Permasalahan Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir

72 sekaligus memahami apa yang ada di wilayahnya, disamping itu dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, pemerintah telah memberikan kepercayaan kepada masyarakatnya, sehingga mereka dapat merasa ikut bertanggung jawab dan merasa memiliki program-program pembangunan yang jelas akan sangat menguntungkan bagi pelaksanaannya.

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Kabupaten Samosir

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Kabupaten Samosir adalah : 43 a. Pemerintahan : 1. Penyelenggaraan pemerintahan yang belum optimal dalam mewujudkan good governance; 2. Regulasi hukum yang masih terbatas; 3. Masih kurangnya ketersediaan sumber daya aparatur dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat. b. Ekonomi : 1. Distribusi PDRB kabupaten masih didominasi sektor primer pertanian; 2. Pertumbuhan ekonomi yang masih minim menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah; 43 RKPD Kabupaten Samosir Tahun 2015 73 3. Belum berkembangnya industri kerajinan dalam pemanfaatan potensi lokal berdampak pada lambatnya peningkatan kesejahteraan masyarakat; 4. Masih terbatasnya akses pemasaran hasil produksi; 5. Tingkat kesuburan tanah rendah akibat tingginya run-off dan pemakaian pupuk kimia; 6. Kelompok Usaha Bersama KUB belum berkembang sehingga Industri Kecil dan Rumah Tangga IKRT belum majumapan; 7. Minimnya investor yang masuk ke daerah mengakibatkan lambatnya percepatan perekonomian daerah, sebagai dampak dari belum selesainya penataan dan pemanfaatan lahan yang jelas untuk dikerjasamakan dengan para investor. c. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama : 1. Tingkat pengangguran terbuka yang besar berpengaruh pada kenaikan angka kriminalitas; 2. Kualitas pendidikan akan berpengaruh terhadap daya saing SDM daerah dalam membangun daerah; 3. Kesetaraan gender, perlindungan anak dan penegakan HAM yang masih rendah menandakan bahwa pemerintah daerah masih kurang adil dalam perlindungan warganya; 4. Pemberdayaan masyarakat yang rendah mengakibatkan lambatnya peningkatan produktifitas dan kesejahteraan masyarakat. 74 d. Sarana dan Prasarana : 1. Peralatan kesehatan pada RSUD, puskesmas, pustu, poskesdes belum memadai; 2. Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi, sarana air bersih, listrik dll masih terbatas; 3. Kemauan dan motivasi masyarakat untuk maju masih rendah, sehingga pelaksana paradigma pembangunan yakni masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan masih sulit dilaksanakan karakter; 4. Fasilitas sarana dan prasarana pada destinasi wisata masih terbatas jalan, restoran, warung, kios buah, kios souvenir, paket budayakesenian belum terbenahi dengan baik; 5. Belum adanya pasar dan terminal yang memadai di ibukota – Pangururan; 6. Belum tertatanya Kota Pangururan dalam upaya meraih piala adipura baru tingkat sertifikat seperti untuk hutan kota, pelabuhan, terminal, kebersihan dan pengolahan limbah, drainase dan penataan bangunanpemukiman; 7. Penataan lingkungan dan sanitasi dan pelayanan sarana air bersih masih minim. 75

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Sejak UU No. 221999, dilaksanakan selanjutnya direvisi dengan diterbitkannya UU No. 322004, pelaksanaan otonomi daerah mengalami kemajuan yang signifikan. Ini ditandai dengan dilaksanakannya prinsip demokrasi yang mendorong keterlibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sesuai dengan prinsip demokrasi lokal dalam pelaksanaan otonomi daerah, maka partisipasi masyarakat adalah syarat yang tidak dapat ditawar lagi. Artinya, partisipasi masyarakat akan menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah ini. Keadaan ini sudah menjadi condition sine qua non bagi otonomi daerah yang dilaksanakan. Menurut Sabarno 2007:41, “partisipasi masyarakat dalam rangka kemandirian daerah merupakan aspek penting mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Hal itu tentu saja harus dimulai dari kewenangan yang telah dimiliki masyarakat itu sendiri, yaitu kewenangan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Saat ini, salah satu fungsi pemerintahan daerah yang disorot oleh banyak pihak adalah fungsi pembangunan. Ini karena fungsi pembangunan ini terkait langsung dengan upaya pemerintah mendorong wujudnya partisipasi masyarakat lokal. Seperti diketahui pembangunan adalah sebuah perubahan yang direncanakan dari satu keadaan ke keadaan yang lebih baik. Dalam konteks ini, pembangunan yang dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup 76 manusia. Oleh karena itu, agar tujuan pembangunan itu terwujud, maka manusia bukan saja menjadi objek pembangunan, tetapi manusia juga menjadi subjek pembangunan society centered approach. Jika manusia menjadi subjek pembangunan, maka logikanya pembangunan yang dilaksanakan haruslah berdasarkan aspirasi masyarakat. Pembangunan yang melibatkan dan berdasarkan aspirasi masyarakat inilah yang disebut sebagai pembangunan partisipatif. Untuk itu pemerintah merancang adanya mekanisme pembangunan yang dapat melibatkan seluruh masyarakat. Berdasarkan Fasal 1 21, UU No. 252004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka dikenal adanya Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang. Kabupaten Samosir yang merupakan daerah otonom, telah melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang. Perlu dikaji dan dievaluasi bagaimana proses pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan Musrenbang Kabupaten Samosir Tahun 2014.

