Akibat Stres Kerja DASAR TEORI

Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa: a Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja b Mengganggu kenormalan aktivitas kerja c Menurunkan tingkat produktivitas d Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang. 2. Dampak Terhadap Individu Dampak stres kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal www.e- psikologi.com, 2002 a Kesehatan Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan sistem kekebalan untuk mencegah serangan penyakit. Istilah kebal ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yaitu Memmler dan Wood untuk menggambarkan kekuatan yang ada pada tubuh manusia dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan sistem fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, baik fisik maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh sistem tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stres dan immunocompetence. Istilah immunocompetence ini biasanya digunakan di bidang kedokteran untuk menjelaskan derajat keaktifan dan keefektifan dari sistem kekebalan tubuh. b Psikologis Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus-menerus. Menurut istilah psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres kronis. Stres kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stres kronis umumnya terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak dalam perkawinan yang tidak bahagia, atau masalah ketidakpuasan kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan. Menurut Miller 1997, seorang peneliti asal Amerika, akar dari stres kronis ini adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya karena orang jadi terbiasa membawa stres ini kemana saja, dimana saja dan dalam situasi apapun juga; stres kronis ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga tidak ada upaya untuk mencari jalan keluarnya lagi. Singkatnya, orang yang menderita stres kronis ini sudah hopeless and helpless. Tidak heran jika para PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penderita stres kronis akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri, atau meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker, atau tekanan darah tinggi. c Interaksi Interpersonal Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stres. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh orang yang sedang stres. Selain itu, orang stres cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya, dia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. Tidak heran kalau akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh rekan-rekannya. Respon negatif dari lingkungan ini malah semakin menambah stres yang diderita karena persepsi yang selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang berharga di mata orang lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang beruntung, dan kurang-kurang yang lainnya. Robins 1986 mengemukakan bahwa stres kerja pada tingkat moderat yang dialami dalam kurun waktu yang panjang akan berpengaruh negatif terhadap performance karyawan yang nantinya akan berpengaruh negatif pula terhadap produktifitas kerja karyawan. Dengan demikian stres kerja merupakan ancaman terhadap efisiensi dan ancaman terhadap produktifitas kerja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Luthans 1985, akibat stres meliputi 3 bagian gangguan fisiologis, psikologis dan tingkah laku. Higgins 1982 juga berpendapat, bahwa stres kerja timbul dari pekerjaan ataupun diluar pekerjaan dalam jangka waktu yang lama dan dapat menimbulkan penyakit fisik serta gangguan jiwa. Menurut penelitian Baker dkk 1987, stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Plaut dan Friedman 1981 berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune -nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif. Dantzer dan Kelley 1989 berpendapat tentang stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh

E. Tingkat Stres Kerja Antara Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga

Karyawan wiraniaga adalah para pekerja yang bekerja pada bagian marketing atau pemasaran. Dimana tugas seorang wiraniaga adalah memper- kenalkan dan memasarkan produk – produk perusahaan. Karyawan wiraniaga ini- lah yang menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan menjual produknya. Keberhasilan dalam pemasaran banyak tergantung pada keterampilan para wiraniaga dalam menyesuaikan produk perusahaan dengan kebutuhan konsumen dan juga dalam melakukan penjualan Clindiff, Shill Giovoni, dalam Dwiatmaja, 2005 Pekerjaan sebagai karyawan wiraniaga tentulah tidak mudah, mereka diharuskan langsung berhadapan dan berinteraksi dengan konsumen yang memi- liki berbagai macam karakteristik yang berbeda. Dia harus memiliki keahlian ter- sendiri dan keahlian itu haruslah mempunyai maksud dan tujuan yang positif, dalam arti mampu “membujuk” konsumen agar percaya dan pada akhirnya memutuskan untuk membeli produk tersebut. Bagi konsumen yang terbuka terhadap sesuatu yang baru tentunya tidak menjadi masalah berarti bagi para wiraniaga ini untuk menawarkan produknya. Akan tetapi tidak semua konsumen itu dapat menerima segala yang baru, bahkan penolakan terhadap barang-barang yang ditawarkan kerap terjadi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Selain itu perusahaan juga selalu memberikan target penjualan bagi para karyawan wiraniaga, hal yang juga kerap kali menjadi momok bagi para wiraniaga adalah omzet penjualan. Disatu sisi mereka harus bisa mengejar target penjualan, namun disisi lain mereka kerap kali harus berhadapan dengan penolakan konsumen. Hal ini yang membuat tekanan akan pekerjaan terhadap karyawan wiraniaga semakin meningkat. Dari segi pendapatan, karyawan wiraniaga bisa dikatakan tidak tetap, mereka bergantung akan pencapaian omzet penjualan. Apabila kita melihat keadaan para karyawan wiraniaga, mereka seringkali dihadapkan pada suatu kondisi ketidakseimbangan antara kemampuan karyawan dengan beban kerja yang berlebih, bahkan secara “frontal”, dalam artian perusahaan seringkali memberikan target atau omzet penjualan yang sangat tinggi dan terkadang tidak logis dimata para karyawan. Sehingga untuk mendapatkan penghasilan yang sesuai dan demi mempertahankan pekerjaannya mereka harus bekerja “ekstra” keras. Karena penilaian prestasi kerja mereka seutuhnya bukan hanya dari sekedar loyalitas atau totalitasnya saja terhadap perusahaan, namun yang utama adalah lebih ditekankan pada berapa banyak barang yang dapat ia jual pada pelanggan dihubungkan dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan menurut grade atau pangkat yang ia miliki Dwiatmaja, 2005, dan juga bagaimana kemampuan karyawan tersebut dapat menjalin hubungan baik dengan konsumen. Ditengah persaingan yang semakin ketat antara perusahaan – perusahaan sejenis lainnya dalam pasar, membuat mereka semakin berada pada posisi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI