Perbedaan tingkat stres kerja karyawan wiraniaga dan non wiraniaga PT. Gramedia Widiasarana Indonesia [Grasindo] Jakarta.

(1)

vii ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Stress Kerja

Antara Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga Pada PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Vincentius Dwi Hartanto Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Jogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan karyawan non wiraniaga pada PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Stres kerja adalah stres yang dialami oleh karyawan akibat adanya ketidaksesuaian antara tuntutan akan pekerjaan dan kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaan itu sendiri. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang: 30 orang karyawan wiraniaga dan 30 karyawan non wiraniaga. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala Stres Kerja kepada subyek penelitian. Analisis data dengan uji-t menghasilkan harga t 3,294; p<0,05, yang berarti ada perbedaan tingkat Stres Kerja antara karyawan wiraniaga dan karyawan non wiraniaga. Mean subyek karyawan wiraniaga sebesar 110.7333 dan mean subyek karyawan nonwiraniaga sebesar 100.6667, menunjukkan bahwa karyawan wiraniaga memiliki tingkat stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan tingkat stres kerja karyawan non wiraniaga.


(2)

viii ABSTRACT

Job Stress Difference Between Sales Employees and Non Sales Employees At PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)

Vincentius Dwi Hartanto Psychology Faculty Sanata Dharma University

Jogyakarta 2007

This research is designed to test whether there is a Job Stress level difference between sales employees and non-sales employees at PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Job Stress is an employee's negative emotion which caused by disconnectedness between job demand and employees ability to do the job. Data collection was conducted by disseminating Job Stress scale for 60 subjects: 30 sales employees and 30 non-sales employees. T-test analysis indicates that with t value 3,294; p<0,05, there is a Job Stress level difference between sales and non-sales employees. Mean score of sales employees are 110.7333 and non-sales employees are 100.6667. This indicates that sales employee's job stress is higher than non-sales employees.


(3)

(4)

i

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Karyawan Wiraniaga dan

Non Wiraniaga

PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)

Jakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Vincentius Dwi Hartanto NIM : 999114024

NIRM : 990051121705120023

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA JOGJAKARTA


(5)

Ii


(6)

setuj

: iii


(7)

iv

Motto

Bermimpilah dan bercita - citalah

Karena dengan itu

kita bisa membuat hidup bermakna

Tanpa mimpi dan cita - cita

hidup akan terasa tanpa arah dan tanpa makna

lebih baik ku punya banyak uang

namun ku tidak punya banyak waktu

daripada

ku punya banyak waktu

namun ku tidak punya banyak uang

Ku bukan seorang kapitalis sejati, namun ku coba untuk realistis... Jogjakarta, dalam kebimbangan tengah oktober 2007


(8)

v

Dengan segala ketulusan, keiklhasan, dan kebahagiaan

hati, karya sederhana ini kupersembahkan pada :

Yesus Kristus yang tidak pernah

meninggalkanku. Ia selalu memberikan kesempatan

dalam proses pendewasaanku.

Bp/Ibu Heribertus Sugimin tercinta, yang tak

pernah lelah memberi kasih sayang dan bekal yang

tak ternilai harganya bagi ananda.

Anto, Hari, Mita, adik – adikku yang tercinta

atas kesabaran dan kasih sayangnya.

Jenny Irawati Pakpahan, kekasihku tercinta,

yang juga selalu dengan sabar dan setia

mencurahkan perhatian dan cintanya.

Almamaterku, fakultas Psikologi Sanata


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,18 Oktober 2007 Penulis


(10)

vii ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Stress Kerja

Antara Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga Pada PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Vincentius Dwi Hartanto Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Jogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan karyawan non wiraniaga pada PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Stres kerja adalah stres yang dialami oleh karyawan akibat adanya ketidaksesuaian antara tuntutan akan pekerjaan dan kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaan itu sendiri. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang: 30 orang karyawan wiraniaga dan 30 karyawan non wiraniaga. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala Stres Kerja kepada subyek penelitian. Analisis data dengan uji-t menghasilkan harga t 3,294; p<0,05, yang berarti ada perbedaan tingkat Stres Kerja antara karyawan wiraniaga dan karyawan non wiraniaga. Mean subyek karyawan wiraniaga sebesar 110.7333 dan mean subyek karyawan nonwiraniaga sebesar 100.6667, menunjukkan bahwa karyawan wiraniaga memiliki tingkat stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan tingkat stres kerja karyawan non wiraniaga.


