berkisar antara 19%- 35%, lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada beras dan gandum. Kandungan protein pada beras adalah 7,3%, dan gandum 13,2%. Dalam protein jamur terdapat 9 asam amino esensial dari 20 macam amino yang

dikenal. Kandungan lemak di dalam jamur 72% lebih termasuk unsaturated

sehingga aman di konsumsi. Vitamin di dalam jamur terdiri dari ( vitamin B-1 ), riboflavin ( vitamin B-2 ), niasin, biotin, vitamin C. Kandungan Mineral di dalam jamur tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa elemen mikro ( Erie Maulana 2012: 29-30). Berikut ini tabel yang menunjukkan besarnya kandungan gizi beberapa jenis jamur konsumsi dibandingkan dengan bahan makanan lain:


(43)

Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur dan BahanMakanan Lain (dalam %)

Bahan Makanan Protein Lemak Karboidrat

Jamur Champignon*) 4,8 0,2 3,5

Jamur merang*) 1,8 0,3 4 - 48**

Jamur shiitake*) 13,4– 17,5 4,9 – 8,9 9,5-70,7**

Jamur tiram*) 44,0** - -

Kentang 2,0 0,1 20,9

buncis - 2,4 0,2

Kubis 1,5 0,1 4,2

Seledri - 1,3 0,2

Bit 1,6 0,1 9,6

Bayam - 2,2 0,3

Daging sapi 21,0 5,5 0,5

Sumber : Suraji, Meity, (1991) dalam Tahir Pasaribu dkk (2002:7) *) : Kelompok Jamur. **) : Berdasarkan Berat Kering

Nama jamur tiram (Pleurotus sp.) diberikan karena bentuk tudung

jamur ini agak membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang tiram.Permukaan tudung jamur tiram licin agak berminyak jika lembab, dan tepiannya bergelombang.

c. Pembudi Dayaan Jamur Tiram

Tempat tumbuh jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak di samping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis.


(44)

Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak ditumbuhi jarnur jenis lain.

Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung.Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein.

Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur (Calsium carbonat) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter.Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi


(45)

dengan mikroorganisme. Yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan jamur antara lain:

1) Tingkat Keasaman ( pH)

Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat, bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).

2) Suhu Udara

Pada budidaya jamur tiran suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22-28° C dengan kelembabon 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22° C.

3) Cahaya

Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam, keadaan gelap atau tanpa sinar.Sebaiknya selama masa pertumbuhan misellium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada


(46)

permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 % (Erie Maulana, 2012: 45-48).

5. Kajian Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat(PKBM)

a. pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Menurut Sihombing (2006: 6 ) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah yang menyediakan informasi dan kegiatan belajar sepanjang hayat bagi setiap warga masyarakat agar mereka lebih berdaya. PKBM masyarakat dapat menyelenggarakan berbagai macam bidang kegiatan antara lain pembelajaran, peningkatan kualitas hidup, pembangunan masyarakat, pembangunan ekonomi, social dan budaya. Wadah ini adalah milik masyarakat dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat.Melalui program pembelajaran di PKBM pendidikan non formal berusaha untuk memberdayakan masyarakat sebagai wujud keikut sertaan dalam penyiapan sumber daya manusia yang berdaya saing.

PKBM merupakan suatu tempat kegiatan pembelajaran masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan sesuai dengan kebutuhan belajar dan potensi masyarakat dalam mencapai kemajuan pendidikan, ekonomi, social dan budaya (Sudjana, 2003: 2). Sebagai institusi pendidikan non formal atu pendidikan masyarakat dan wadah pembelajaran masyarakat maka PKBM harus bersifat fleksibel karena membebaskan masyarakat untuk belajar dan mempelajari apa saja yang masyarakat butuhkan.


(47)

b. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Secara umum tujuan PKBM adalah memberdayakan masyarakat agar memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya memalui penyediaan pranata kegiatan pembelajaran dengan cara menerangi kebodohan, social budaya sejalan dengan potensi dan kualitas tuntutan perubahan yang terjadi. Tujuan tersebutkan diatahkan dalam setiap penjabaran program yang dikembangkan di PKBM yang diarahkan pada:

1) Mempersiapkan warga masyarakat di sekitar PKBM menjadi warga

yang informatif, sehingga dengan belajar di PKBM dapat mengetahui segala bentuk perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini maupun yang akan datang, serta dapat membentuk kepribadian setiap warga masyarakat memiliki sikap progresif terhadap masalah yang dihadapi.

