Kerangka Hukum Musrenbang KabupatenKota Partisipasi Masyarakat di Musrenbang KabupatenKota

59 dalam merumuskan perencanaan pembangunan secara kolaboratif dengan melibatkan 3 pilar pemerintahan, yaitu pemerintah daerah eksekutif dan legislative, kalangan masyarakat, dan kalangan swasta. Dengan demikian musrenbang menjadi arena strategis untuk para pihak dalam merumuskan perencanaan pebangunan daerah.

2.2.1. Kerangka Hukum Musrenbang KabupatenKota

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan kerangka dasar otonomi daerah yang salah satunya mengamanatkan dilaksanakannya perencanaan pembangunan dari bawah secara partisipatif. Payung hukum untuk pelaksanan Musrenbang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang system Perencanan Pembangunan Nasional, dan secara teknis pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa “Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun dalam rangka membahas Rancangan RKPD tahun berikutnya”. Selanjutnya pada Pasal 18 ayat 4 disebutkan bahwa, “Musrenbang RKPD kabupatenkota dilaksanakan untuk keterpaduan Rancangan Renja antar- SKPD dan antar- Rencana Pembangunan Kecamatan”. Kedua ayat dalam pasal 18 ini memberikan 60 dasar hokum bagi pelaksanaan Musrenbang RKPD kabupatenkota sebagai ruang untuk membahas rancangan RKPD untuk tahun yang akan datang. Untuk mendukung pelaksanaan peraturan perundang-undangan tersebut, maka pembangunan yang dilaksanakan dengan meggunakan paradigm pembedayaan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian pembangunan pada tataran pemerintrah di desakelurahan, kecamatan, dan pemerintah kabupaten.

2.2.2 Partisipasi Masyarakat di Musrenbang KabupatenKota

Salah satu kunci dalam proses Musrenbang adalah adanya musyawarah dalam merumuskan kebijakan dan program daerah. Konsep musyawarah menunjukkan bahwa forum Musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis, bukan seminar dan sosialisasi informasi. Proses musrenbang jangan sampai disusun sebagai suatu acara seremonial yang separuh atau sebagian besar dari waktunya diisi dengan samburan dan pidato-pidato. Inti dari musrenbang adalah partisipasi aktif warga. Dalam setiap level musrenbang, pelibatan masyarakat merupakan cerminan dari praktik partisipasi warga dan sekaligus arena akuntabilitas pemerintahan. Forum Musrenbang kabupatenkota merupakan langkah penghujung dalam proses perencanaan, yaitu pemeriksaan bersama dokumen Rancangan Awal RKPD kabupatenkota yang merupakan hasil kompilasi Rancangan Renja SKPD 61 yang merupakan kombinasi hasil dari proses partisipatif spasial dan sektoral musrenbang desakelurahan, kecamatan, sampai forum SKPD dan proses teknokrati

2.2.3. Tujuan dan Luaran Musrenbang KabupatenKota