(11)

viii ABSTRACT

Job Stress Difference Between Sales Employees and Non Sales Employees At PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)

Vincentius Dwi Hartanto Psychology Faculty Sanata Dharma University

Jogyakarta 2007

This research is designed to test whether there is a Job Stress level difference between sales employees and non-sales employees at PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Job Stress is an employee's negative emotion which caused by disconnectedness between job demand and employees ability to do the job. Data collection was conducted by disseminating Job Stress scale for 60 subjects: 30 sales employees and 30 non-sales employees. T-test analysis indicates that with t value 3,294; p<0,05, there is a Job Stress level difference between sales and non-sales employees. Mean score of sales employees are 110.7333 and non-sales employees are 100.6667. This indicates that sales employee's job stress is higher than non-sales employees.


(12)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Vincentius Dwi Hartanto

Nomor Mahasiswa : 999114024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA KARYAWAN WIRANI-AGA DAN NON WIRANIWIRANI-AGA PADA PT. GRAMEDIAWIDIASARANA IN-DONESIA (GRASINDO) JAKARTA.”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, men-galihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 12 Juni 2008

Yang menyatakan


(13)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhanku Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Stres Kerja Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga PT. Gramedia Widiasarana Indonesia ( Grasindo ) Jakarta.“

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak menerima bimbingan, petunjuk, bantuan dan dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak yang membantu. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan saya dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih sedalam – dalamnya kepada :

1. Bp. P. Eddy Suhartanto, S.Psi .M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sylvia C.M.Y.M, S. Psi., M. Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terima kasih atas bantuan dan kesabarannya, serta bimbingannya.

3. Bp. Minta Istono, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar memberikan masukan, saran serta bimbingan dan kesempatan kepada saya untuk menyusun skripsi ini.

4. Ibu A. Tanti Arini, S.Psi., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas dorongan, bantuan dan bimbingannya yang telah diberikan.


(14)

x

5. Bp. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. Dan Bp. V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi., M. Si. selaku dosen penguji, terimakasih atas masukan dan saran yang diberikan terhadap kemajuan penelitian saya.

6. Bapak R. Suhartono, Mbak Oki, beserta seluruh karyawan dan staff dari PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), Jakarta, terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian di kantor pusat Jakarta sehingga penelitian berjalan lancar. Dan juga tidak lupa saya ucapkan terimaksih kepada Bp Jarot KCP Grasindo Bandung beserta staf dan karyawan kantor pemasaran Bandung dan Bp Danto KCP Grasindo Jogjakarta.

7. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogya-karta yang telah memberikan segala dedikasinya untuk kemajuan mahasiswa Fakultas Psikologi, terima kasih telah memberikan segala yang terbaik.

8. Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Giyono di sekretariat Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran dan proses skripsi, tidak lupa juga terimakasih untuk Mas Muji dan Mas Doni di Lab. Psikologi + Ruang Baca Psikologi atas pinjaman proyektornya ☺.

9. Buat keluarga di Jogja, Bude Mulat+Pak de Harto, Bulek+Lik To, Bu de Dar sekeluarga, 'uwi mo ngucapin makasih atas bantuannya selama ini, maaf kalo saya sering menyusahkan kalian. Terimaksih juga buat Bude Ginem+Keluarga, mas Slamet..mas makasih atas nasihat, dukungan serta


(15)

xi

bantuannya baik secara moril maupun materil, maaf kalo saya sering buat salah.

10. Terima kasih buat Mas Ojie (Wahyu), Mas Robert Talaud (semoga jadi Romo yang mabrur..eeh salah..bijaksana☺)dan Mas Ruban atas nasehat- nasehat dan saran kalian, serta mendorongku untuk selalu mengerjakan skripsi dan kuliah ini hingga selesai., Nanto 'n Fam udah mau menampung ku , Danang P, thanks man uda banyak bantu gw, Vidi (vid, sorry yak, ud ngerepotin lo dan buat masalah, sebenernya gw ga ada masalah dulu ga pamit, cuma gw ngerasa ga enak ga bisa bales apa – apa dengan kebaikan dan ketulusan kalian selama gw disana, thanks 4 all ya bro), Deni keep fighting bro!, Cahyo, Adi (Kadal) com'on bro! Ana, Rani, Dela, Yuyun, Onny, Tessa, Aci, Ayu, Dian, Agung, Andi dan Toni nya;) uda kaya anak ma bapak aja hehe..thanks juga ya bro, makasih juga buat Perdana's Gank, Geri, 3K0 (Kodok), Yayak, MB4NG, N3O, masnya n3o dan 3k0 yaitu..3Nd4R:), Pay Jo, Kudis, Monyet (Ricky) n 2 All Of U the Psycho 99'ers n Perdanaer’s.