2) Mempersiapkan warga masyarakat di sekitar PKBM menghadapi

perubahan kebudayaan baik karena inovasi maupun kontak, sehingga dengan belajar di PKBM menjadikan seseorang tidak kaku terhadap perubahan uang terjadi disekitarnya dan terjadi keselarasan hidup antara masyarakat dengan masyarakat, dan masyarakat dengan lingkungannya.

3) Mempersiapakan warga masyarakat di sekitar PKBM hidup dalam

lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjadikan rasionalitas sebagai cara pemecahan masalah dan menyadarkan diri dari sikap mental ketergantungan pada nasib serta hal-hal yang bersifat spekulatif.


(48)

4) Mempersiapkan generasi yang akan datang untuk hidup diantara berbagai populasi yang luas sehingga memiliki heterogenitas pengalaman yang beragam dan mampu berkiprah memasuki kondisi yang kompetitif di kancah pergaulan yang lebih luas. (Depdiknas, 2000: 2)

Menurut Sihombing Umberto (1999) Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain menentukan tujuan PKBM yaitu:

1) Mengurangi ketergantungkan masyarakat terhadap pemerintah

yang diarahkan pada keswadayaan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengembangkan perekonomian keluarga dan masyarakat.

2) PKBM mengembangkan program serta melibatkan dan

memanfaatkan potensi masyarakat

3) Potensi yang ada dimasyarakat yang selama ini tidak tergali

akan dapat digali, ditumbuhkan dan dimanfaatkan melalui pendekatan persuasive

4) Program yang dilakukan diarahkan pada pengembangan

pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga mampu meningkatkan ekonomi keluarga

5) Memotivasi masyarkat untuk berpartisipasi langsung dari

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Banyak tujuan suatu lembaga yang cukup baik dan memiliki prospek yang cerah, tetapi kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar dimana lembaga atau kegiatan tersebut dilaksanakan. Ini sangat penting karena jika tujuan PKBM dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya dan warga belajar khususnya, maka hal ini menandakan bahwa kegiatan-kegiatan PKBM berkaitan langsung atau bermakna bagi kehidupan masyarakat, sehingga secara tidak langsung masyarakat akan berpartisipasi


(49)

dalam PKBM dan akhirnya pada masyarakat akan timbul rasa memiliki dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelanggengan PKBM.

Secara umum PKBM dibentuk dengan tujuan membelajarkan masyarakat agar mereka memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap mandiri dengan melakukan 3 (tiga) kegiatan yaitu melayani, membina dan memenuhi kebutuhan warga masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan PKBM ini terbagi menjadi tujuh jenis antara lain:

1) Pendidikan. Warga belajar atau masyarakat berbagai hal melaui sumber,

seperti: guru, pelatih nara sumber teknis, kursus-kursus pelatihan dan lain sebagainya.

2) Keterampilan kerja. Warga dapat meningkatan kemampuan kerja

melaui pembelajaran dari tokoh masyarakat, nara sumber teknis, berbagai media pendidikan dan lain sebagainya.

3) Layanan informasi. Warga masyarakat dapatmengikuti kegiatan belajar

sepanjang kapanpun mereka ingikan. Kegiatan ini dapat meliputi membaca buku dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM), mengunjungi pameran, membaca majalah dinding dan mencari informasi dari internet.

4) Rekresai. Warga masyarakat dapat mengikuti beragam kegiatan

permainan untuk meningkatkan daya piker dan kesehatan badannya. Kegiatan ini meliputi latihan fisik, kompetisi olahraga, menari menyanyi dan lain sebagainya.


(50)

5) Kesehatan dan kebersihan. PKBM dapat menjadi tempat bagi warga masyarakat untuk mempelajari cara-cara pencegahan penyakit, kesehatan dasar dan gizi makanan yang baik.

6) Peningkatan kualitas Hidup. Sejumlah warga masyarakat dapat

membentuk kelompok kecil untuk memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan khusus mereka. Kelompok ini meliputi : wanita, pemuda, orang tua dan penyandang cacat.

