26
e. Menanamkan keyakinan pada anak bahwa Tuhan selalu
memberikan kekuatan dan jalan yang mudah untuk mewujudkannya
Anak perlu memahami bahwa banyak hal di luar kendali manusia, sehingga membutuhkan pertolongan Tuhan. Orang tua
perlu menanamkan benih iman dan keyakinan dalam diri anak bahwa Tuhan akan selalu membantu hambanya yang sabar dan
taat. Untuk mencapai kesuksesan, anak membutuhkan kecerdasan spiritual agar mampu bertahan dalam kehidupan yang penuh
dengan tekanan, stress, dan kompetisi keras. Jiwa anak membutuhkan sumber kekuatan yang akan membuatnya tidak
mudah putus asa dan bimbang. Dalam jiwa anak perlu ditanamkan keimanan dan ketakwaan yang kokoh agar mampu menghadapi
godaan hidup yang semakin keras. f.
Menumbuhkan sikap sabar dan ulet dalam memulai sesuatu Sikap mudah menyerah dalam menghadapi masalah
merupakan awal rasa percaya diri rendah. Ia akan dihantui oleh rasa tidak percaya diri terhadap kemampuan yang ia miliki dalam
mencapai tujuan hidupnya. Langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara menumbuhkan sikap
sabar dan ulet untuk memulai suatu usaha disertai dengan keyakinan bahwa Tuhan telah berjanji kepada umatnya akan selalu
27
bersama dengan orang yang sabar. Setiap orang harus selalu berusaha tetap percaya diri bahwa ia akan selalu mendapat jalan
keluar dari segala masalah yang dialami dalam kehidupannya. 1Korintus 10:13 mengatakan bahwa “Allah setia dan karena itu
Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya”. Riyanto 2006: 55-56 mengatakan bahwa hal-hal yang dapat
dilakukan untuk mengembangkan rasa percaya diri antara lain: a.
Mengumpulkan keberhasilan-keberhasilan atau menambah hal-hal positif dalam diri. Keberhasilan-keberhasilan tidak menunjuk pada
sesuatu yang besar akan tetapi keberhasilan yang sederhana jika disyukuri dan diusahakan terus-menerus maka keberhasilan
tersebut dapat menambah rasa percaya diri. b.
Menumbuhkan kemampuan untuk memaafkan kesalahan dan keterbatasan diri sendiri. Kemampuan memaafkan diri ini dapat
memelihara rasa percaya diri bahkan dapat meningkatkannya karena kita lama-kelamaan akan mencintai diri kita sendiri.
c. Menanamkan keberanian untuk mengungkapkan diri atau
menyatakan diri di hadapan orang lain. sikap ini tentu saja menyangkut relasi dengan orang lain.
28
d. Belajar tampil di muka umum tanpa rasa takut. Hal ini dipengaruhi
oleh konsep diri kita dan bagaimana kita menilai orang lain. Konsep diri yang positif akan mempermudah relasi dan pergaulan
kita di tengah banyak orang dan menambah rasa percaya diri. Sikap seseorang menilai diri lebih rendah daripada orang lain, akan
membuat kita menjadi minder atau memiliki rasa percaya diri yang rendah.
e. Tampil apa adanya tanpa menutupi kekurangan yang ada.
Percaya diri tumbuh karena seseorang mampu menerima dan menghargai diri apa adanya. orang yang membangun rasa percaya
diri dengan memoles dirinya dengan berbagai macam topeng untuk menutupi kekurangannya akan mengalami kehancuran. Percaya
diri yang kokoh dapat muncul apabila dibangun atas diri yang senyatanya.
B. Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Banyak perubahan terjadi pada diri remaja yang
membuat remaja menjadi cemas dan gelisah. Masa ini biasa disebut dengan masa pubertas. Hurlock 1990: 184 mengatakan bahwa masa
puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh perubahan-
29
perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu, tidak aman, dan dalam banyak kasus
mengakibatkan perilaku yang kurang baik. Masa pubertas ini dialami oleh anak yang berusia kurang lebih 13-15 tahun atau siswa SMP. Dalam hal
ini, banyak bahaya psikologis yang dapat terjadi pada remaja yang sedang mengalami masa pubertas. Hurlock 1990: 197 menyebutkan bahaya-
bahaya masa puber antara lain: konsep diri yang rendah dan prestasi yang rendah. Konsep diri yang rendah ditunjukkan dalam perilaku misalnya:
menarik diri, tidak banyak terlibat dalam kegiatan atau pembicaraan kelompok, menjadi agresif, dan bersikap bertahan, balas dendam atas
perlakuan yang dianggap kurang adil. Sebagian anak yang sedang mengalami masa puber mempunyai konsep diri yang tidak realistik
mengenai penampilan dan kemampuannya kelak bila sudah dewasa. Konsep itu muncul dari masa kanak-kanak pada saat konsep diri ideal
terbentuk. Dalam hal ini, ada sedikit anak yang dapat melampaui masa puber tanpa mengembangkan konsep diri yang kurang menyenangkan.
Hal itu terjadi pada anak yang sudah memiliki pandangan positif tentang diri sendiri dan memiliki kepercayaan yang kuat untuk melaksanakan
peran pemimpin dalam kelompok teman-temannya.
30
Perubahan fisik yang terjadi pada diri remaja akan mengakibatkan keseganan untuk bekerja dan bosan pada tiap kegiatan yang melibatkan
usaha individu. Oleh karena itu, tidak ada usaha untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi dan akhirnya prestasinya pun menurun. Dalam keadaan
seperti itu, remaja sulit menerima diri apa adanya dan konsep diri pun tidak terbentuk secara positif. Akibatnya kepercayaan diri remaja menurun
dan bahkan menghilang. Menurut Lie 2003: 105 yang harus dilakukan dalam mendampingi
remaja antara lain sebagai berikut: 1.
Mendampingi remaja dalam proses perubahan fisik pada dirinya.
Dalam masa remaja, banyak terjadi perubahan yang membuat remaja bingung, misalnya tubuh yang makin
jangkung bagi seorang laki-laki, jerawat mulai tumbuh, suara membesar pada laki-laki, menstruasi pada wanita dan
sebagainya. Dalam hal ini, perlu pendampingan yang tepat dari orang tua. Ada 3 cara yang dapat dilakukan oleh orang
tua dalam memberikan pendampingan yaitu: a.
Menjelaskan kepada anak bahwa perubahan tersebut adalah alamiah dan semua orang pasti
mengalaminya.
31
b. Memberi kesempatan untuk bereksperimen dengan
penampilan-penampilan dalam batas yang wajar. c.
Membantu menemukan kelebihan-kelebihan yang ada pada fisiknya dan memberikan pujian.
2. Mendampingi anak untuk belajar membedakan yang baik dan
buruk. 3.
Mendampingi anak dalam proses pencarian identitas. 4.
Mengajari anak untuk membuat pilihan yang bertanggung jawab.
5. Memberi ruang untuk perbedaan pendapat dan keinginan.
6. Mendengarkan keluhan-keluhan anak dan berusaha untuk
menjelaskan jika ada suatu pandangan yang keliru dalam diri anak.
7. Menjadi teman atau sahabat yang selalu menemani dan
memberikan rasa aman . 8.
Memahami kebutuhan dalam pergaulan dengan teman sebaya dan memberikan bimbingan agar masuk dalam lingkungan
yang baik. 9.
Berbicara dengannya mengenai pergaulan dengan lawan jenis. 10.
Memberikan pendidikan seksualitas. 11.
Merbicarakan mengenai cita-cita hidupnya dan membantu bagaimana caranya agar bisa mencapai cita-cita tersebut.