Subjectivism Supernaturalism Aliran-aliran dalam Etika

1 wilyah tertentu. Norma-norma moral yang berlaku dalam pelbagai masyarakat dan kebudayaan tidak sama, melainkan berbeda satu sama lain.

7. Subjectivism

Gensler 1998: 22 menjelaskan bahwa dalam aliran subjectivism keputusan moral adalah penjelasan dari apa yang dirasakan. Jika seseorang mengatakan sesuatu itu baik karena kita memang merasa bahwa sesuatu itu bagus. Di sini, moralitas sangat berkaitan dengan perasaan pribadi seseorang dan emosi yang dirasakan. Rachels 2004: 72 menjelaskan “subjektivisme etis merupakan gagasan bahwa pendapat-pendapat moral kita didasarkan pada perasaan-perasaan k ita dan tidak lebih daripada itu”. Lebih lanjut Rachels menjelaskan, atas dasar pandangan itu, tidak ada apa yang disebut sebagai pandangan benar atau salah secara objektif. Subjektivisme berkembang mulai dari gagasan sederhana, dalam kata-kata David Hume, moralitas itu merupakan soal perasaan saja dan bukan fakta.

8. Supernaturalism

Aliran supernaturalism menurut Gensler 1998: 34-35 adalah suatu aliran yang menjelaskan bahwa moral hukum menjelaskan kehendak Tuhan. Supernaturalism berpendapat bahwa hukum moral Tuhan akan menjelaskan: X adalah baik berarti Allah menghendaki X. Supernaturalism merupakan etika berdasarkan agama. Aliran ini ident ik dengan teori “Perintah Allah” sebagaimana dinyatakan oleh Rachels 2004:100-101, bahwa benar secara moral berarti diperintahkan oleh Allah dan salah secara moral berarti dilarang oleh Allah. Menurut teori ini, etika bukanlah sekedar masalah perasaan pribadi atau kebiasaan sosial. Apakah sesuatu itu benar atau salah, hal itu merupakan masalah yang sepenuhnya objektif. Sesuatu itu benar kalau Allah memerintahkannya, salah kalau Allah melarangngnya. 1 Poedjawijatna 1982: 47-48 menyebut aliran ini dengan nama religiosisme. Aliran ini telah terkenal dan yang paling baik dalam praktik. Aliran ini menyatakan, ukuran baik adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan buruk adalah tidak sesuai dngan kehendak Tuhan. Tugas theologialah yang menentukan manakah yang menjadi kehendak Tuhan.

9. Intuitionism