Hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

Nuni Nuraeni

NIM: 1111011000065

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara pengembangan diri rutin terhadap akhlak karimah siswa-siswi program akselerasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, Tahun ajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswa program akselerasi. Pengumpulan data dalam dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) Angket, (2) Wawancara, (3) Dokumentasi. Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive samples Dan hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Kemudian angket tentang pengembangan diri rutin dan angket al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi, dianalisiskan dengan menggunakan prosentase atau tabulasi dan untuk mencari hubungan dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment.

Dari perhitungan tersebut diperoleh angka korelasi rxy adalah 0,871 lebih besar dari rtabel(0,871 > 0,367) pada taraf signifikan 5 % yang berarti terdapat korelasi antara 0,70-0,90 itu adalah termasuk korelasi positif yang kuat atau tinggi dengan koefisiensi destriminasi sebesar 76 %. Jadi, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.

Kata Kunci: Pengembangan Diri Rutin, al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswa Program Akselerasi.


(6)

ii

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research intend to determine is there a relationship between routine self-development of the student behavior in acceleration class program. This research was conducted in Bakti Mulya 400 Junior High School Jakarta 2014/2015. The subject of this research are students from acceleration class. Collecting data in this research using (1) Inquiry, (2) Interview, (3) Document. Sampling techniques with a purposive samples and the results were analyzed descriptively. Then, the Inquiry about self-development program and acceleration class analyzed by using percentage or tabulation and to find relationships were analyzed using correlation coefficient of product moment.

From these calculations figures obtained correlation r xy is greater than rtabel 0.871 (0.871> 0.367) at the significant level of 5%, it means that there is a correlation between 0.70 to 0.90 it is included strong or high positive correlation with coefficient destriminasi 76%. Then, the result of this research can be concluded that there is strong correlation between routine self-development with student behavior.


(7)

iii Bismillahirohmanirrohim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya tercurahkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk

orang-orang yang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad SAW.

Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu penulis

membuat skripsi dengan judul Hubungan Pengembangan Diri Rutin

terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti

Mulya 400 Jakarta”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari sebuah kekurangan baik ditinjau dari aspek isi maupun tekhnik penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran dari siapapun yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan lapang dada demi perbaikan dikemudian hari.

Dalam menyusun skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik secara moril maupun material. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Teristimewa kedua Orang Tuaku Abdul Halim dan Siti Mar’fuah yang selalu mendo’akan, membesarkan, mendidik, menasihati dan memberikan banyak sekali motivasi sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan studi S1 ini.


(8)

iv

Haura Nazhifa, Salwa Ristima , Rizky Jauhara, Adzkia, Al-Mahira dan Abdul Hamid) yang selalu memberikan banyak masukan, menyemangati dan motivasi sampai saat ini.

3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang berguna dalam menyusun skripsi ini.

6. Ibu Hj. Marhamah Saleh, MA, Lc. Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam serta Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang berguna dalam menyusun skripsi ini. 7. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, MA Selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

9. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta staffnya, yang telah memberikan pelayanan dalam menyediakan buku-buku yang diperlukan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10.Kakaku yang Special Deni Azhari Ramadani yang selalu memotivasiku agar selalu bisa jadi yang terbaik dari yang lebih baik sampai detik ini dan selalu ada setiap waktu.

11.Sahabat-sahabatku Yolla diatri marlian, Marsita Eka Yuliani, Nailah Alfiani, Faturahma Avicena, Ummu Hanifah, Anisya Ulfah, Desni


(9)

v membantu terlaksananya skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis satu persatu yang dengan tulus dan ikhlas memberikan bantuan dan mendo’akan penulis selama mengikuti pendidikan program Strata Satu (S1) Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga segala kebaikan, yang kalian berikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan pada kita semua sepanjang kehidupan kita. Aamiin.

Jakarta, 17 Juni 2015

Penulis


(10)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

LAMPIRAN - LAMPIRAN ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Penelitian ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Pengembangan Diri ... 9

1. Konsep Dasar Pengembangan Diri dalam Pendidikan Karakter ... 9

2. Hakekat Perkembangan ... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Diri Siswa ... 12

4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa ... 14

5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa ... 15

6. Pengembangan Diri di Sekolah ... 18

B. al-Akhlak al-Karimah ... 32

1. Pengertian Akhlak ... 32

2. Arti Pembentukan Akhlak ... 33

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ... 34


(11)

vii

3. Tujuan ... 38

4. Pedoman Rekrutmen Peserta Didik ... 39

D. Penelitian yang Relevan ... 40

E. Kerangka Berfikir ... 42

F. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian ... 45

C. Unit Analisis ... 46

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 46

E. Tehnik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

B. Deskripsi Data ... 61

C. Analisis Data ... 83

D. Interpretasi Data ... 86

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 87

BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Implikasi ... 90

C. Saran ... 91


(12)

viii

Table 3.1 Kisi-kisi angket pada variable X 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pada variable Y 49

Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Instrument Variable X dan Y 50

Tabel 3.4 Interpretasi nilai “r” Product Moment 51

Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Guru 57

Tabel 4.2 Denah Data Siswa 60

Tabel 4.3 Kategori Jawaban 61

Tabel 4.4 – 4.43 Hasil Angket Variabel X dan Y 62


(13)

ix

LAMPIRAN 1 Lembar Uji Referensi

LAMPIRAN 2 Surat Bimbingan Skripsi

LAMPIRAN 3 Surat Izin Penlitian Skripsi

LAMPIRAN 4 Angket Penelitian Skripsi

LAMPIRAN 5 Berita Wawancara Penelitian Skripsi

LAMPIRAN 6 Daftar Pendidik SMP Bakti Mulya 400

LAMPIRAN 7 Daftar Nama-nama Responden

LAMPIRAN 8 Nilai – nilai r Product Moment


(14)

x

berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Konsonan Tunggal

No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin

1 ا Tidak

dilambangka n

16 ط ţ

2 b 17 ظ ť

3 t 18 ع „

4 ś 19 غ ġ

5 ج j 20 ف f

6 ح h 21 q

7 kh 22 k

8 د d 23 l

9 ż 24 m

10 ر r 25 n

11 z 26 و w

12 س s 27 h

13 ش sy 28 ء `

14 ص ş 29 ي y


(15)

xi

ـ i

ـ u

3. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Huruf Latin

يـ ai

وــ au

4. Mâdd

Harakat dan Huruf Huruf Latin

اــ â

يــ Î

وــ ȗ

5. Tâ’ Marbuţah

Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/. Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.

Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu ditransliterasikan dengan /h/.

Contoh:

ناوي لا ي ح = hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât يئا بإا سر لا = al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul ibtidâ`iyyâh

6. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah (digandakan).


(16)

xii

7. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung. Contoh:

ة اَ لا= aş-şalâtu

b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

لا= al-falaqu

8. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif, contoh:

كأ= akaltu ي و أ= ȗtiya

b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh: و كأ = ta‟kulȗna ئي ش= syai`un

9. Huruf Kapital

Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata sandangnya. Contoh:

آ لا= al-Qur`ân


(17)

1

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai aspek kehidupan, Baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran agama adalah mengajarkan kepada umat manusia untuk berpendidikan dan memilik akhlak yang baik. Karena menurut ajaran agama Islam, pendidikan dan akhlak merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Pendidikan adalah perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses atau usaha mendidik, baik tinggah laku (akhlak) individual maupun sosial.

Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad Saw itu dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. mereka yang mematuhinya dijamin keselamatan hidup didunia dan akhirat.1Dalam persoalan akhlak ini Akhmad Sodiq mengatakan dalam Tahdżîb sebagai berikut:

Akhlak bukanlah sekedar fenomena luaran yang bersifat aksidental, sehingga tidak semua yang tampak seperti kebaikan adalah baik dalam makna hakiki. Ketika kebaikan itu tidak didasarkan kepada ketulusan hati, maka kebaikan itu adalah keburukan yang berselimut kebaikan. Akhlak adalah kebaikan hakiki, luar dalam, lahiriyah batiniyah. Persoalan akhlak bukanlah sekedar persoalan perilaku sederhana tetapi merupakan persoalan prilaku kompleks yang berkaitan langsung dengan keadaan ruhani. Membahas perbaikan akhlak haruslah diawali dengan perbaikan batin. Karena itu tepatlah jika Ibnu Maskawih (w. 1030) dalam Tahdżîb al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai “kondisi jiwa yang mendorong terwujudnya perilaku tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan” (Ibnu Maskawih, t.t: 37) Senada dengan Ibnu Maskawih, al-Ghazali (1058-1111) juga menjelaskan bahwa akhlak adalah gambaran dari keadaan didalam jiwa yang tertanam kokoh (terinternalisasi), di mana perilaku menyandar


(18)

padanya dengan gampang dan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi.2

Ini berarti, perubahan akhlak adalah perubahan kondisi batiniyah dan perubahan perilaku lahiriyah secara kausalitas, yang terjadi sedemikian rupa hingga ia tidak lagi dipikirkan dan dipertimbangkan oleh pelakunya. Perubahan akhlak adalah perubahan ruhani sekaligus membicarakan perubahan akhlak meniscayakan untuk terlebih dahulu mengerti tentang eksistensi dan hakekat ruhani, daya-daya ruhani, dan dinamika ruhani sebelum ia berbicara tentang kaitan keadaan ruhaniyah dengan perilaku lahiriyah. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu disaat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa yang bersangkutan.

Semua prilaku negatif masyarakat Indonesia baik yang terjadi dikalangan pelajar atau mahasiswa maupun kalangan lainnya, jelas menunjukan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan pendidikan karakter dilembaga pendidikan. Pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya diserahkan pada guru agama saja, karena pelaksanaan pendidikan karakter harus dipikul oleh semua pihak, termasuk semua guru disekolah, staff tata usaha, bahkan orang tua dirumah. Untuk mewujudkan hal itu semua, perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan

sentral dalam menanamkan, mentransformasikan, dan menumbuh

kembangkan karakter positif siswa, serta mengubah watak yang tidak baik menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh para ahli, bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti,

2Akhmad Sodiq, “Problematika Pengembangan Pembelajaran PAI”, Tahdżîb JurnalPendidikan Agama Islam, Vol. III, No. 1, 2009, h. 38


(19)

pikiran, dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuh kembangkan karakter siswa yang baik.

Menurut beberapa sumber buku, pendidikan karakter perlu dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang moral dan moral action (perbuatan moral). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebijakan.3

Karakter seseorang akan menjadi lembek jika tidak dilatih. Dengan latihan demi latihan, maka karakter akan menjadi kuat dan akan terwujud menjadi kebiasaan. Orang yang berkarakter tidak melaksanakan sesuatu karena takut akan hukuman, tetapi karena mencintai kebaikan, karena cinta itulah maka muncul keinginan untuk berbuat baik. Ketika membahas tentang masalah bergesernya nilai-nilai akhlak dikalangan siswa, maka secara cepat akan terlintas dibenak, berbagai potret kelam yang telah dilakukan oleh beberapa orang lain dari kalangan siswa atau pelajar. Harus kita akui bahwa kemerosotan akhlak terjadi tidak hanya disebabkan oleh kurangnya pendidikan dalam keluarga akan tetapi kurangnya pendidikan akhlak di sekolah.

Semakin bergesernya nilai-nilai akhlak akan semakin banyak pula hal-hal negatif yang akan muncul dan dampaknya bisa terjadi pada siapa saja termasuk peserta didik. kurikulum pendidikan yang mulai memperhatikan akan pentingnya akhlak menjadi tumpul jika dilihat kenyataanya dilapangan. Apalagi dalam dunia pendidikan sekarang ini, dengan adanya program percepatan belajar yang disebut akselerasi. Yang mana program akselerasi itu sendiri adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta

3Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabet, 2012), h. 38


(20)

didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan dan oleh psikologi telah diidentifikas memiliki kemampuan intelektual umum taraf cerdas, memiliki kreatifitas, dan ketertarikan terhadap tugas diatas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.4 Pengertian lain acceleration (percepatan) adalah suatu program atau aktivitas yang memungkinkan untuk menyelesaikan kurikulum lebih.5

Dengan adanya program akselerasi yang mana sistem pembelajaran siswa yang teramat singkat. Pasti terdapat banyak hal yang positif dan begitu juga tidak menutup kemungkinan terdapat sisi negatifnya. Dalam hal positif mereka yang mengikuti program ini diantaranya bisa menyelesaikan proses pendidikan lebih cepat dari biasanya, memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam berfikir logis serta kritis, meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran siswa, serta memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.

Melihat hal-hal positif yang didapatkan dari program akselerasi, seakan-akan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat hanya memiliki sifat-sifat positif, sebetulnya tidak demikian. Sebagaimana anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan dan perwujudan diri.apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi mereka akan menderita keragu-raguan dan kecemasan. Jika minat, tujuan dan cara laku mereka tidak memperoleh pengakuan, maka walaupun mereka memiliki potensi istimewa pasti mengalami kesulitan. Jadi secara tidak langsung siswa yang memiliki potensi kecerdasan istimewa tidak menutup kemungkinan terdapat perilaku yang bisa mereka lakukan termasuk dalam segi akhlak yang kurang baik. Hal lain bisa disebabkan karena proses pembelajaran siswa yang sangat cepat, bisa menjadikan kurangnya kontrol akhlak siswa pada program akselerasi tersebut.

4http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5

5Ekodjatmiko Soekarso, Penatalaksanaan Psikologi Program Akselerasi, (Departemen Pendidikan Nasional 2007), h. 17


(21)

SMP Bakti Mulya 400 yang letaknya di Jakarta Selatan, merupakan salah satu sekolah yang bernafaskan Islam. Sekolah Bakti Mulya 400 ini didirikan sejak tahun 1985 memilik sejarah perkembangan yang bagus dari sejak pertama pendiriannya. Baik dari kualitas dan kuantitasnya. Diantara salah satu tujuan pendidikannya adalah supaya siswa-siswinya berbudi pekerti luhur dalam arti tekun dalam beribadah dan berakhlak karimah, seperti shalat dengan tujuan agar akhlak siswa-siswinya menjadi lebih baik, sebagai inflikasi dari nilai-nilai akhlak positif yang terkadung dalam ibadah shalat berjama’ah.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Sekolah SMP Bakti Mulya 400 adalah mengadakan sebuah program pengembangan diri rutin seperti shalat, tadarus serta upacara, program pengembangn diri spontan yang dilakukan sesuai waktu yang ditentukan dan pengembangan diri keteladanan. adanya program ini untuk membantu dalam pembentukan akhlak siswa yang nantinya bisa dilihat sejuah mana karakter atau akhlak yang dimiliki seluruh siswa setelah berjalannya program tersebut.

Menurut pengamatan saya selama melaksanakan PPKT disana masih ada siswa-siswi tidak disiplin dalam menjalankan shalat berjama’ah, tadarus dan upacara yang diterapkan di sekolah, Menurunnya semangat siswa dalam pelaksanaan solat, tadarus dan upacara serta khususnya kasus yang saya temui di kalangan siswa akselerasi ada yang berprilaku diluar batas akhlak seorang siswa. Maka dari itu melalui program ini, saya sebagai penulis ingin mengetahui apakah program tersebut mampu mengembangkan akhlak karimah siswa di SMP Bakti Mulya 400. Namun penulis hanya meneliti dari salah satu dari program yang diterapkan di sekolah, dan untuk mengetahui perubahan akhlak siswa terutama pada program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.

Namun pada kenyataannya menurut penulis masih banyak siswa yang belum begitu memahami betapa besar manfaat dalam kedisiplinan terkait shalat, tadarus dan upacara, yang siswa lakukan hanya dengan untuk menggugurkan sebuah kewajiban dalam peraturan sekolah. Padahal semua itu


(22)

memiliki nilai-nilai akhalak yang sangat mempengaruhi perkembangan akhlak mereka sendiri. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya pembinaan akhlak yang diberikan guru di sekolah, maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti permasalahan di sekolah ini. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.”