11. Buat sahabat - sahabatku di Cimahi : Hendra ('ndra ngke nyak?hehe), Yanto, Lucky yang baru married (punten teu bisa datang), n special thanks to alm. Yohanes Kartono Harjoprakoso”..'no..nuhunnya”, doa urang selalu besertamu..semoga Yesus selalu besertamu di alam sana, urang moal poho ka maneh, kajeun maneh geus euweuh..!

12. Buat teman - teman panggung boneka Lifebuoy...kapten Lifebuoy berkata "semoga mereka sadar dengan apa yang telah mereka perbuat terhadap


(16)

xii

kita, mari kita maafkan mereka yang telah merenggut hak - hak kita, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!"...thanks ya bro, jadikan ini pengalaman pahit buat kita..thanks to Robert, Pak De Omes!, Gimbal dan Handoko.

13. Teman-teman RSJ (Realino Scooter Jogja) keep rollin' Bro! Hidup Realino!..Realino "Tai Kebo"!

14. Dan untuk semua yang telah mendukung baik lahir maupun batin, yang belum tersebut namanya saya ucapkan terima kasih atas dukungannya selama saya kuliah dan mengerjakan skripsi di Universitas Sanata Dharma Jogjakarta.

Saya merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saya mohon maaf atas kesalahan dan kelalaian yang telah saya lakukan saat melakukan penelitian, baik sikap, tutur kata, maupun tulisan. Saya juga menerima kritik dan saran yang membangun demi peningkatan dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 30 November 2007

Penulis


(17)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Pertanyaan penelitian ... 9

C. Tujuan penelitian ... 9

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis ... 9


(18)

xiv BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Stres ... 10

1. Stressor ... 12

2. Stressed ... ... 12

3. Transacsion ... ... 13

B. Pengertian Stres Kerja ... ... 13

1. Stres Kerja Bersifat Potensial ... ... 15

2. Stres Kerja Bersifat Nyata ... 15

a. Gejala Psikologis ... 15

b. Gejala Fisik ... 15

c. Gejala Perilaku ... 16

C. Penyebab Stres Kerja ... 17

D. Akibat Stres Kerja ... 20

1. Dampak Terhadap Perusahaan ... 20

2. Dampak Terhadap Individu ... 21

a. Kesehatan ... 21

b. Psikologis ... 22

c. Interaksi Interpersonal ... 23

E. Tingkat Stres Kerja Antara Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga…..25

F. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian ... 30


(19)

xv

B. Identifikasi Variabel - Variabel Penlitian ... 30

C. Definisi Operasional ... 30

D. Metode Penentuan Subyek Penelitian ... 33

E. Lokasi Penelitian ... 33

F. Metode Pengumpulan Data ... 34

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36

1. Validitas ... 36

2. Reliabilitas ... 37

H. Uji kesahihan Item ... 38

I. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 40

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 42

C. Try Out alat penelitian ... 43

1. Persiapan Try out alat penelitian ... 43

2. Uji Coba Alat Ukur ... 43

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 44

1.1 Uji Kesahihan Aitem ... 44

1.2 Uji Realibilitas ... 46

C. Penelitian 1. Persiapan Penelitian ... 47


(20)

xvi

2.1 Uji Normalitas Sebaran ... 47

2.2. Uji Homogenitas ... 48

2.3. Uji Hipotesa ... 49

2.4. Kategori Skor Penelitian ... 51

D. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran penelitian ... 55

1. Bagi Karyawan ... 55

2. Bagi Perusahaan ... 55

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 56

C. Keterbatasan Penelitian ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(21)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Pernyataan Skala Stres Kerja...35

Tabel 2. Tabel Spesifikasi Item Skala Stres Kerja...35

Tabel 3. Tabel Data Subjek………..….42

Tabel 4. Tabel Spesifikasi Skala Tingkat Stres Kerja Sebelum Uji Coba...45

Tabel 5. Tabel Spesifikasi Skala Tingkat Stres Kerja Setelah Uji Coba...45

Tabel 6. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov...48

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Varians...48

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis...49

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian...51


(22)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat ukur skala, Skala Tingkat Stres kerja Lampiran 2. Analisis butir, Reabilitas dan validitas Lampiran 3. Data Penelitian