3.1. Proses Perencanaan Pembangunan di Kabupaten Samosir tahun 2014.

Mekanisme perencanaan pembangunan tahunan diuraikan sebagai kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan masing-masing tahapan proses perencanaan dari bawah. Pelaksanaan mekanisme perencanaan dari bawah diatur oleh Peraturan Bupati No. 18 Tahun 2014 tentang tata cara penyusunan penetapan dan pelaporan rencana kerja pemerintah Daerah Kabupaten Samosir yang menggariskan pedoman pelaksanaan perencanaan berikut ini: 77 1. Tahapan penyusunan dan penetapan rencana kerja pembangunan daerah dilaksanakan melalui urutan kegiatan sebagai berikut: • penyiapan rancangan awal rencana pembangunan daerah; • penyiapan rancangan rencana pembangunan daerah; • musyawarah perencanaan pembangunan daerah ; • penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan daerah. 2. Tahapan penyusunan dan penetapan rencana kerja pemerintah daerah dilaksanakan melalui urutan kegiatan sebagai berikut : • penyusunan dan Penetapan Kebijakan Umum APBD • penyusunan dan Penetapan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara • penyusunan dan Penetapan RKA SKPD oleh SKPD • pelaksanaan dan Penetapan Hasil Audisi dan Costing RKA oleh TAPD • penyusunan dan Penetapan Rancangan APBD oleh TAPD • penetapan APBD yang merupakan RKPD • pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan RKPD • laporan Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP SKPD • laporan Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP • laporan Keterangan Pertanggungjawaban LKPJ • laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah LPPD • informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah IPPD 78 3. Penyusunan rencana kerja pembangunan daerah dan rencana kerja pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan jadwal yang terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan nasional dan perencanaan pembangunan tahunan Provinsi Jawa Barat. 4. Perencanaan daerah didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Data dan informasi Kabupaten meliputi : a. penyelenggaraan pemerintahan daerah; b. organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah; c. kepala daerah, DPRD, perangkat daerah, dan PNS daerah; d. keuangan daerah; e. potensi sumber daya daerah; f. produk hukum daerah; g. kependudukan; h. informasi dasar kewilayahan; dan i. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah. 2 Data dan informasi Kecamatan dan Desa Kelurahan meliputi : a. penyelenggaraan pemerintahan kecamatan dan desa kelurahan; b. organisasi dan tata laksana pemerintahan kecamatan dan desa; c. profil wilayah kecamatan dan profil desa kelurahan; d. keuangan desa ; 79 e. informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan dan desakelurahan dan pemberdayaan masyarakat. 3 Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah, untuk tercapainya daya guna dan hasil guna, pemanfaatan data dan informasi dikelola dalam sistem informasi daerah yang terintegrasi secara nasional, dalam bentuk Profil Daerah dan Data Dasar Perencanaan Pembangunan Daerah . 5. Kelembagaan: 1 Penyelenggara dan penanggung jawab Musrenbang : a. Kepala Desa Lurah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan di desa kelurahan melalui Musrenbang Desa Kelurahan, yang penyelenggaraannya dibantu oleh lembaga kemasyarakatan desa seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Kelurahan LPMD K atau sebutan lain. b. Camat menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan di kecamatan melalui Musrenbang Kecamatan, yang penyelenggaraannya dibantu oleh unsur SKPD tingkat kecamatan. c. Bupati menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan di Kabupaten melalui Musrenbang Kabupaten, yang penyelenggaraannya dibantu oleh kepala BAPPEDA. 2 Penyusunan dan penganggaraan APBD : a. Penyusunan KU, PPA, dan Rancangan APBD oleh TAPD. b. Penyusunan RKA SKPD oleh Kepala SKPD. 80 c. Pelaksanaan Audisi RKA SKPD diselenggarakan oleh BAPPEDA. d. Pelaksanaan Costing RKA SKPD diselengarakan oleh BPKAD. 3 Pelaporan penyelenggaraan pemerintahan daerah : a. Penyusunan dan pelaporan LAKIP SKPD oleh kepala SKPD. b. Penyusunan dan pelaporan LAKIP Daerah oleh BAPPEDA. c. Penyusunan dan pelaporan LKPJ oleh BAPPEDA dibantu Tim yang dibentuk dengan Keputusan Bupati. d. Penyusunan dan pelaporan LPPD oleh Asisten Bidang Pemerintahan Sekretariat Daerah dibantu Tim yang dibentuk dengan Keputusan Bupati.

e. Penyusunan dan pelaporan IPPD oleh BAPPEDA dibantu Tim yang dibentuk

dengan Keputusan Bupati. 6. Kepala Desa Lurah berdasarkan hasil musyawarah perencanaan pembangunan desakelurahan wajib menetapkan daftar prioritas program kegiatan pembangunan sesuai rencana kerja pembangunan desa kelurahan RKP Desa Kelurahan dan mengacu pada Rencana Strategis Kecamatan dan kemampuan ketersediaan sumber anggaran, dengan ketentuan sebagai berikut : a. penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari APB Desa, bantuan pemerintah daerah, dan bantuan pemerintah; b. penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan di desa yang didanai dari alokasi APBD melalui SKPD selanjutnya disebut anggaran SKPD; c.penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD melalui Alokasi Dana Desa ADD dengan 81 ketentuan 30 digunakan untuk biaya operasional pemerintah desa dan BPD, dan 70 digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa kelurahan; d. penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa yang didanai dari APBN. 7. Camat berdasarkan hasil musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan wajib menetapkan daftar prioritas program kegiatan pembangunan kecamatan yang bersifat lintas desa dan atau lintas kecamatan. 8. Daftar prioritas program kegiatan ditetapkan plafon anggaran paling sedikit 20 dari Belanja Langsung APBD dengan mengacu pada program RPJMD, RKPD, Renstra dan Renja SKPD, serta Renstra dan Renja Kecamatan. 9. Daftar program kegiatan pembangunan kecamatan merupakan prioritas bahan penyusunan program kegiatan SKPD. 10. Bupati berdasarkan hasil musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten wajib menetapkan rancangan akhir Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang memuat daftar prioritas program kegiatan pembangunan kabupaten sesuai perkiraan plafon anggaran dari berbagai sumber pembiayaan dengan mengacu pada program tahunan dalam RPJMD dan kewenangan urusan SKPD. 11. Daftar prioritas program kegiatan yang ditetapkan dalam Rancangan Akhir RKPD, setelah ditetapkan melalui Keputusan Bupati, menjadi dasar penyusunan Kebijakan Umum, Prioritas dan Plafon Anggaran, serta Rancangan APBD. 82

3.1.1. Pelaksanaan Musrenbang desa Kabupaten Samosir Tahun 2014

Musrenbang merupakan forum bagi masyarakat untuk berpatisipasi dalam perumusan perencanaan pembangunan yang dimulai dari tingkat DesaKelurahan, Kecamatan, KabupatenKota. Pemerintah Kabupaten Samosir dalam hal ini telah mengupayakan pelaksaanaan Musrenbang secara berjenjang yang dimulai dari tingkatan paling bawah sampai kepada tingkatan atas. Hal ini dibuktikan dengan surat Bupati Samosir pertanggal 20 januari 2014, nomor 010 91 BPDI2014, Perihal Penyelenggaraan Musrenbang DesaKelurahan, dengan perantara melalui Sekretariat Daerah Kabupaten Samosir, yang diperkuat juga melalui wawancara dengan Kasubag Perencanaan dan Pembangunan BAPPEDA Kabupaten Samosir berikut ini: Pelaksaanaan Musrenbang Kabupaten Samosir tahun 2014 kita melaksanakan mulai dari tigkatan DesaKelurahan sesuai dengan mekanisme yang berlaku yaitu berlandaskan Surat Edaran Mendagri Nomor 050200IIBangda2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah RKPD yang menyebutkan bahwa Musrenbang DesaKelurahan harus sudah selesai dilaksanakan pada akhir bulan januari dan Musrenbang Kecamatan pada minggu ke III paada bulan februari dan kita benar-benar melaksanakannya. 44 Kita megundang masyarakat setiap desa dari setiap dusun yang ada dalam desa bersangkutan dan kita ajak untuk duduk bersama dan antusias warga memang sangat tinggi dan pada umumnya kita menjumpai perdebatan yang Pelaksanaan Musrenbang pada tingkat DesaKelurahan antusias dari warga sangatlah tinggi dan terlibat langsung dalam pemberian gagasan dan usulan yang diharapkan mejadi agenda pembangunan desa warga yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kasubag Perencanaan dan Pembangunan BAPPEDA Kabupaten samosir: 44 Wawancara dengan Kasubag Bappeda Kabupaten Samosir 83 alot juga antar warga maupun antara warga dengan pemerintah mengenai permasalahan atau issu-issu pembangunan yang akan dicanangkan. 45 Melihat fenomena yang terjadi pemerintah berpandangan bahwa setiap SKPD yang ada di Kabupaten Samosirlah yang paling tepat dalam merumuskan Secara umum hambatan atau kendala dalam proses penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan pembangunan adalah kurangnya pemahaman masyarakat peserta Musrenbang mengenai Perencanaan Pembangunan dan proses Musrenbang juga belum dipahami sebagian besar peserta karena tidak ada pemberitahuan secara rinci mengenai bagaimana proses Musrenbang, apa yang akan dibahas dalam Musrenbang, untuk kepentingan apa serta proses perencanaan pembangunan belum diawali dengan kegiatan pendahuluan untuk mendapatkan data yang valid mengenai potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, juga minimnya kegiatan non-fisik yang diusulkan dalam musrenbang, sehingga proses pemberdayaan masyarakat menjadi terhambat serta lambatnya tindak lanjut nyata dari hasil musrenbang. Akan tetapi, menurut kasubag Perencanaan dan Pembangunan Bappeda Kabupaten Samosir tidak sepenuhnya hambatan ini ditemukan dalam pelaksanaan Musrenbang Desa. Berikut ini adalah pernyataan kasubag perencanaan dan pembangunan Bappeda Kabupaten Samosir: Pemahaman tentang apa itu Musrenbang dan apa tujuannya masyarakat sudah tahu, akan tetapi yang menjadi permasalahan dari kacamata stakeholders adalah bahwa masyarakat kita dalam penyampaian usulan cenderung tidak logis dan bersifat egois bukanlah untuk kepentingan secara bersama-sama. Misalnya mengusulkan pembukaan jalan baru yang ternyata hanyalah untuk kepentingan pribadi atau perseorangan karna dari segi manfaatnya tidak ada dampak kepada orang banyak, hanya karna jalan yang diusulkan berada di tanah dan tempat berladang orang yang mengusulkan. 45 Wawancara dengan Kasubag Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Samosir 84 apa yang menjadi rencana dan program pembangunan untuk masyarakat Kabupaten Samosir dengan alasan karena stakeholders dalam hal ini pemerintah Kabupaten Samosir dengan jajarannya memang betul-betul ahli dan memahami setiap bidang-bidang yang akan dikerjakan. Lundak sagala, anggota DPRD kabupaten Samosir berpandangan musrenbang di Kabupaten sudah mengalami kemajuan berikut pernyataan dari beliau: Musrenbang yang terlaksana sudah mulai bagus dan sesuai harapan kita sebagai wakil rakyat samosir. Masyarakat sudah terlibat walaupun tidak sepenuhnya bisa telibat dan kita sebagai pengenbang kepentingan rakyat samosir kita memperhatikan apa yang menjadi kepentingan masyarakat kita dan kita perjuangkan untuk dijadikan skala prioritas kegiatan tahun 2015. Memang sangat banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Musrenbang yang tidak bisa terlepas disetiap pelaksanaan Musrenbang, yaitu kondisi geografis Samosir yang merupakan perbukitan dan sehingga berakibat pada tata letak setiap perumahan warga yang menyebar dan mengelompok. Mengingat juga bahwa Samosir yang merupakan Daerah adat yang penentuan tata letak perumahan atau huta setiap warga didasarkan pada tanah nenek moyangnya dan marga. Hal ini juga berakibat pada menyebarnya perumahan warga dalam komposisi sangat kecil, dan terisolir antara perkampunagan yang satu dengan yang lainnya, misalnya saja dalam satu area perkampungan hanya terdapat 4 rumah saja yang merupakan satu garis keturunan dari marga-marga yang ada di daerah tersebut. Fenomena ini berdampak pada setiap pelaksanaan Musrenbang karena tentunya setiap warga akan mengusulkan sektor-sektor fisik, misalnya dalam 85 pengajuan pembukaan jalan, akses PLN dan air minum. Tentu hal ini sangat sulit melihat tidak tersentralnya pemukiman warga. Dan pemerintah juga harus benar- benar menyadari permasalahan ini sehingga tidak secara penuh menilai masyarakat bersifat egois dan tidak logis. Pemerintah Kabupaten Samosir harus mampu mengatasi setiap permasalahan ini dan memformulasikan sebuah kebijakan yang menjawab permasalahan ini. Sehingga hal ini tidak lagi menjadi sebuah perdebatan dalam setiap pelaksanaan Musrenbang. Berdasarkan mekanisme yang berlaku, setiap dusun dari desa yang ada di Kabupaten Samosir melakukan agenda pembahasan kegiatan yang diusulkan untuk ditetapkan menjadi daftar prioritas kegiatan yang akan disampaikan kepada kecamatan. Dalam pelaksanaannya, pihak desa memfasilitasi setiap dusun dengan cara mengundang setiap masyarakat perdusun secara bersamaan dan disanalah disampaikan hal-hal apa saja yang menjadi daftar prioritas setiap dusun. Akan tetapi tidak sepenuhnya setiap dusun melaksankan agenda pembahasan kegiatan yang akan diusulkan menjadi daftar prioritas kegiatan yang akan disampaikan kepada ke kecamatan, sehingga daftar tersebut hanya oleh pihak desa tanpa melibatkan peserta yang hadir dalam Musrenbang. Dari 128 desa di kabupaten Samosir, setiap usulan yang diajukan oleh masyarakat hanya 2 duadari setiap Desa dijadikan sebagai prioritas pembangunan dengan alasan setiap usulan yang diajukan warga pada umunya 86 tidak memiliki analisa yang mendasar dan kuat dari setiap usulan yang disampaikan.

3.1.2 Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Kabupaten Samosir Tahun 2014

Musrenbang Kecamatan di seluruh Kabupaten Samosir adalah forum musyawarah Tahunan stakeholder kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desakelurahan serta menyepakati kegiatan lintas desakelurahan disetiap kecamatan yang bersangkutan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkiat Daerah Renja SKPD pada tahun berikutnya. Kemudian Musrenbang Kecamatan berdasarkan Surat Edaran Bupati Samosir Nomor : 005 239 BPDII2014 Tanggal 5 Februari 2014. Mekanisme Pelaksanaan musrenbang tahunan Kecamatan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan, dengan kegiatan sebagai berikut: • Camat menetapkan tim penyelenggara Musrenbang Kecamatan. • Tim penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:  Mengkompilasi prioritas kegiatan pembangunan yang menjadi tanggung jawab SKPD dari masing-masing desakelurahan berdasarkan masing-masing fungsi SKPD.  Menyusun jadwalagenda Musrenbang Kecamatan. 87  Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda dan tempat penyelenggaraan perencanaan pembangunan musrenbang Kecamatan minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta bisa menyiapkan diri dan segera melakukan pendaftaran atau diundang.  Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang Kecamatan, baik wakil dari DesaKelurahan maupun dari kelompok-kelompok masyarakat.  Menyiapkan peralatan dan bahan materi serta notulen untuk Musrenbang Kecamatan. 2. Tahap Pelaksanaan, dengan agenda sebagai berikut: • Pendaftaran peserta Musrenbang Kecamatan. • Pemaparan Camat mengenai prioritas masalah Kecamatan, diwakilkan kepada sekretaris camat, karena Camat berhalangan hadir. • Pemaparan mengenai rancangan rencana kerja SKPD di tingkat Kecamatan yang bersangkutan beserta strategi , plafon dana oleh kepala- kepala cabang SKPD. • Pemaparan masalah dan prioritas dari masing-masing desakelurahan menurut fungsi SKPD oleh tim penyelenggara musrenbang Kecamatan. 88 RENCANA JADWAL PELAKSANAAN MUSRENBANG KECAMATAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NO KECAMATAN HARITANGGAL WAKTU NARASUMBER 1 PALIPI Senin10 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD 2 SIMANINDO Selasa11 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD 3 ONAN RUNGGU Rabu12 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD 4 RONGGUR NIHUTA Kamis13 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD 5 NAINGGOLAN Jumat14 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD 6 HARIAN Senin17 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD 7 SIANJUR MULA-MULA Selasa18 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD 8 SITIO-TIO Rabu19 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD 9 PANGURURAN Kamis20 Pebruari 2014 09.00 - selesai DPRD, Bappeda, dan seluruh SKPD Sumber: Bappeda Kabupaten Samosir. 89 Tahapan proses perencanaan pembangunan di atas belum di laksanakan seutuhnya dalam proses perencanaan pembangunan disetiap Kecamatan di Kabupaten Samosir.Tahapan yang belum dilaksanakan antara lain tahap pelaksanaan: 1 Verifikasi oleh tim delegasi desakelurahan untuk memastikan semua prioritas kegiatan yang diusulkan desakelurahan menurut masing-masing SKPD; 2 Pembagian peserta musrenbang ke dalam kelompok pembahasan berdasarkan jumlah fungsi SKPD atau gabungan yang tercantum; 3 Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan kecamatan yang dianggap perlu oleh peserta musrenbang Kecamatan namun belum diusulkan oleh DesaKelurahan kegiatan lintas desakelurahan yang belum diusulkan desakelurahan; 4 Kesepakatan kriteria untuk menentukan prioritas kegiatan pembangunan kecamatan untuk masing- masing fungsi SKPD atau gabungan SKPD; 5 Kesepakatan prioritas kegiatan pembangunan Kecamatan berdasarkan masing-masing fungsi SKPD; 6 Pemaparan prioritas pembangunan kecamatan dari tiap-tiap kelompok SKPD atau gabungan SKPD diharapkan seluruh peserta musrenbang Kecamatan. Menurut salah seorang peserta musrenbang di Kecamatan, yaitu Kepala desa Hutanamora mengemukakan bahwa keterlibatan unsur masyarakat dalam musrenbang kecamatan masih rendah, hal ini salah satunya disebabkan oleh kurangnya informasi penyelenggaraan musrenbang kepada masyarakat dan memang unsur masyarakat tersebut tidak diundang secara tersendiri oleh Kecamatan. Hal senada juga disampaikan oleh Kades Sabungan Nihuta, Kades Paraduan. Para Kades mengatakan bahwa komposisi peserta Musrenbang Kecamatan pada umumnya adalah sebagai berikut: a perwakilan dari desa terdiri dari kepala desa, LPMD, PKK, dan BPD; b SKPD yang ada di lingkungan Kecamatan yang bersangkutan, ditambah nara sumber yang terdiri dari unsure Bappeda, Sekretariat Daerah Kabupaten 90 Samosir, dan Anggota DPRD Kabupaten Samosir, dan sangat minim sekali keterlibatan masyarakat pada tingkatan Musrenbang Kecamatan. 46 1. Penjelasan informan, Kabid Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Samosir: SDM aparatur yang ditugaskan sebagai perencana perlu ditambah dan kualitasnya perlu ditingkatkan khususnya para kepala-kepala bidang harus betul-betul mempunyai kemampuan sebagai planner. Sampai saat ini kuantitas dan kualitasnya masih pas-pasan, guna peningkatan kualitas aparatur baik yang ada di Kabupaten maupun yang ada di kecamatan secara bertahap diprogramkan pendidikan baik formal maupun non formal termasuk pelatihan-pelatihan, diklat, penjenjangan, penataran- penataran sesuai kemampuan dana yang ada. Dari hasil pencatatan dokumen dan wawancara dengan informan, beberapa hal dapat dicatat antara lain sebagai berikut: Pernyataan di atas senada dengan yang disampaikan oleh beberapa peserta Musrenbang diantarnya adalah perangkat desa, tokoh masyarakat, dan perwakilan SKPD yang ada di lingkungan Kecamatan Cibadak. Dan diakui sendiri oleh Camat Cibadak bahwa pada prinsipnya kemampuan apatur perencanaan baik ditingkat desa maupun kecamatan masih sangat terbatas sehingga perencanaan yang dihasilkan belum optimal sesuai dengan kaidah-kaidah perencanaan. Dari gambaran di atas dapat diinterprestasikan bahwa guna mewujudkan perencanaan yang baik dibutuhkan kuantitas dan kualitas aparatur 46 Wawancara dengan Kades Hutanamora, Kades Sabungannihuta, Kades Paraduan 91 perencana yang memadai dan sampai saat ini disetiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir relatif belum terpenuhi sehingga perlu diupayakan ketersediaannya. 2. Pandangan lainnya tentang mekanisme perencanaan dari bawah disampaikan oleh Kabid Sosbud Bappeda Kabupaten Samosir bahwa proses perencanaan yang dilaksanakan sekarang sudah sesuai dengan harapan, namun mekanismenya perlu disempurnakan: “Mengingat ketersediaan dana pembangunan yang relatif terbatas dan kebutuhan pembiayaan usulan masyarakat yang jauh melebihi ketersediaan dana yang ada, maka sebaiknya ada kriteria yang jelas tentang skala prioritas pembangunan dan diinformasikan kepada masyarakat. Bila dilihat dari tahapan proses perencanaan pembangunan yang telah diselenggarakan di tingkat desa dan Kecamatan, diperoleh gambaran sebagai berikut: 1. Beberapa tahapan proses perencanaan pembangunan di masing-masing desa memang sudah dilaksanakan akan tetapi belum sepenuhnya maksimal. 2. Di tingkat Musrenbang Kecamatan beberapa tahapan proses perencanaan pembangunan belum dilaksanakan, terutama pada tahapan dimana masyarakat belum dilibatkan secara maksimal dalam memutuskan prioritas kegiatan yang akan diajukan ke tingkat Kabupaten. 3. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan ke Kecamatan terpenuhi, meskipun untuk masing-masing desa, pada umumnya tidak secara maksimal 92 setiap dusun melaksanakan agenda penetapan prioritas pembangunan, akan tetapi prioritas kegiatan di dusun tertentu dilakukuan oleh perangkat desa saja.