B. Identifikasi Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. Terjadinya kemerosotan akhlak terhadap remaja pada masa kini karena pergaulan yang bebas serta lingkungan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

2. Masih ada siswa yang tidak disiplin dalam menjalankan shalat

berjama’ah, tadarus dan upacara yang diterapkan di sekolah.

3. Budaya disiplin shalat berjama’ah, tadarus dan upacara masih kurang dilaksanakan oleh semua pihak sekolah.

4. Apakah ada hubungan penerapan program pengembangan diri rutin di sekolah terhadap akhlak siswa?

5. Masih banyak siswa yang menganggap sepele program pengembangan diri yang diterapkan siswa di sekolah.

6. Masih banyak siswa yang bercanda saat pelaksanaan tadarus, sholat dan upacara.

7. Menurunnya semangat siswa dalam pelaksanaan solat, tadarus dan upacara.


(23)

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi di atas perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu meluas dan dapat terarah. Untuk penelitian ini dibatasi pada tinjaun hubungan secara empiris sebagai berikut:

1. Pengembangan diri di SMP Bakti Mulya 400 terdapat tiga program, salah pengembangan diri yang saya teliti dalam skripsi ini mengenai pengembangan diri rutin terkait pelaksanaan shalat berjama’ah, tadarus al-Qur`ân dan upacara bendera.

2. Al-Akhlâk al-Karîmah yang saya teliti di sini terkait dalam sikap tolong-menolong, kejujuran, menumbuhkan rasa persaudaraan atau mengikat tali silaturahmi, sikap menghargai atau menghormati orang lain, kedisiplinan, percaya diri dan sopan santun.

D. Perumusan Masalah

Untuk memberikan gambaran permasalahan yang terkandung dalam judul skripsi ini penulis merasa perlu mengemukakan perumusan masalah. Adapun masalah pokok dalam skripsi ini adalah berkenaan dengan:

1. Bagaimana hasil pengembangan diri rutin di SMP Bakti Mulya 400? 2. Bagaimana Al-Akhlâk al-Karîmah siswa SMP Bakti Mulya 400?

3. Apakah ada hubungan pengembangan diri rutin (shalat, tadarus dan upacara) terhadap Al-Akhlâk al-Karîmah program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui hasil pengembangan diri rutin siswa terkait solat, tadarus dan upacara pada program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400. 2. Untuk mengetahui bagaimana Al-Akhlâk al-Karîmah program akselerasi


(24)

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan terhadap penerapan program pengembangan diri rutin terhadap Al-Akhlâk al-Karîmah Program Akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah atau pun pengelola lembaga pendidikan, dalam mengupayakan dan menanggulangi keterpurukan akhlak siswa pada masa sekarang.

2. Untuk mendapatkan data-data yang akurat mengenai obyek yang akan diteliti, yakni berkenaan dengan program pengembangan diri rutin dengan akhlak siswa.

3. Bagi para Guru, untuk dijadikan bahan masukan dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan dalam menumbuhkan akhlak siswa disekolah.

4. Bagi peneliti khususnya dan semua mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, dapat menambah khazanah pengetahuan dan referensi untuk masa mendatang.


(25)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Diri

1. Konsep Dasar Pengembangan Diri dalam Pendidikan Karakter

Pada dasarnya pengembangan diri merupakan salah satu komponen KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus. Meskipun demikian, pengembangan diri bukanlah sebuah mata pelajaran yang harus diasuh oleh seorang guru, tetapi bisa difasilitasi oleh seorang konselor, atau tenaga kependidikan lain yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakulikuler.1 Dalam struktur kurikulum pendidikan umum, dijelaskan bahwa pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan mengenai pengembangan diri, sebagai berikut:

a. Kegiatan pengembangan diri dapat difasilitasi dan dibimbing oleh guru, konselor, atau tenaga kependidikan lain yang memiliki kemampuan dalam membantu pengembangan diri peserta didik.

b. Bagi sekolah yang sudah memiliki guru Bimbingan Konseling (BK), kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan oleh guru BK, tetapi jika belum ada guru BK, kegiatan dapat dilakukan oleh guru agama atau guru lain yang sesuai.

c. Kegiatan pengembangan diri juga dilakukan oleh kepala sekolah atau tenaga kependidikan lain yang kompeten.

d. Kegiatan dapat berbentuk bimbingan dan konseling atau bentuk kegiatan ekstrakulikuler.

1E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Kependidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. VII, h. 283


(26)

e. Kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik dapat dilakukan di kelas atau di luar kelas.2

Pengertian Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.3 Dengan demikian karakter dimaknai sebagai cara berpikir yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Karena karakter itu sendiri tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.

Salah satu penunjang terbentuknya karakter peserta didik adalah sekolah. Peran sekolah sangatlah penting dalam usaha pembentukan karakter. Salah satu model pembentukan karakter di sekolah, menurut Akhmad Fikri salah satunya adalah untuk mengupayakan keberhasilan dalam pendidikan karakter, ada beberapa proses pendidikan karakter yang diajarkan yaitu:

a. Knowing the good (ta’lîm), yaitu tahap memberikan pemahaman tentang nilai-nilai agama/akhlak melalui dimensi akal, rasio, dan logika dalam setaip bidang studi.

b. Loving the good (tarbiyah), yaitu tahap menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai kebaikan, melalui dimensi emosional, hati, atau jiwa.

c. Doing the good (taqwîm), yaitu tahap mempraktikan nilai-nilai kebaikan, melalui dimensi prilaku dan amaliah.4

Dari semua pernyataan diatas penulis akan mengarahkan

pengembangan diri dalam skripsi mengarah pada pengembangan karakter atau akhlak peserta didik. Dengan melalui sebuah kegiatan berupa shalat,

2Ibid., h. 284

3

Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), Cet. I, h.42

4

Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Pustaka Setia, 2013), Cet. I, h. 71


(27)

tadarus serta upacara yang ada disekolah dapat membantu mengembangkan karakter peserta didik agar memiliki akhlak karimah yang dapat diimplemntasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Hakekat Perkembangan

Istilah „perkembangan‟ (Development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup kompleks. secera sederhana Seifert dan Hoffung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term relationship and motor skills”. Sementara itu Chaplin (2002) mengartikan perkembangan sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang dipelajari.

Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjukan pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru. Didalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”.5

Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah

perihal berkembang, selanjutnya kata “berkembang” menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti mekar atau terbuka, menjadi besar, luas serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran dan pengetahuan. Dengan demikian kata ”berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.6

Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis menyimpulkan

perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia

5Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, h. 8-9

6Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. XVII, h. 41


(28)

menuju kearah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan itu sendiri menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktifitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi . perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari bertambah maju dari masa pembuahan sampai masa kematian.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Diri Siswa

Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terdapat eksistensi siswa tidak sama. Untuk lebih jelas berikut pemaparan aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor perkembangan siswa, sebagai berikut7:

a. Aliran Nativisme

Adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran ini disebut juga aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kecamata hitam, aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti itu disebut “pesimisme pedagogis”. Sebagai contoh jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya melahirkan harimau, jadi pembawan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anaknya.

b. Aliran Empirisme

Kebalikan dari aliran Nativisme adalah aliran empirisisme dengan tokoh utama Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The

7


(29)

School Of British Empiricism”, namun aliran ini lebih berpengaruh terhadap pemikir Amerika sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi

bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Reber, 1988). Doktrin aliran ini yang amat masyhur adalah “tabula rasa” sebuah isltilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong”. Doktrin ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisisme menganggap setiap anak yang lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong , tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang mendidiknya. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan yang memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga (bukan bakat bawaan) dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang siswa.

c. Aliran Konvergensi

Aliran ini merupakan aliran gabungan dari aliran empirisisme dan nativisme. aliran ini menggabungkan arti penting hederitas

(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang

berpengaruh perkembangan manusia. Tokoh utama bernama Louis William Stren (1871-1938) seorang filosof dan psikologi Jerman. Aliran filsafat yang dipelopopri disebut “personalisme” sebuah pemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-displin ilmu yang berkaitan dengan manusia. diantara disiplin ilmu yang menggunakan asas personalisme adalah “personologi” yang mengembangkan teori yang komprehensif (luas dan lengkap) mengenai


(30)

kepribadian manusia. Para penganut aliran ini, berkeyakinan bahwa baik faktor pembawaaan dan lingkungan andilnya sama besar dalam menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari keluarga santri atau kyai, umpamanya kelak ia akan menjadi ahli agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan.

Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan proses perkembangan di atas, penulis menyimpulkan

bahwa faktor yang mempengruhi tinggi-rendahnya mutu hasil

perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:

1) Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan siswa itu sendiri

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau adanya dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.

4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa

a. Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan anatar masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa . masa remaja sering dikenal masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

1) Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya

2) Dapat menerima dan belajar peran social sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat

3) Menerima keadaan fisik dam mampu menggunakannya secara

efektif

4) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainya

5) Memilih mempersiapkan karir dimasa depan sesuai dengan minat kemampuannya


(31)

6) Mengembangkan sifat positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak

7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang doperlukan warga Negara

8) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab

9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistema etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku

10)Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan

religiusitas.8

Berbagai karakterisktis masa remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, diantaranya:

1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan

reproduksi, bahaya menyimpang seksual dan penyalahgunaan narkotika

2) Memebriaka pelatihan untuk mengembangkan keterampilan

memecahkan masalah dan mengambil keputusan

3) Melatih siswa mengambangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit

4) Membantu siswa mengambangkan etos kerja yang tinggi dan sikap

wiraswasta

5) Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran

agama terbuka dan lebih toleran

6) Menjalin hubungan harmonis dengan siswa dan bersedia

mendengarkan segalan keluh kesah yang dihadapinya.9

5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa

Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan di sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan

8Ibid., h. 37-38 9Ibid.


(32)

pendidikan karakter di sekolah . tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang baik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan dam membentuk karakter anak melaui orangtua dan lingkungannya. Pendidikan karakter perlu dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya , jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang moral dan moral action (perbuatan moral). Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebijakan dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness) pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning) keberanian mengambil sikap ( decision making) dan pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. penguatan ini berkaitan dengan bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri ( self esteem), kepekaan terhadap derita oranglain (empathy), cinta kebenaran (lovingthe good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang


(33)

mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).10

Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Allah Swt Swt, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia Internasional. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” dan “acting the good”. Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham. Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan oleh tiga aspek yakni mengembangkan moral knowing, moral feeling dan moral action. Dengan kata lain makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan semakin membentuk karakter yang baik atau unggul. Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, dll. Yang program utamanya cenderung pada nilai-nilai secara

10 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabet, 2012), h. 38.


(34)

kognitif dan mendalam sampai kepenghayatan nilai secara afektif. Menurut Mochtar Buchori (2007), pengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke praksis ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan langkah untuk membimbing abak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif. Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantara menerjemahkan dengan kata-kata cipta, rasa dan karsa.11

6. Pengembangan Diri di Sekolah

a. Latar Belakang Program Pengembangan Diri

Latar belakang terbentuknya program pengembangan diri di SMP Bakti Mulya 400 karena melihat semakin majunya suatu zaman, makan semakin maraknya moral yang kurang baik berkembang karena tidak menutup kemungkinan teknologi juga semakin canggih dan pasti sangat mempengaruhi pergaulan anak bangsa. Maka dari itu untuk upaya mengoptimalkan moral anak bangsa SMP Bakti Mulya 400 menciptakan sebuah program yang disebut pengembangan diri.

Program pengembangan diri di sini adalah suatu program yang diciptakan sekolah, untuk membantu dalam pembentukan atau pembinaan akhlak siswa agar mampu memiliki akhlak yang baik, karena sekolah bukan hanya membentuk dari sisi kognitif saja, melainkan juga dari sisi psikomotorik.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya terjadi apabila perubahan tingkah laku dapat diamati,


(35)

bila kebiasaan berprilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau pengaruh peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Dari berbagai macam teori dalam kelompok behavioristik, program pengembangan diri ini mengacu kepada teori operant conditionging yang merupakan salah satu bagian dari teori behavioristik.12 operant conditionging adalah bagian dari teori behavior yang dikembangkan oleh Skinner, merupakan pengembangan dari stimulus respons. Menurut Skinner perubahan tingkah laku yang kemudian akan menjadi kebiasaan akan menimbulkan efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Dalam teori ini juga menjelaskan bahwa, program pembiasaa akan lebih berhasil apabila diberi penguatan atau stimulus respon.13

b. Macam-macam Pengembangan Diri

Macam-macam pengembanagn diri yang diterapkan SMP Bakti Mulya 400 yaitu: pengembangan diri rutin, pengembangan diri keteladanan dan pengembangan diri spontan. Yang penulis teliti hanya salah satu dari program tersebut yaitu pengembangan diri rutin. Dalam program ini terkait di dalamnya, pertama shalat berjama‟ah yang dilakukan setiap saat shalat zuhur dan dhuha, kedua tadarus al-Qur`ân yang dilakukan setiap pagi sebelum dimulainya pembelajaran dan ketiga upacara bendera yang dilakukan dua minggu sekali. Pengembangan diri rutin ini salah satu yang membantu dalam pembentukan akhlak siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik. Maka dari itu, akan penulis paparkan pengertian serta nilai-nilai akhlak yang didapatkan dalam pembinaan terkait shalat, tadarus dan upacara, sebagai berikut:

12Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, April 2010), Cet ke-III, h. 237


(36)

a) Shalat

1) Pengertian Shalat

Shalat merupakan ritual keagamaan umat Islam yang menduduib posisi paling puncak di banding ibadah-ibadah lainnya. Ia menempati peringkat kedua setelah umat Islam berikrar syahadat, menyatakan diri bahwa Allah Swt Swt merupakan pencipta paling patut disembah serta, Nabi Muhammad Saw terakhir yang diutus Allah Swt ke dunia ini. Setelah itu, barulah ibadah-ibadah lainnya bias dilakukan.14

Adapun pengertian shalat yang lain adalah ibadah badaniah yang telah diwajibkan Allah Swt atas setiap muslim, agar menunaikannya lima kali dalam sehari semalam, diwaktu-waktu yang telah ditentukan dengan berdiri menghadap kiblat, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.15 Namun secara lebih luas, shalat pun bisa menyimpan makna yang beragam. Misalnya saja saat Allah Swt menyebut kata shalat kepada Nabi Muhammad Saw. Jika merujuk pada makna kata dasar, berarti Allah Swt sedang berdoa kepada Nabi Muhammad Saw, namun yang dimaksud adalah pujian kepada Nabi.

                        

Sesungguhnya Allah Swt dan Malaikat-malaikat Nya bershalawat untuk Nabi , Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S al-Ahzab : 56).16

14Sari Narulita, Tuntunan Praktis Shalat, (Cibubur: PT Variapop Group, 2012), Cet. I, h. 14 15Ahmad Sudirman, Keajaiban Shalat Rawatib, (Jakarta Selatan: QultumMedia, 2009), Cet. I, h. 2

16Kementrian Agama RI, Al-Qur`ân Perkata Indonesia Inggris, (Ttp: Kalam Media Ilmu, 2012), h. 426


(37)

Tetapi shalat juga bisa disebut sebagai rahmat dan ampunan. Ketika Allah Swt mengatakan shalat dalam surah al-Baqarah ayat 157:                   

Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb Nya dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk.”17

Dengan demikian shalat sebelumnya merupakan sebutan bagi setiap doa, lalu dialihkan untuk sebutan shalat yang disyariatkan Karena antara keduanya (shalat dan doa) terdapat kesesuaian. antara satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Oleh karena itu, jika kata shalat disebutkan dalam syariat maka pasti yang dimaksud tidak lain adalah shalat yang disyariatkan.18

2) Hukum Shalat

Adapun hukum shalat berdasarkan ketetapanal-Qur`ân, sunnah dan Ijma para ulama adalah wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Bayyinah ayat 5:

                                 

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah Swt dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”19

17Ibid, h. 24

18Narulita, op, cit., h. 15


(38)

Akan tetapi mengingat cakupan shalat yang sangat luas, maka hukum shalat dapat dikategorisasikan sebgai berikut:

(a) Fardhu. Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. shalat fardhu terbagi dua, yaitu:

(1) Fardhu A’in. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti shalat lima waktu dan shalat jumat (fardhu a’in untuk pria) (2) Fardhu Kifâyah. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada

mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi, bila tidak ada orang yang mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Dalam hal ini seperti dalam melaksanakan akan shalat jenazah.