Lampiran 4 Uji Asumsi : Uji Normalitas, Kolmogorov Sminrnov, Uji Homogenitas Varian, Analisis Uji-t


(23)

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia sangat erat kaitannya dengan dunia kerja, dimana untuk mempertahankan hidupnya manusia harus bekerja. Bekerja adalah merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti telah dikemukakan oleh Maslow (1967a) teori mengenai motivasi manusia, bahwa manusia mempunyai dua macam kebutuhan yaitu kebutuhan dasar (basic needs) dan metakebutuhan – metakebutuhan (metaneeds). Kebutuhan dasar meliputi rasa lapar, kasih sayang (afeksi), rasa aman, harga diri dan sebagainya. Sedangkan metakebutuhan – metakebutuhan meliputi kebaikan, keteraturan, kesatuan, keindahan dan sebagainya. Yang membedakan diantara dua kebutuhan tersebut adalah kebutuhan dasar akibat dari kekurangan sedangkan metakebutuhan metakebutuhan adalah kebutuhan untuk pertumbuhan (Hall & Lindzey, 1978). Bekerja adalah merupakan salah satu cara manusia untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasar tersebut. Manusia bekerja karena memang manusia merasa kekurangan dan untuk menutupi kekurangannya tersebut sebagai kompensasinya manusia harus bekerja.

Gejolak ekonomi dan politik di Indonesia yang mulai dirasakan setelah berlangsungnya krisis moneter membuat keadaan Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai negara berkembang terpuruk menjadi negara miskin. Hal ini salah satunya berdampak pada dunia industri di Indonesia dengan menurunnya minat para investor asing untuk menanamkan modalnya bahkan bagi yang sudah


(24)

mnenanamkan modal, mereka menarik modalnya kembali bagi, hal ini menyebabkan banyak perusahaan tidak mampu lagi menahan guncangan finansial sehingga banyak perusahaan pun terpaksa harus merumahkan beberapa karyawan atau bahkan seluruh karyawan dikarenakan perusahaan tersebut gulung tikar. Akibatnya tingkat pengangguran tinggi dan lapangan pekerjaan pun semakin sempit.

Dengan keadaan yang demikian tentu membuat manusia semakin tertantang untuk mempunyai kemampuan – kemampuan khusus agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Manusia berlomba – lomba untuk menjadi yang terbaik dan bekerja sebaik mungkin untuk bisa memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan. Hal ini dijadikan dasar penilain kerja bagi para karyawan dan sebagai kompensasinya perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan para karyawan.

Dalam dunia kerja para karyawan tentu tak lepas dari berbagai macam masalah, dimana para karyawan dihadapkan pada berbagai macam kondisi dan situasi baik itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Dengan kondisi dan situasi yang seperti itu karyawan dituntut untuk selalu bekerja secara cepat, tepat, efisien dan sesempurna mungkin. Seringkali kebijakan – kebijakan dari pihak perusahaan tidak mau tahu akan berbagai keadaan yang dialami individu, hal ini tentu semakin mempersulit keadaan para karyawannya. Selain berbagai macam masalah yang berkaitan dengan lingkungan pekerjaannya, para karyawan juga dihadapkan pada masalah – masalah diluar lingkungan kerjanya. Seperti masalah dengan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, serta keadaan sosial ekonomi mereka.


(25)

Keadaan diatas ditengarai sebagai suatu stresor yang dapat menimbulkan stres kerja pada individu, dan apabila individu tersebut gagal dalam beradaptasi dengan kondisi kerja akan mengakibatkan timbulnya perasaan terancam pada individu (Lazarus, dkk, 1976). Stres secara umum adalah sesuatu yang menekan individu melibatkan aspek psikologis dan fisiologis (Lazarrus dan folkman, 1984). Stres juga diartikan sebagai sesuatu yang menunjukan perasaan tertekan bagi individu dalam hidupnya (Davis, 1981). Secara sederhana stres adalah tekanan yang terlalu besar bagi kita (Towner, 2002). Namun stres tidak melulu berasal dari tekanan – tekanan karena pekerjaan atau hal – hal lainnya diluar pekerjaan, stres juga bisa berasal karena tidak adanya tantangan atau tekanan yang berarti, hal ini malah dapat menimbulkan kejenuhan yang juga dapat menjadikan stresor bagi individu tersebut Locker & Gregson, (2004) Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada ketidaksesuaian antara tuntutan – tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya.