3.1.3 Pelaksanaan Musrenbang Kabupaten Samosir Tahun 2014

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Musrenbang daerah Kabupaten Samosir tahun 2014 diikuti Sekda, Ketua dan Anggota DPRD, BUMNBUMD, unsur Muspida, Pimpinan SKPD Provsu, dan seluruh SKPD Kabupaten, Camat, Kepala Desa, tokoh masyarakat, tokoh Agama, LSM dan Pers, Selasa 18 maret 2014 di Aula AE Manihuruk Jalan Simanindo Pangururan. Acara diawali paparan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda Samosir Marudut Tua Sitinjak yang mengatakan Musrenbang kabupaten dan forum SKPD berfungsi untuk menjembatani kepentingan antara pemerintah pusat bersama pemerintah daerah dengan kepentingan masyarakat top-down dan bottom-upplanning. Marudut menjelaskan, Musrenbang tersebut akan dibahas bersama melalui rapat pleno diskusi kelompok dengan tema percepatan pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia untuk mendukung tahun kunjungan wisata 2015. Bupati Samosir Mangindar Simbolon mengatakan, acara Musrenbang kali ini kurang persiapan dan kurang bagus secara formal.“Tolong diperhatikan ya Pak Sekda karenam musrenbang ini bukan sekedar formalitas, ujarnya. Gubernur Sumatera Utara melalui Kabid Perekonomian Bappeda Sumut Hasmirizal mengatakan, tujuan Musrenbang adalah untuk memacu suatu daerah 93 agar memiliki daya saing dengan daerah lain dibidang pembangunan dan kesejahteraan masyarakat miskin. beliau mengharapkan agar anggaran yang digunakan efisien dan tepat sasaran demi meningkatkan kesejahteraan rakyatdan pembangunan. Mekanisme pelaksanaan Musrenbang Kabupaten Samosir yang dilaksanakan pada bulan maret sesuai dengan surat edaran Bupati Samosir Nomor 005 BPDIII2014 dengan tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tahapan persiapan, dengan kegiatan sebagai berikut: • Kepala Bappeda KabupatenKota menetapkan Timpenyelenggara Musrenbang Penyusunan RKP KabupatenKota. • Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut:  Mengkampolasi prioritas kegiatan pembangunan dari SKPD dan Musrenbang Kecamatan;  Menyusun jadwal dan agenda Musrenbang;  Mengumumkan secara terbuka jadwal, agenda, dan tempat Musrenbang Kabupaten selambat-lambatnya 7 hari sebelum pelaksanaan.  Mengundang:  Calon peserta: delegasi dari Musrenbang Kecamatan, delegasi dari forum SKPD, dan kelompok-kelompok masyarakat yang bekerja dalam bidang yang terkait dengan fungsi SKPD. 94  Narasumber: SKPD kabupatenkota, DPRD, LSM yang bekerja di Kabupaten, Perwakilan Bappeda, Tim Penyusunan RKPD, Tim anggaran EksekutifLegislatif. 2. Tahap pelasanaan, dengan agenda sebagai berikut: • Pendaftaran peserta Musrenbang Kabupaten. • Pembukaan:  Ketua DPRD Kabupaten Samosir  Bupati sekaligus membuka secara resmi  Ketua Bappeda Provinsi. • Pemaparan Kepala SKPD tentang prioritas kegiatan pembangunan menurut rancangan Renja-SKPD Kabupaten, termasuk informasi tentang pagu indikatif yang berasal dari APBN Kabupaten. • Pemaparan tim penyelenggara, mengenai prioritas kegiatan pembangunan yang dihasilkan Musrenbang Kecamatan. • Pemaparan KetuaKepala Bappeda tentang perkiraan kemampuan pendanaan terutama yang berasal dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan Sumber lainnya. • Membahas kriteria untuk menentukan prioritas kegiatan pembangunan tahun berikutnya yang berasal dari Musrenbang Kecamatan maupun daru Ranja-SKPD KabupatenKota. • Membagi peserta ke dalam beberapa kelompok fungsiSKPD. 95 Menetapkan prioritas kegiatan sesuai dengan besaran plafon anggaran APBD kabupaten serta yang akan diusulkan untuk dibiayai dari sumber APBD Provinsi, APBN maupun sumber dana lainnya. 3. Penyampaian Hasil Musrenbang KabupatenKota. Setelah hasil Musrenbang KabupatenKota disepakati oleh peserta, maka pemerintah KabupatenKota menyampaikan hasilnya kepada: • DPRD Kabupaten; • Masing-Masing SKPD KabupatenKota; • Tim Penyusunan Program Tahunan Daerah dan RAPBD • Kecamatan • Delegasi dari Musrenbang Kecamtan dan Forum SKPD; 4. Paskah-Musrenbang Kabupaten. • Pada tahap perencanaan, kegiatan Paska-Musrenbang KabupatenKota terdiri atas sejumlah kegiatan yaitu:  Penyusunan RKP KabupatenKota.  