(b) Nâfilah. Shalat sunnah adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat Nâfilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:

(1) Nâfil Muakkad. yakni shalat sunnah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, shalat sunnah witir dan shalat sunnah thawaf.

(2) Nâfil Ghairu Muakkad. Yakni shalat sunnah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunnah rawâtib dan shalat sunnah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan) seperti shalat khusuf hanya dikerjakan setiap terjadi gerhana).20


(39)

3) Syarat-syarat Shalat

Pengertian syarat disini ialah ketentuan yang mengakibatkan tiada hasilnya sesuatu bila ia tidak ada, tetapi dengan adanya semata, belum berarti ada atau tidaknya hasil itu. Misalnya wudhu bagi shalat, tanpa adanya wudhu maka tidak ada shalat, tetapi dengan berwudhu semata belum tentu shalat akan hasil. Syarat-syarat shalat itu mendahului pelaksanaan shalat itu sendiri. Syarat ini wajib dipenuhi oleh orang yang hendak mengerjakan shalat. Dengan ketentuan, bila ketinggalan salah satu diantaranya shalatnya batal.

Syarat-syarat untuk melaksanakan shalat yaitu21: Islam,

Berakal, Mumayyiz, Menghadap kiblat, Mengetahui tentang

masuknya waktu shalat, Suci dari hadast kecil atau besar, Suci badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis yang kelihatan, terakhir Menutup aurat.

4) Rukun-rukun Shalat

Yang dimaksud rukun shalat atau fardhu shalat ialah bagian pokok yang harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan karena meninggalkannya syara‟ berikut ini adalah urutannya22: Niat, Takbîratul Ihram, Berdiri pada shalat fardhu, Membaca Al-fatihah , Rukuk, I’tidal, Sujud, Duduk diantara dua sujud, dan Memberi salam.

5) Kedudukan dan Keistimewaan Shalat

Shalat adalah simbol hubungan manusia dengan penciptanya. shalat haruslah dikerjakan sebagai kewajiban agama, baik sendirian maupun berjama‟ah. Shalat merupakan media mendekatkan diri kepada Allah Swt dan sarana memohon apa yang dibutuhkan oleh

21Ibid., h. 41


(40)

manusia dengan mensyukuri semua kasih sayang Allah Swt. Dalam Islam, shalat mempunyai kedudukan yang sangat agung. Diantara hal-hal yang menunjukan tingkat urgensi dan kedudukan nya yang agung sebagai berikut:

(a) Shalat merupakan tiang agama, dimana agama tidak dapat berdiri tegak tanpanya. Sabda Nabi Muhammad Saw, “ pokok segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah Jihad.” Jika tiang itu roboh, akan runtuh pula bangunan yang ada si atasnya.

(b) Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Rusak dan tidaknya amal perbuatannya itu tergantung pada rusak atau tidaknya shalat yang dikerjakan. Dari Anas bin

Malik dari Nabi Muhammad Saw dimana ia bersabda, “Amalan

yang pertama kali dihisab dari seseorang pada hari kiamat kelak adalah shalat. Jika shalatnya itu baik, akan baik pula seluruh amalnya dan jika rusak shalatnya itu, maka rusak pula seluruh amal perbuatannya.”

(c) Shalat merupakan amalan agama yang paling terakhir hilang . oleh karena itu, jika shalat hilang dari agama, maka tidak ada lagi yang tersisa dari agama. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Jâmi’u al-Shagîr, “yang pertama jail dihilangkan dari umat manusia adalah amanat dan yang tersisa paling akhir adalah shalat, berapa banyak orang yang mengerjakan shalat (namun) tidak ada kebaikan didalam dirinya sama sekali.23

6) Manfaat Shalat Berjama‟ah

Didalam ajaran Islam shlat itu sendiri dapat mencegah manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi orang lain, maupun bagi dirinya sendiri sebab, dengan mendirikan


(41)

shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, Q.S Al-Ankabut ayat 45:

                                            

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al-Qu`rân) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah Swt (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah Swt mengetahui apa yang kamu kerjakan.24

Adapun manfaat dari shalat berjama‟ah yang dapat dirasakan diantaranya:

a) Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara jama‟ah

Dengan berjam‟ah maka kita akan merasakan bahwa persaudaraan kita sesama muslim itu begitu luas, maka dari itu siswa harus diajarkan sejak dini untuk menumbuhkan rasa persaudaraan sesame muslim, agar bisa saling mengahargai satu sama lain. Contohnya: siswa menjadi terdorong untuk saling

mengenal satu sama lain, saling menasihati atau

bermusyawarah.

b) Mengikat tali silaturahmi

Siswa harus diajarkan arti penting dalam sebuah jalinan silaturahmi, karena dengan bersilaturahmi Allah Swt akan memanjangkan umur dan memperluar rezeki kita. Contohnya: siswa akan saling bertegur sapa tidak hanya dengan teman sekelas melainkan dekat pula dengan adik atau kaka kelas meraka.


(42)

c) Adanya rasa persatuan

Siswa harus diajarkan tetntang sebuah persatuan agar tidak adanya bullying di sekolah. Karena dengan adanya rasa persatuan sesame teman di sekolah mereka bisa saling menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. d) Tolong-menolong dan sifat kemasyarakatan

Dengan berjama‟ah diharapkan timbulnya rasa tolong menolong dan bersifat kemasyarakatan. Contyoh: siswa bisa belajar menolong temannya yang sedang dalam kesulitn baik dari sisi moril ataupun moral.

Maka dari itu Bila shalat berjama‟ah dilakukan dengan rutin, maka In`sya Allah hal-hal tersebut dapat dirasakan bagi diri sendiri khususnya dan umumnya bagi kehidupan bermasyarakat dengan berinteraksi dengan orang lain.

b) Tadarus

1) Pengertian Al-Qur`ân

Al-Qur`ân adalah sumber utama dan pertama bagi agama Islam. Meskipun tidak menyebut istilah akhlak selain bentuk tunggalnya khulûq ,tetapi al-Qur`ân berkali-kali menyebutkan istilah-istilah yang berkaitan dengan akhlak, seperti khair, birr, shâlih, ma’ruf, qiś, sayyi’ah, dan fasad. al-Qur`ân juga melaksanakan norma-norma yang bersifat perintah dan larangan, seperti keharusan berlaku adil dan larangan berbuat dzalim, keharusan berbakti kepada orang tua dan larangan menyakiti mereka, serta keharusan saling menolong dalam kebaikan dan larangan menolong kejelekan.

Al-Qur`ân juga menjelaskan tentang kewajiban yang termasuk bagian dari materi akhlak yang harus dipenuhi oleh manusia. Secara garis besar , al-Qur`ân mengajarkan akhlak manusia dengan khaliq, pencipta, yakni Allah Swt dan akhlak kepada


(43)

makhluk. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua yaitu akhlak kepada sesame manusia dan akhlak kepada lingkungan.