7) Agama dan budaya. Ulama setempat dapat menularkan keahliannya dan

sifat bijak yang mereka miliki kepada generasi berikutnya. Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap pendidikan sepanjang hayat secara berkelanjutan melalui pemanfaatan pengetahuan yang telah ada di masyarakat dan membuka kesempatan bagi setiap orang untuk menggagas, membuat keputusan dan bertindak menuju tujuan akhir yaitu pemberdayaan masyarakat.

c. Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

PKBM sebagai lembaga yang dibentuk dari, untuk dan oleh masyarakat memiliki beberapa fungsi antara lain :

1) Sebagai tempat kegiatan belajar bagi belajar masyarakat

2) Sebagai tempat pusat berbagai potensi yang ada dan berkembang di

masyarakat

3) Sebagai sumber informasi yang handal bagi warga masyarakat, PKBM


(51)

4) Sebagai ajang tukar menukar berbagai pengetahuan dan keterampilan fungsional diantara warga belajar.

5) Sebagai tempat berkumpulnya warga masyarakat yang ingin

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Depdiknas 2003:3)

PKBM bukan milik pemerintah, tetapi merupakan pusat kegiatan belajar masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat, melalui pemanfaatan potensi-potensi yang ada di masyarakat. Para petugas pendidikan masyarakat dan instansi terkait berperan sebagai inspirator dan pendorong bukan penentu, dan PKBM dibina menuju kemandirian yang mampu membiayai sendiri program yang dikelolanya, serta kegiatan pembelajaran di PKBM diorentasikan pada pasar dengan tidak meninggalkan sapek akademik. Dengan demikian program belajar yang dikembangkan dan dilaksanakan benar-benar berpangkal pada masyarakat, khususnya dibidang pendidikan luar sekolah, lebih transparan, efektif, terarah,teratur dan efisien.

d. Asas-asas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Menurut Sihombing Umberto (1999: 108-109)Asas-asas yang dianut PKBM dapat diidentifikasikan menjadi tujuh asas. Asas-asas tersebut meliputi asas kebermanfaatan, kebermaknaan, kebersamaan, kemandirian, keselarasan, kebutuhan dan tolong menolong. Asas –asas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


(52)

1) Asas kebermanfaatan artinya setiap kehadiran PKBM harus benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kehidupannya.

2) Asas kebermaknaan artinya PKBM dengan segala potensinya harus

mampu memberikan dan menciptakan program yang bermakna dan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

3) Asas kebersamaan artinya PKBM merupakan lembaga yang dikelola

secara bersama-sama bukan milik perorangan, bukan milik suatu kelompok atau satu golongan tertentu dan bukan milik pemerintah. PKBM adalah milik bersama dan digunakan bersama untuk kepentingan bersama.

4) Asas kemandirian artinya PKBM dalam pelaksanaan dan

pengembangan kegiatan harus mengutamakan kekuatan sendiri. Meminta dan menerima bantuan dari pihak lain merupakan alternative terakhir bila kemandirian belum dapat dicapai.

5) Asas keselarasan artinya setiap kegiatan yang dilaksanakan PKBM

harus sesuai dan selaras dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar.

6) Asas kebutuhan artinya setiap kegiatan atau program pembelajaran

yang dilaksanakan di PKBM harus dengan kegiatan pembelajaran yang benar-benar paling mendesak dibutuhkan masyarakat.

7) Asas tolong menolong artinya PKBM merupakan arena atau ajang

belajar dan pembelajaran masyarakat yang didasarkan atas rasa saling asah, asih dan asuh diantara semua warga masyarakat sekitar sendiri


(53)

B.Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan yaitu penelitian dari Suharjiya dalam tesisnya pada Program Studi Sosiologi Konsentrasi Kebijakan Dan Kesejahteraan Sosial, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang berjudul

Program Life Skills Non Formal Antara Harapan Dan Kenyataan (Studi

Implementasi Program Life Skills Kerajinan Perak Di Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat Ngudi Ilmu Desa Kepek, Saptosari, Gunungkidul). Hasil penelitian menyimpulkan: 1) bahwa terdapat kesenjangan yang jauh antara harapan dan

realitas program life skills pelatihan kerajinan perak yang di laksanakan oleh

PKBM Ngudi Ilmu, 2) faktor pertama yang berpengaruh terhadap kegagalan

program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu berkaitan dengan substansi

kebijakan program life skills PNF tersebut, 3) faktor kedua yang

mempengaruhi kegagalan program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu

berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat, 4) faktor yang berpengaruh

terhadap kegagalan program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu bersumber

dari implementasi program life skills tersebut dalam hal ini berkaitan dengan

kapasitas dan kemampuan pengelola program sebagai implementor kebijakan, 5) antara substansi kebijakan, kondisi social masyarakat dan kemampuan imlementor merupakan satu sinergi yang saling berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi program, hasil penelitian di lapangan sinergi ketiga hal tersebut tidak diketemukan.


(54)

C.Kerangka Berpikir

Program pendidikan life skills merupakan program pendidikan

nonformal yang bergerak pada bidang keterampilan yang diselenggarakan untuk memberi kesempatan pada warga masyarakat untuk mendapat keterampilan. Program ini pemerintah memberikan wadah sendiri dalam

menangani program pendidikan life skills terutama pada instansi atau lembaga

pendidikan nonformal

Penelitian program pendidikan life skills ini dilaksanakan di PKBM

Ngudi Kapinteran yang merupakan wadah kegiatan pembelajaran atau program masyarakat pendidikan nonformal pada warga masyarakat dengan mengarah pada potensi-potensi yang dimiliki warga masyarakat sekitar atau lingkungan.

Program pendidikan life skill yang dilaksanakan di PKBM Ngudi Kapinteran

bertujuan untuk mengembangkan usaha jamur tiram dan sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program budidaya jamur tiram. Peneliti akan

menggambarkan implementasi program pendidikan life skill di PKBM Ngudi

Kapinteran yang dilatarbelakangi dengan masih banyaknya pengangguran dan masih kurangnya pengetahuan dalam bidang usaha serta belum diterapkannya

semua aspek yang ada di dalam pendidikan life skills yaitu aspek kecakapan

akademik (academic skills) atau disebut juga kecakapan berfikir ilmiah

(scientific skills). Implementasi pendidikan life skills pada pengembangan usaha budi daya jamur tiram ini mencakup persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.


(55)

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir Masih banyak pengangguran dan

masih kurangnya pengetahuan dalam mengembangkan usaha  

Persiapan dari

pendidikan life skill

 

input

Warga masyarakat proses

Pengembangan usaha budi

daya jamur tiram output

Pelaksanaan dari

program life skills

Evaluasi dari

program life skills

Implementasi Pendidikan Life

Skills Di PKBM Ngudi


(56)

D.Pertanyaan Penelitian

Untuk mengarahkan penelitian yang dilaksanakan agar memperolehhasil yang optimal, maka perlu ada pertanyaan penelitian antara lain:

1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) pada

program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul?

a. Bagaimana persiapan dari program implementasi pendidikan kecakapan

hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur

tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?

1) Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha

budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi identifikasi kebutuhan belajar peserta didik (peserta budidaya jamur tiram)?

2) Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha

budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama bagi peserta didik (pembudi daya jamur tiram)?

b. Bagaimana pelaksanaan dari program imlementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi


(57)

1) Apakah di dalam proses pelaksanaan implementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha

budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri dan usaha bersama bagi peserta didik (pembudi daya jamur tiram)?

2) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya

jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penguasaan kecakapan personal, social, vokasional, kademik, dan manajerial kewirausahaan?

3) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya

jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar dan menghasilkan produk yang bermutu?

4) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya

jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli?

c. Bagaimana evaluasi dari program implementasi pendidikan kecakapan

hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur


(58)

1) Apakah di dalam evaluasi dari program implementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha

budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penilaian kompetensi pada peserta didik (pembudidaya jamur tiram)?

2) Apakah di dalam evaluasi dari program implementasi pendidikan

kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha

budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha mandiri?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program

pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM

Ngudi Kapinteran?

a. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan program pendidikan

kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi

Kapinteran?

b. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan program pendidikan

kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi

Kapinteran?

3. Bagaimana dampak dari program pendidikan kecakapan hidup (life skills)

budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?

a. Bagaimana dampak dari program pendidikan kecakapan hidup (life


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN  

A.Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses terjadinya dilapangan. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan dengan cara memandang objek kajian sebagai suatu sistem, artinya objek kajian dilihat sebagai satuan yang terdiri dari unsure-unsur yang saling berkaitan dan mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati Bogdan dan Taylor (Moleong, 2009:4).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami, oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu komunitas khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2009:6). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dilatarbelakangi peneliti bermaksud mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan

bagaimana Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Pada


(60)

B.Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah adanya pertimbangan kelayakan untuk mengambil informasi guna menjawab permasalahan penelitian. Pemilihan subjek dilakukan secara purposif sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti menentukan subjek penelitian menggunakan dua tokoh informan, yaitu tokoh formal dan informal. Tokoh formal berkaitan dengan individu yang mengelola suatu lembaga misalnya pimpinan atau kepala bagian, sedangkan tokoh informal adalah sekelompok masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung terkena dampak dari aktifitas lembaga tersebut (Moleong, 2004: 90).

Subjek sasaran penelitian ini adalah warga belajar program pendidikan

kecakapan hidup (life skills) budidaya jamur tiram, pendidik, dan pengelola

PKBM Ngudi Kapinteran. Maksud dari pemilihan subjek penelitian ini untuk mendapat sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya pertimbangan lain dalam pemilihan subjek adalah subjek memilki waktu apabila peneliti membutuhkan informasi untuk pengumpulan data dan dapat menjawab berbagai pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.

C.Waktu dan Tempat Penelitian 1. Setting Penelitian

Setting penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah di


(61)

Usaha Melalui Budidaya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup

(Life Skills) Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ini

dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2012.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Kecakapan

Hidup (Life Skills) Budi Daya Jamur Tiram berada di PKBM Ngudi

Kapinteran Semanu, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

D.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara, observasi dan dokumentasi (Nasution, 2003:26).Metode pengumpulan data merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam penelitian ini data dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu warga belajar

program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram,

pendidik, pengelola PKBM Ngudi Kapinteran.

Dalam hal ini peneliti berupaya mengungkapkan data tentang

implementasi program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya


(62)

informasi yang penting maka digunakan teknik pengumpulan data dalam penelitian sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution, 2006:113).Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajuakan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186).

Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandanganya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak diketahui melalui pengamatanya (Nasution, 2003:73)

Dalam wawancara peneliti menggali sebanyak mungkin data yang terkait dengan masalah pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan

Hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran. Pada

penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan warga belajar program

pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram, pendidik,

dan pengelola PKBM Ngudi Kapinteran untuk memperoleh informasi atau data tentang persiapan, pelaksanaan, evaluasi program Pendidikan

Kecakapan Hidup (life skills) budi daya jamur tiram, dan mengetahui

faktor–faktor penghambat dan pendukung, serta dampak dalam program


(63)

Ngudi Kapinteran Tersebut. Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan wawancara dengan model pertanyaan terbuka, tidak kaku, fleksibel, dan disampaikan secara informal. Dalam penelitian ini, wawancara digunakan peneliti:

a. Untuk mengetahui Implementasi program Pendidikan Kecakapan Hidup

(Life skills) budi daya jamur tiram yang meliputi dari persiapan,

pelaksanaan, dan evaluasi dari program tersebut di PKBM Ngudi Kapinteran.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat program

pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di

PKBM Ngudi Kapinteran.

c. Untuk mengetahui danpak dari program pendidikan kecakapan hidup

(life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.

2. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan terlebih dahulu dengan harapan memperoleh data yang relevan. Observasi yaitu melukiskan dengan kata-kata secara cermat dan tepat apa yang diamati, mencatat kemudian mengolahnya dalam rangka masalah yang diteliti secara ilmiah, hingga manakah hasil pengamatan itu valid dan reliable, serta hingga manakah obyek pengamatan itu representative bagi gejala yang bersamaan (Nasution, 2006:106). Observasi diartikan sebagai


(64)

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2005:158)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang lebih lengkap dan terperinci.Data informasi yang diperoleh melalui pengamatan ini selanjutnya dituangkan dalam tulisan. Dalam penelitian ini peneliti berperan serta aktif melihat langsung kegiatan program program

kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram untuk mendapat

informasi yang berkaitan dengan implementasi pendidikan kecakapan

hidup (life skills) di PKBM Ngudi Kapinteran yang meliputi tentang lokasi

penelitian, keadaaan lingkungan penelitian, keadaan warga belajar dan

faktor- faktor pendukung program Pendidikan Kecakapan hidup (life

skills).

3. Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincolin dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik (Moleong 2009: 161). Sedangkan menurut pendapat lain, dokumentasi adalah apabila suatu penyelidikan ditujukan kepada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber dokumentasi. Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara menguraikan atau mempelajari data yang ada terlebih dahulu.

Metode dokumentasi ini merupakan bantu dalam upaya memperoleh data penelitian. Kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu yang dapat dipakai untuk menjelaskan pelaksanaan program pendidikan


(65)

kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran, misalnya berupa foto-foto kegiatan, catatan kegiatan, dan berbagai informasi yang digunakan sebagai pendukung hasil penelitian.

E.Teknik Analisis Data

Analis data adalah proses mencari dan penyusunan secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan ditemuinya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiono, 2009:88)

Menurut Nasution (2003:129) langkah- langkah menganalisis data adalah:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak mulanya. Laporan-laporan ini perlu direduksi, yang penting, dicari tem atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan ”mentah” disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.


(66)

2. Display Data atau Penyajian Data

Merupakan hasil reduksi data yang disajikan dalam laporan secara sistematis yang mudah dibaca atau dipahami baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya dalam konteks sebagai pernyataan.Penyajian data ini dapat dilakukan dengan bentuk (table, grafik, phie card, pictogram dan sejenisnya) (Sugiono,2009:95). Sajian data ini merupakan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat sajian data peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan yang memungkinkan untuk menganalisis dan mengambil tindakan lain berdasarkan pemahaman.

3. Pengambilan atau Penarikan Kesimpulan

Pemikiran kesimpulan yang diverifikasi adalah berupa suatu pengulangan sebagai pemikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti waktu menulis.Temuan yang baru yang sebelumnya belum pernah ada dan berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang sangat kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2009 :99)


(67)

F. Keabsahan Data

Ada beberapa kriteria untuk memenuhi keabsahan data dalam penelitian kualitatif, yaitu: kredibilitas, transferabilitas, dan dependabilitas (Nasution, 2003:114-119). Untuk memenuhi kredibilitas dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk:

1. Memperpanjang waktu penelitian, harus cukup waktu untuk betul-betul

mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mengecek informasi.

2. Melakukan observasi terusmenerus secara cermat dan mendalam.

3. Penelitian ini menggunakan triangulasi metode dan sumber yaitu:

a. Melakukan cek dan ricek yang mempunyai arti penggulangan kembali

terhadap data, waktu dan tempat untuk memperoleh data.

b. Cross checking yaitu membandingkan dengan bukti-bukti lain

misalnya hasil wawancara digunakan untuk membandingkan dengan hasil observasi dan memandingkan kuesioner dengan wawancara dan hasil dokumentasi.

c. Mengadakan member check yaitu pada setiap akhir wawancara

peneliti menanggulangi garis besar dari apa yang telah dikatakan oleh responden dengan maksud agar responden mengoreksi bila ada kesalahan dan menambahkan bila ada kekurangan.

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan metode. Peneliti tidak hanya percaya begitu saja pada yang dikatakan oleh informan, melainkan perlu mengecek dan mericek kembali dalam kenyataan melalui


(68)

pengamatan, itulah sebabnya cek dan ricek dilakukan silih berganti dari hasil wawancara ke pengamatan dilapangan atau dari informan ke informasi yang lain.


(69)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi Wilayah

Desa Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Jawa Tengah merupakan satu dari 5 desa di Kecamatan Semanu. Secara geografis Desa Semanu dengan luas wilayah 1746, 2605. Adapun batas-batas desa Semanu adalah di sebelah utara berbatasan dengan Desa Karangmojo Kecamatan karangmojo, sebelah timur Desa Ngeposari Kecamatan Semanu, sebelah selatan Desa Candirejo Kecamatan Semanu, dan sebelah barat Desa Baleharjo Kecamatan Wonosari. Fasilitas pendidikan formal yang dimiliki Desa Kemanukan antara lain, TK Pembina, SD, SMP dan SMA yang semuanya berstatus negeri.

Letak topografis tanahnya datar, dengan lahan sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian, dan perkebunan sehingga sebagian besar masyarakat desa adalah petani dan petani penggarap. Terdapat beberapa organisasi yang ada di Desa Semanu yaitu Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Perlindungan Masyarakat (LINMAS), Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) serta Karang Taruna.

Jumlah penduduk desa Semanu terdiri dari 4756 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 4086 laki-laki dan 670 perempuan. Adapun jumah penduduk menurut dukuh/dusun.


(1)

g. Bagaimana pembiayaan program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran ? RNTI : dana untuk program life skills berasal dari bantuan UNY

TGNO : dana untuk program life skills berasal dari bantuan UNY sudah berupa bahan-bahan dan alat budi daya jamur tiram yang digunakan untuk operasional program life skills. Kesimpulan : dana untuk program life skills berasal dari UNY yang digunakan untuk operasional program life skills

h. Bagaimana metode pembelajaran yang dilakukan di PKBM Ngudi Kapinteran ?

RNTI : metode yang tepat untuk peserta didik program life skills menurut saya ceramah dan praktik. Proses pembelajaran

tersebut akan lebih bermanfaat jika materi yang disampaikan langsung dipraktekkan

HRI : Dengan metode ceramah dan praktek akan lebih senang dan semangat mengikuti pembelajaran. Mereka juga tidak

merasa bosan

Kesimpulan : metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Program life skills adalah dengan metode ceramah dan praktek

i. Bagaimana evaluasi yang dilakukan pada program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran ?

TGNO : setiap selesai satu materi pembelajaran, selalu ada pertanyaan lisan yang diberikan peserta didik, seperti apakah ibu-ibu sudah mengerti materinya? Itu merupakan salah satu bentuk evaluasi yang diberikan

SMIYAH : setelah selesai pembelajaran pertanyaan selalu ada tentang materi yang diberikan sebelumnya dan praktek dilakukan kelompok dan setiap pertemuan kelompok berganti-ganti

mbak

Kesimpulan : evaluasi yang dilakukan di PKBM Ngudi Kapinteran dengan dua cara yaitu dengan evaluasi individu dan evaluasi kelompok yang diberikan oleh pendidik program life skills

2.Faktor pendukung dan penghambat program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran ?

a. Bagaimana faktor pendukung program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran


(2)

dan pengurus PKBM Ngudi Kapinteran, kami memotivasi peserta didik agar mengikuti program life skills

RNTI :faktor pendukung program life skills ini pengurus dan pengelola aktif ke masyarakat memberi motivasi serta narasumber yang baik juga menentukan keberhasilan program ini, tapi yang paling penting dana mba.”

Kesimpulan : faktor pendukung program life skills ini adalah keaktifan pengurus dan pengelola, motivasi peserta didik dan nara sumber yang baik juga menetukan keberhasilan program. b. Bagaimana faktor penghambat program life skills

TGNO : faktor yang menghambat program life skills yang jelas adalah dana kemudian factor alam yang kadang kurang mendukung untuk budi daya jamur

RNTI : faktor penghambat utama yaitu dana mba, kemudian Factor alam yang kadang kurang mendukung

Kesimpulan : faktor penghambat program life skills dana, factor alam kurang mendukung

3. Dampak dari program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran

TGNO : dampak dari program life skills ini adalah membuka peluang usaha sendiri bagi kami selain warga belajar, serta mengenalkan manfaat jamur pada masyarakat

SMIYAH : dampak dari program life skills ini menambah bekal keterampilan, saya juga dapat membuka peluang usaha

serta meningkatkan perekonomian saya juga.

Kesimpulan :dampak dari program life skills ini dapat memberi peluang usaha bagi peserta didik, menambah bekal ketrampilan serta mrningkatkan perekonomian kami


(3)

Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan   

FOTO KEGIATAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) BUDI DAYA JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN

Kegiatan belajar mengajar


(4)

(5)

(6)