Penyusunan kebijakan Umum, Strategis, dan plafon APBD.  Penyusunan RKA-SKPD. 5. Pembahasan dan Penetapan APBD, dimana Bappeda membantu DPRD untuk menyelenggarakan konsultasi publik tentang RAPBD sesuai ketentuan yang berlaku. 6. Pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program dengan penjelasan sebagai berikut; 96 • Bappeda memberikan informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan programkegiatan, baik yang bersumber dari APBD maupun dari sumber non-APBD berikut besaran plafonnya. Informasi ini memuat programkegiatan berdasarkan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan berdasarkan lokasi Kecamtan dan Desa. • Bappeda mengendalikan pelaksanaan kegiatan agar tetap sesuai dengan rencana; • Bappeda menanggapi keluhan mengenai pelaksanaan kegiatan dan melakukan evaluasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kegiatan pembangunan yang sedang dan telah dijalankan. • Bappeda memberikan umpan balikmasukan pada perencanaan selanjutnya. Dari data atau pengamatan peneliti mengenai proses pelaksanaan musrenbang Kabupaten Samosir tahun 2014 belumlah sepenuhnya berbasis kerakyatan karena belum benar-benar memenuhi prinsip transparansi karena dalam proses pengambilan keputusan belumlah sepenuhnya melibatkan seluruh komponen masyarakat secara langsung ataupun secara tidak langsung. Ketika secara langsung masyarakat seharusnya setiap komponen masyarakat mempunyai kesempatan untuk menyampaikan masalah-masalah dan mengusulkan ide-ide sejak dimulai dari tingkat desa. Akan tetapi kecenderungan dalam pelaksanaan musrenbang kabupaten samosir adalah memang ada pelibatan masyarakat tetapi tidaklah semua masyarakat dilibatkan hanya saja orang-orang tertentu saja dan 97 setiap usulan yang disampaikan masyarakat lebih cenderung diabaikan dengan anggapan bahwa SKPD yang bersangkutanlah yang lebih memahami persoalan yang ada di tengah-tengah masyarakat dan masyarakat selalu dinilai bersifat egois dan tidak rasional dalam penyampaian usulan maupun gagasan. Pelibatan secara tidak lansung ketika dipilihnya tim perumus Musrenbang desakelurahan dan Kecamatan untuk menentukan usulan daftar skala prioritas kegiatan2015. Tim yang dipilih belumlah secara terbuka oleh forum dan masyarakat tidak mengetahui orang-orang yang terpilih. Pernyataan ini diperkuat oleh warga desa hutanamora; Kami tidak tahu betul siapa-siapa saja orang yang terpilih untuk menentukan usulan daftar skala prioritas kegiatan tahun 2015, kami takut bahwa orang-orang yang terpilih tidak bisa bersikap adil dalam merumuskan sector- sektor prioritas untuk tahun 2015. Ketakutan ini misalnya hanya memperjuangkan program yang menjadi kepentingan pribadi atau kelompok sehingga apa yang kita harapkan tidak terlaksana. Prinsip selanjutnya yaitu responsife, dalam proses pelaksanaan Musrenbang Kabupaten Samosir seharusnya seluruh program pembangunan yang dihasilkan lebih disebabkan adanya upaya merespon apa yang menjadi isu dimasyarakat, bukan karena rancangan dari pihak-pihak tertentu saja. Tetapi yang terjadi adalah belumlah dilaksanakan prinsip ini secara utuh memang ada pelibatan sebagian masyarakat tetapi tidak punya kekuatan dan kesempatan dalam memberikan keputusan. Masyarakat hanya terhenti sampai pada penyampaian issu-issu yang ada di masyarakat itu sendiri. Seharusnya issu-issu yang ada dalam masyarakat sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah untuk segera mengatasinya karena menyangkut banyak orang. Pernyataan ini sesuai dengan 98 hasil wawancara peneliti dengan staff BAPPEDA pada bagian fisik yang tidak mau disebutkan namanya berpandangan bahwa kecenderungan yang terjadi dalam proses pelaksanaan Musrenbang selama ini adalah lebih kepada banyaknya titipa- titipan program skala prioritas anggota DPRD dari dapil yang bersangkutan dan kita tidak tahu pasti kebenaran dari program yang disampaikan apa memang betul menjadi kebutuhan masyarakat atau untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

3.2 Landasan Hukum Musrenbang Kabupaten Samosir

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tentu harus memiliki landasan hukum dalam tata cara pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai wujud pealayanan pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat khususnya dalam aspek-aspek pembangunan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kabupaten Samosir. Berikut ini landasan hukum dalam pelaksanaan musrenbang Kabupaten Samosir Tahun 2014. 1. Landasan ide : Pancasila 2. Landasan Konstitusional : UUD 1945 3. Landasan Operasional : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di 99 Provinsi Sumatera Utara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4346; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355; 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400; 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 100 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438; 8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang 101 Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4540; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577; 102 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintah Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737; 20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741; 103 21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817; 22. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2010-2014; 23. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 20 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat dan Staf Ahli Kabupaten Samosir Lembaran Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2007 Nomor 130 seri D Nomor 13; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 21 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Samosir Lembaran Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2007 Nomor 131 seri D Nomor 14; 26. Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 22 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Samosir 104 Lembaran Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2007 Nomor 132 seri D Nomor 15; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 23 Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Samosir Lembaran Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2007 Nomor 132 seri D Nomor 15; 28. Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 4 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penangggulangan Bencana Daerah Kabupaten Samosir; 29. Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 1 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Samosir Tahun Anggaran 2014 Lembaran Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2014 Nomor 1 Seri A Nomor 36; 30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. 105 32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Pengendalian Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013; 33. Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 21 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015; 34. Peraturan Bupati Samosir Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Samosir Tahun Anggaran 2014 Berita Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2014 Nomor 2 Seri F Nomor 297. Sesuai dengan amanah Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2004 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan serta Peraturan Bupati Kabupaten Samosir tentang pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan, Pemerintah Kabupaten Samosir Telah Melaksanakan MUSRENBANG dan menghasilkan berbagai usulan dari setiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir dan dari hasil MUSRENBANG Kabupaten Samosir Tahun 2014 menetapkan prioritas dan sasaran pembangunan daerah. Prioritas dan sasaran pembangunan kabupaten Samosir pada tahun 2015 berdasarkan hasil dari MUSRENBANG tahun 2014 adalah: 106

3.3 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

Prioritas Pembangunan Daerah yaitu tema atau agenda pembangunan pemerintah daerah tahunan yang menjadi benang merah menuju sasaran 5 lima tahunan dalam RPJMD melalui rencana program pembangunan daerah tahunan. Suatu prioritas pembangunan merupakan jawaban atas sasaran pembangunan daerah dalam suatu pernyataan yang mengandung komponen program prioritas atau gabungan program prioritas. Dalam menentukan prioritas pembangunan, terlebih dahulu dilakukan identifikasi permasalahan pembangunan daerah yang bersifat internal maupun eksternal. Setelah diketahui faktor penyebab atau pemicu secara internal maupun eksternal kemudian dapat disusun prioritas dan sasaran pembangunan beserta program prioritas. Dengan demikian, suatu program pembangunan daerah merupakan program atau sekumpulan program unggulan kepala daerah yang berhubungan dengan janji politik kepala daerah pada saat pilkada dan hasil perumusan teknokratis terkait. Tidak semua program prioritas dapat menjadi prioritas pembangunan daerah, menyangkut keterbatasan anggaran dan identifikasi masalah. Suatu prioritas pembangunan dimasa lalu yang telah berhasil dicapai, tidak lagi diprioritaskan dimasa berikutnya, walau tetap harus dijaga kesinambungannya performance maintenance. Suatu prioritas pembangunan daerah juga dapat dikategorikan sebagai operasionalisasi dari tujuan strategik daerah mengingat urgensi daya ungkit pada kesejahteraan dan cakupan pembangunannya. 107 Korelasinya terhadap pencapaian visi dan misi Kepala Daerah yang Visi pembangunan Kabupaten Samosir pada RPJMD tahap II adalah “Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan yang Inovatif 2015”. Dalam rangka mewujudkan visi dimaksud, maka ditetapkan misi pembangunan daerah Kabupaten Samosir sebagai berikut: 1. Memantapkan Good Governance dengan dukungan SDM yang berkualitas serta prasarana dan sarana yang memadai dan berstandart; 2. Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya Alam SDA yang berkelanjutan dan terkendali; 3. Meningkatkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis lingkungan dan budaya; 4. Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan demokrasi dan penegakan hukum; 5. Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak. Dalam upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan Kabupaten Samosir, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan yang dirangkum dalam 3 tiga agenda besar pembangunan Kabupaten Samosir Tahun 2011- 2015, yaitu :

1. Agenda Pengembangan Tata Kelola Pemerintahan, Meningkatkan

Kapasitas SDM Aparatur dan Masyarakat