Ayat akhlak kepada Allah Swt yakni seperti menyembah Allah Swt, taubat, memohon pertolongan-Nya, ikhlas dan sabar. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada sesama seperti tidak boleh dengki, harus memaafkan, tidak boleh marah, sabar dan dermawan. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada lingkungan dapat dilihat dalam surat Ar-Rum ayat 41.25Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa al-Qur`ân merupakan sumber akhlak bagi manusia agar mereka dalam berprilaku sehari-hari tidak mengandalkan keinginannya sendiri secara liar dan membabi buta tanpa memperhatikan norma-norma dan aturan akhlak yang sudah digariskan agar tidak terjerumus kedalam kesengsaraan baik didunia maupun diakhirat.

2) Adab Membaca al-Qur`ân

Dianjurkan bagi orang yang membaca al-Qur`ân

memperhatikan hal-hal sebagai berikut26:

(a) Membaca al-Qur`ân sesudah berwudhu karena ia termasuk dzikir yang paling utama meskipun boleh membacanya bagi orang yang berhadast

(b) Membaca ditempat yang suci dan bersih untuk menjaga keagungan membac al-Qur`ân

(c) Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat

(d) Membaca ta’awwudz (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca

25M. Firman, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta Timur: PT Intimedia Cipta nusantara), h. 31-32

26Manna Khalil Al‟Qathan, Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa 1996), Cet. III, h. 269


(44)

(e) Membaca basmalah pada setiap awal permulaan surah, kecuali surah al-barâ’ah. Sebab basmalah termasuk salah satu ayat dalam al-Qur`ân menurut beberapa pendapat ulama (f) Membaca dengan tartîl yaitu dengan bacaan yang pelan dan

terang

(g) Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya. Yaitu dengan cara konsentrasi hati untuk memikirkan makana yang terkandung dalam ayat

(h) Meresapi makna dan maksud ayat al-Qur`ân yang

berhubungan dengan janji maupun ancaman

(i) Mengeraskan bacaan al-Qur`ân karena membacanya dengan suara zahir lebih utama.

Perintah membaca al-Qur`ân dan menghatamkannya itu berbeda-beda sesuai dengan keadaan individu karena masing-masing mempunyai kemampuan yang berbeda dan tingkat kepentingan umum yang berlainan pula. Nawawi dalam al-adzkar -nya berkata “yang benar ialah bahwa perintah membaca al-Qur`ân itu berbeda-beda karena perbedaan keadaan individu masing-masing. Barang siapa yang ketajaman pikirannya mampu mengungkapkan rahasia-rahasia dan berbagai pengetahuan yang terkandung di dalamnya hendaklah ia membatasi membacanya. Begitu pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu, memutuskan perkara atau menangani kepentingan agama cukuplah ia membaca dalam kadar yang tidak menyebabkan tugasnya terbangkalai atau kurang sempurna . namun jika tidak termasuk dalam golongan tersebut, hendaklah ia membaca al-Qur`ân sebanyak-banyaknya sepanjang tidak menimbulkan kebosanan atau kacau dalam pembacaannya.”27

27Ibid.


(45)

3) Kebenaran Al-Qur`ân

Al-Qur`ân turun pada bulan Ramadhan, pada malam yang disebut malam lailatul qadar. Bulan itu kemudian menjadi bulan yang istimewa , karena pada bulan jibril datang setiap malam untuk bertadarus al-Qur`ân bersama Nabi Muhammad saw. Tidak mengherankan bahwa bila bula itulah Nabi paling berbahagia dan wajah beliau berseri-seri. Yang pertama turun adalah ayat pertama surah al-‘alaq “Bacalah”. Al-‘Alaq itu sendiri berarti zigot yang menempel dirarim ibu. Disitu tidak dinyatakan objeknya harus dibaca. yang menurut banyak ahli tafsir, mengandung makna bahwa Allah Swt memerintahkan agar membaca apapun yang dapat dibaca. Yang terakhir turun adalah ayat kelima surah al-mâidah, isinya adalah pesan bahwa ajaran tuhan tentang manusia dan kemanusiaan telah sempurna diberikan lewat al-Qur`ân. sesuai

dengan makna al-mâidah yaitu “hidangan”, makna untuk

mencapai kesempurnaan manusia dan kemanusiaan tersebut, perlu ada sesuatu yang dihidangkan yaitu pendidikan dan pengajaran.

Kebenaran al-Qur`ân bisa pula dibuktikan dengan

kemukjizatannya dalam berbagai segi, menurut Manna Khalil al-Qathan dalama Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, mukjizat al-Qur`ân paling kurang meliputi segi bahasa, ilmiah dan ajaran. Dalam segi bahasa al-Qur`ân tidak dapat tertandingi oleh penyair manapun, padahal kala itu bahasa arab sedang mencapai puncak ketinggiannya. Pola kalimat yang dipaki tepat, sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Bila dilihat dari segi ilmiah, maka tidak ada satupun pesan-pesan al-Qur`ân yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan, bahkan ia selalu mendorong manusia agar menggunakan akal dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan memperhatikan


(46)

berbagai gejala yang ada dialam raya atau yang ada dalam diri manusia sendiri.28

c) Upacara

Upacara bendera di sekolah adalah kegiatan pengibaran atau penurunan bendera kebangsaan republik Indonesia sang merah putih, dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan, yang dihadiri oleh siswa, aparat sekolah serta diselenggarakan secara tertib dan khidmat di sekolah.

Kegiatan upacara bendera merupakan salah satu upaya pendidikan yang dapat mencangkup pencapaian berbagai tujuan pendidikan. sikap disiplin, kesegaran jasamani dan rohani, keterampilan gerak, keterampilan memimpin, dan pengembangan sifat bersedia dipimpin adalah merupakan hal-hal yang dapat diperoleh melalui kegiatan

upacara bendera. Melalui upacara bendera diharapkan dapat

mempertebal semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme, dan idealism serta meningkatkan peran serta siswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dilihat dari berbagai manfaat dilaksanakannya upacara bendera bagi pencapaian tujuan pendidikan, maka upavara bendera perlu diselelnggarakan dengan sebaik-baiknya di sekolah-sekolah, serta dibina secara terus-menerus agar terselenggara secara sempurna. Maksud dilaksanakannya upacara bendera di sekolah adalah untuk

mengusahakan pencapaian tujuan pendidikan nasional dan

memantapkan sekolah sebagai wiyatamandala. sedangkan tujuan yang diharapkan dari pelaksanaan upacara bendera disekoalah yaitu:

1) Membiasakan bersikap tertib dan disiplin

Dengan membiasakan bersikap tertib dan disiplin maka siswa datang ke sekolah tepat pada waktunya, tidak gundah saat

28Salman Harun, Mutiara Al’Quran, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999), Cet. II, h. 145-153


(47)

pelaksanaan upacara melainkan siswa mengikuti upacara dengan khidmat sampai selesai.

2) Membiasakan berpenampilan rapi

Dengan berpakaian rapi saat pelaksanaan upacara, sehingga dengan pembiasaan ini siswa bisa mampu menyesuaikan pakaian saat acara yang formal atau non formal.

3) Meningkatkan kemampuan memimpin

Agar siswa mampu percaya diri dalam berbicara di depan khalayak umum, karena dengan terbiasa mendengarkan tausiyah yang diberikan Pembina upacara disitu siswa akan mengerti cara berbicara yang baik dan percaya diri.

4) Membiasakan kesediaan dipimpin

Siswa belajar memimpin dan dipimpin saat sudah dewasa kelak, karena saat ini siswa dipimpin bagaimana cara hidup lebih disiplin melalui upacara tersebut.

5) Membina kekompakan dan kerjasama

Siswa diajarkan bagaimana cara bekerjasama yang baik saat latihan untuk penampilaan saat upacara bendera, maka dengan kebiasaan tersebut rasa kekompakan itu akan tumbuh dengan sendirinya karena mampu menghargai sesama.

6) Mempertebal rasa semangat kebangsaan

Dengan pelaksanaan upacara siswa bisa lebih mencintai bangsanya sendiri, dengan begitu semangat untuk memajukan bangsa akan lebih melekat pada diri masing-masing.

Diantara kegiatan pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan upacara bendera adalah

1) Melaksanakan upacara bendera pada hari senin atau hari-hari besar lainnya


(48)

3) Mengheningkan cipta dan mendoakan para pahlawan yang telah meninggal dunia

4) Mendengarkan riwayat singkat para pahlawan.

Nilai-nilai karakter yang dapat dibina melalui kegiatan-kegiatan diatas adalah nasionalis dan disiplin (kemenidikas, 2010).29

B. Al-Akhlâk al-Karîmah

1. Pengertian Akhlak

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:27) kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Menurut Abudin Nata (2002:2) secara etimologis kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqo, yukhliqu, ikhlâqa. Sesuai dengan bentuk śulaśi mazîd wajan af’ala, yuf’ilu, ‘ifalan yang berarti al-sajiyah (perangai ) al-tabiah (kelakuan, tabiat atau watak dasar), al-âdat (kebiasaan ) dan al-dîn (agama).

Menurut Quraish Shihab (22004:253) walaupun kata akhlak memiliki makna tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama, tetapi tidak ditemukan dalam ayat al-Qur`ân yang ditemukan dalam bentuk tunggal dari kata itu yaitu khulûq ( Q.S Al-Qalam :4) hanya saja kata akhlak banyak ditemukan dalam hadist seperti dalam salah satu hadist Nabi Saw yang sangat popular “Innamâ bu’iśtu liutammima makârîmal al-akhlâk” artinya “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang Mulia “ (HR. Malik).

Berdasarkan pada beberapa penjelasan dan definisi akhlak diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau terpatri dalam diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melaui pemikiran atau perenungan terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan refleks dan spontan tanpa dipikrakan terlebih dahulu . jika sifat yang tertanam itu


(49)

darinya muncul perbuatan-perbuatan terpuji menurut rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik (al-akhlak al-mahmûdah) sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak buruk (al-akhlak al-madzmûmah).

2. Arti Pembentukan Akhlak

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, kerena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akahlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam.

Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat kedua ini pada umumnya dari Ulama-ulama Islam yang cenderung pada akhlak. Ibnu Maskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dll. Pada kenyataan dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagi macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan itu ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama. Sebaliknya keadaan anak-anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan dan arahan dan pendidikan ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina.

Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama saat dimana semkain banyak tantangan dan godaan. Sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada didunia ini karena dengan mudah segala pristiwa yang baik atau yang buruk bias didapat melalui televisi, internet, film, buku-buku yang menyuguhkan adegan maksiat. Demikian


(1)

NO NAMA LENGKAP TEMPAT/ TANGGAL LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT NO TELP/ HP/ EMAIL STATUS

PEGAWAI MENGAJAR

14 DRS. AEF SAEFUDIN Pandeglang, 4 Pebruari 1966 S1.Tarbiyah.IAIN Syarif Hidayatulloh Jkt,1993

Jl. Adhiyaksa II/1 Lebak Bulus Jakarta Selatan 021.7510642/ 085697780198/ aef-saefudin67@yahoo.com

Tetap AGAMA ISLAM 15 IR. H. BONDI ROBIARSO Jakarta, 13 April 1969 IPB, Bogor 1993 Jl. H. Sapri Rt.002/09 No.105 Pd. Aren Tangerang 08159913695 Tetap BIOLOGI 16 DYAH RATNAWIATI,S.Pd. Bandung, 5 Nopember 1970 S1.Bahasa & Sastra Indonesia. IKIP Jakarta

1996

Jl. Kalimantan No.139 Depok Utara 16421 021.7778024/ 08128284717/ dyah-ratnawiati@yahoo.com

Tetap BAHASA INDONESIA 17 SOVIA ANDRIANI, SE. Jakarta, 5 Desember 1970 S1.Akuntansi.Univ. 17 Agustus. Sby 1993 Jl. Pertamina Raya No. 69 Blok M/14 Pondok Ranji

Ciputat

021.7408956/ 08318915040/ soviaandriani@yahoo.com

Tetap EKONOMI/ PLKJ

18 SRI SUBEKTI, S.Pd. Kulon Progo, 20 Juli 1972 S1.Kimia. IKIP Negeri Yogyakarta, 1998 Jl. Saenan Rt.04/09 Bedahan Sawangan Depok 08128287609/

srisubekti72@gmail.com

Tetap KIMIA

19 PRAYOGO, S.Pd. Ngawi, 19 Mei 1974 S1.Pend. Elektronika UNJ Jakarta 2000 Jl. Jaya Wijaya Raya Rt.01/07 Sektor Gardenia Grand Depok City

021.77840851/ 08174815498/ pray_man74@yahoo.com

Tetap ELEKTRONIK A/

KOMPUTER 20 NOVITRI RIYANI, S.Pd. Jakarta, 26 Oktober 1974 S1,Bhs.Indonesia.IKIP Negeri Malang, 1998 Jl. Kuningan No.29 Rt.03/01 Kuningan Gintung Ciputat 021.7433722/ 08159467694/

novitri.riyanitumanggor@gmail.com

Tetap BAHASA INDONESIA

21 EPIH SARIPAH, S.Pd. Garut, 25 Februari 1975 S.1.FPBS Inggris.IKIP Muhamadiyah, 1997 Jl. Raya Parung Ps.Rebo 01 Rt.002/01 Sawangan Depok 081310946741/ epih.syarifah@yahoo.com

Tetap BAHASA INGGRIS

22 USMAN JAMHURI, S.Ag. Jakarta, 2 Maret 1975 S1 Tarbiah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl H Saikin RT 11 RW 08 No 36 Pondok Pinang Kebayoran Lama Jaksel

081310537295/ 93047375/ usmanjamhuri75@yahoo.com

Tetap PEND. AGAMA ISLAM 23 YENIS HERDIANI, S.Si. Tulungagung, 14 Juli 1977 S1. Fisika Institut 10 Nop. Sby 2001 Jl Talas 3 Gg Labu 1 No 102 Pondok Cabe Ilir

Tangerang Selatan

081318080088/

yenisherdiani@yahoo.com

Tetap FISIKA

24 ASIH BUDIANTI, S.Pd. Lampung, 22 Desember 1977 S1 Geografi Universitas Negeri Jakarta Jl Pintu Air 3 RT 28 RW 08 No 22 R Gandul Depok 08129539536/

Budiantiasih@yahoo.com

Tetap GEOGRAFI

25 NOVINI NILAKUSUMAH,SS. Jakarta, 24 Februari 1977 S1.Sastra Cina.Univ. Indonesia 2001 Griya Rajawali Sawah Baru Blok B2/7 Ciputat 021.74636026/ 081315066023/ liu.wanyi95@yahoo.com

Tetap BAHASA MANDARIN 26 LELI SUGIARTI, S.Pd. Kuningan, 2 Desember 1978 S1. Matematika UIN Jakarta, 2002 Vila Inti Persada Blok B No 11 Pamulang Timur

Tangerang

021.32280701/ 08179810942/ lelisugiarti@yahoo.com

Tetap MATEMATIK A

27 DEWI WULANSARI, S.Pd. Jakarta, 6 Oktober 1980 S1 Bahasa Inggris UHAMKA Jakarta 2003 Jl Bintaro Permai III No 27 RT 04/ 09 Bintaro Pesanggrahan Jakarta

0817879608/ 02190508879/ wulanwibisono@gmail.com

Tetap BAHASA INGGRIS 28 DRA.MUMUN MAEMUNAH Bogor, 06 Mei 1968 S1 IAIN 1993 Jl Wahab Telaga Jambu 12 A Sawangan Depok 085880208543 Tidak

Tetap

AGAMA ISLAM


(2)

NO NAMA LENGKAP TEMPAT/ TANGGAL LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT NO TELP/ HP/ EMAIL STATUS

PEGAWAI MENGAJAR

29 RACHFI YULIARTI Jakarta, 15 Juli 1983 D3 Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta

Jl. Almubarok I No 70 RT 10/ RW 06 Cipulir Kebayoran Lama Jaksel 02172791471/ 081510126160/ rachfi@triplegate.net.id Tidak Tetap KOMPUTER

30 SUNTORO, SE Jakarta, 22 Mei 1979 S1 Ekonomi Manajemen Universitas Borobudur Jakarta 2002

Jl Waracas I No. 53 Rt 9/1 Tanjung Priuk Jakarta Utara 14340

021 4372565/ '081219768184/ apyhst@yahoo.com

Tidak Tetap

KOMPUTER

31 SANTI WIDIASTUTI, S.Pd. Jakarta, 1 April 1972 Seni Musik dan Tari FPBS IKIP Jakarta Perumahan Al Falaah III Blok L/15 Pamulang 082111556429

Widi472@gmail.com

Tetap Seni Rupa

32 EDY HERMAWAN, M.Sc. Surabaya, 19 Juni 1976

S1 Metalurgi FMIPA UI 2002 S2 Sain & Teknologi Tampere University Technology Findland 2008

Komplek Timah Blok BB No. 35 Cimanggis Depok 087884328344/

edyhermawan1976@gmail.com

Tidak Tetap

IPA

33 DEWI YANTI, S.Pd. Manado, 26 Desember 1986 Jur Bhs Indonesia FTK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010

Jl. Suka Karya RT 07/02 No. 8 Buaran Sarua Ciputat Tangsel 15412

021 94944476/ '085283839233/ caca_nonahermawan@yahoo.com

Tidak Tetap

BAHASA INDONESIA 34 DOBY PUTRA

PARLINDUNGAN, S.Pd.

Purwodadi-Grobogan, 15 November 1988

Pend Pelatihan FPOK UNES Semarang 2012

Cluster Puri Permata I BD 09"6" No 22 Kel Larangan Selatan Kec Larangan TangSel

085865163217/

doby_ganteng@yahoo.co.id

Tidak Tetap

OLAHRAGA

35 EKO JULIANTO, S.Pd. Karanganyar, 15 Juli 1989 Pend Pelatihan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012

Jl Lembur Kampung Makasar RT 16/06 No. 68 Kelurahan Makasar Kecamatan Makasar Jakarta Timur

085325647086/083866089152 eko.julianto77@yahoo.com/eko_pe nkepor@yahoo.com Tidak Tetap OLAHRAGA

36 KHOIRUDIN, S.Sos.I Bekasi, 10 Mei 1981 S1 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah 2005

Jl Warung Bensin RT 12 RW 5 Ulujami Pesanggrahan Jakarta Selatan 081212741181/02194359020/ khoirudin_63@yahoo.com Tidak Tetap Pkn

37 CISILIA DEWI PANGALILA, SH.

Jakarta, 21 September 1971 S1 Hukum Perdata Universitas Indonesia 1996

Jl Adyaksa Raya No 4 Jakarta Selatan 081381045991/ cdpangalila@gmail.com

Tidak Tetap

Pkn

38 GALIH PRATAMA SUKMAWARDANA

Jakarta, 25 Mei 1987 S1 Pend Seni Drama, Tari, Musik UNES 2010

Jl Meranti B7/3 Komp Graha Permai Ciputat 081290289162 Tidak Tetap

Seni Musik

39 ROBERT JOHN ROWSE Redruth UK, 28 September 1961

S-2 John Mores Engineering 1992 Jl. Haji Jian No 47 RT 12 Rw 03 Cipete Utara Kebayoran Baru Jakarta Selatan

081317362613/ sinar_kapal@yahoo.co.uk Tidak Tetap Bahasa Inggris/TIK


(3)

Nama-nama siswa/I Kelas 7

Wali Kelas : NOVITRI RIYANI, S.PD

NO NIS

NISN

NAMA

L/P

KETERANGAN

1

3378 0022791512 AHMAD RAAFI

L

2

3379 0012041790 ALFREDO TEJA

L

3

3380 0022578011 ANDJANI MOERTIJANTO PUTRI

P

4

3381 0028511902 DIDA AYALA MUSHONNIF

L

5

3382 0020557436 ELZI SIRKAN MUHAMMAD

L

6

3383 0025953043 FAISYA ARGANITA PUTRI

P

7

3360 0025958213 FAIZ RIZAFADLY HANDOYO

L

8

3384 0020655011 FAZA QINTHARA WIRONEGORO

L

9

3386 0011563609 JANET ZAVANNYA PATTY

P

10

3387 0015156147 LAILA MARWAH BAGADER

P

11

3388 0030237571 REYVIDO YOGA DWIMARSHA

L

12

3389 0020791623 RYAN HERNAWAN SETIOMULYO

L

13

3330 0022578030 SHABRINA ANNISA WAHDAH

P

14

3390 0023018493 TAKYA AMABEL MUSA

P


(4)

Nama-nama siswa/I Kelas 9

Wali Kelas : PRAYOGO, S.PD

NO NIS

NISN

NAMA

L/P

KETERANGAN

1

3202 0016517576 AHMAD FAUZAN

L

1

2

3264 0012758321 AISYAH AULIA ZAHRADINI

P

1

3

3241 0016336623 ALIEF PUTRA PRATAMA

L

1

4

3289 0011580534 AVIV YUSUF SURATINOYO

L

1

5

3290 0016336621 DERRELL RIZQULLAH HASAN

L

1

6

3272 0015212850 GERDA YARDAN TIANDRA

L

2

7

3295 0010476047 JOEKLY WAHIDAN MUHARRAM

L

8

3296 0016336654 KHADEJA NAILA ANABEL AKHMAD

P

1

9

3298 0001762938 MIRZA MANGGALA PUTRA ALDAFI

L

1

10

3299 0016336682

MUHAMMAD ARKHA SENNA

WINATA

L

2

11

3300 0016096355

MUHAMMAD RIZKY NOVAL

PRABOWO

L

3

12

3303 0013713360 RAIDHAN RYANTAMA ILYAS

L

1

13

3305 0016336684 SENO MUHAMMAD GUDIARTO

L

1


(5)

Nilai -nilai r

Product Moment

N

Taraf Signifikan

N

Taraf Signifikan

5%

1%

5%

1%

1

0,997

0,999

25

0,381

0,487

2

0,950

0,990

26

0,374

0,478

3

0,878

0,959

27

0,367

0,470

4

0,811

0,917

28

0,361

0,463

5

0,754

0,874

29

0,355

0,456

6

0,707

0,834

30

0,349

0,449

7

0,666

0,789

31

0,355

0,456

8

0,632

0,765

32

0,349

0,449

9

0,602

0,735

33

0,344

0,442

10

0,576

0,708

34

0,339

0,436

11

0,553

0,684

35

0,334

0,430

12

0,532

0,661

36

0,329

0,424

13

0,514

0,641

37

0,334

0,418

14

0,497

0,623

38

0,320

0,413

15

0,482

0,606

39

0,316

0,408

16

0,468

0,590

40

0,312

0,403

17

0,456

0,575

41

0,308

0,396

18

0,444

0,561

42

0,304

0,393

19

0,433

0,549

43

0,301

0,389

20

0,423

0,537

44

0,297

0,384

21

0,413

0,526

45

0,294

0,380

22

0,404

0,515

46

0,291

0,276

23

0,396

0,505

47

0,288

0,372

24

0,388

0,496

48

0,284

0,368

Sumber: Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. PROSUDER PENELITIAN Suatu Pendekatan

Praktik, Jakarta: Rineka Cipta


(6)

BIODATA PENULIS

Nama Nuni Nur’aeni, NIM 1111011000065,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis lahir di Bogor, 11 September 1992.

Bertempat tinggal di Jalan raya kaften yusuf No

241/13

Rt01

Rw01

Ciapus-Bogor.

Penulis

merupakan anak terakhir dari 7 bersaudara. Orang

tua Abdul Halim dan Siti Marfu’ah.

Riwayat pendidikan; SDN Sirnagali 02, MTs Pondok pesantren Darrul-Rahman

Jakarta, MA Pondok pesantren Darrul-Rahman Jakarta, Perguruan Tinggi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengalaman Organisasai HMI (Himpunan Mahasiswa

Islam).

“Bismillahirrohmanirrohim, Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua

orangtua tercinta beserta keluarga”