Stres kerja sendiri dapat disebabkan oleh hampir semua kondisi kerja tetapi timbul tidaknya stres sangat tergantung pada persepsi dan reaksi individu terhadap stres dalam pekerjaannya itu (Davis,1981). Locker & Gregson,(2004) menyebut-kan beberapa stresor yang diakibatmenyebut-kan oleh pekerjaan, yaitu, beban kerja berlebihan – terlampau banyak tugas, tekanan waktu dan tenggat waktu yang tidak mungkin terpenuhi, perubahan prosedur, komunikasi buruk–tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak merasa sebagai bagian dari organisasi, peran kerja yang dipahami atau diidentifikasikan dengan buruk. Stres kerja dapat terjadi sementara atau berkelanjutan, hal ini tergantung dari bagaimana karyawan tersebut dapat


(26)

menangani dan mengatasinya. Jika stres terjadi sementara dan secara perlahan, kebanyakan individu dapat menanganinya secara cepat (Davis, 1981).

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmunenya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif. Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh

Kementrian tenaga kerja Inggris memperkirakan bahwa di tahun 1993 sekitar 30 sampai 40 persen absen karena sakit berhubungan dengan stres. Penyebab utama absen karena sakit adalah masalah urat dan otot. Banyak


(27)

diantaranya disebabkan karena stres (Towner, 2002). Stres kerja pada tingkat moderat yang dialami didalam kurun waktu yang panjang akan berpengaruh negatif terhadap performance karyawan yang nantinya akan berpengaruh negatif pula terhadap produktifitas kerja karyawan. Dengan demikian stres kerja merupakan ancaman terhadap efisiensi dan ancaman terhadap produktifitas kerja Robins (1986). Stres kerja pada para karyawan tentu sangat mempengaruhi hasil kerjanya. Hal ini tentu juga akan mempengaruhi produksi dan pendapatan bagi perusahaan. Perusahaan pun harus menyadari secara penuh, bahwa stres itu ada, apabila hal ini berlanjut dan tidak tertangani dengan baik tentu akan berakibat sangat buruk bagi perusahaan tersebut.

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stres yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit Organisasi.

Pada penelitian kali ini peneliti mencoba mengangkat tema mengenai perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan non wiraniaga. Peneliti mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap fenomena ini, sehingga


(28)

mengangkat topik ini sebagai tema penelitian kali ini. Yang menjadikan alasan kuat saya tertarik mengangkat tema ini adalah, saya pernah bekerja pada sebuah perusahaan percetakan, saya melihat keseharian mereka dikantor baik itu para karyawan wiraniaga dan non wiraniaga secara kasat mata mereka tampak baik – baik saja dan tidak tampak jika mereka mengalami stres yang berarti. Sepertinya kondisi dan keadaan mereka sama, dan hal inilah yang menjadikan suatu pertanyaan bagi saya, apakah ada perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan non wiraniaga? Mengingat sebagai karyawan wiraniaga baik itu secara teoritis maupun kondisi dilapangan tentunya memiliki kecenderungan tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan non wiraniaga. Wiraniaga dan non wiraniaga merupakapan dua jenis pekerjaan yang berbeda, baik dari karakteristik pekerjaan dan juga penghasilan yang diterima.

Wiraniaga dianggap sebagai pekerjaan yang sulit dan menimbulkan potensi stresor yang tinggi. Banyak kita lihat iklan – iklan lowongan pekerjaan baik itu melalui media cetak maupun media elektronik, mencantumkan lowongan pekerjaan sebagai wiraniaga. Tidak hanya melalui media, bahkan pada acara – acara bursa lowongan pekerjaan banyak sekali yang membutuhkan karyawan bagian pemasaran ini. Dan biasanya para pencari kerja enggan atau menghindari pekerjaan sebagai karyawan bagian pemasaran dengan berbagai macam alasan. Image sebagai wiraniaga sebagai pekerjaan yang dipandang rendah karena, pekerjaan sebagai wiraniaga dianggap sebagai pekerjaan yang tidak bisa menjamin masa depan karena status mereka biasanya hanya sebagai karyawan kontrak, pekerjaan sebagai wiraniaga juga dianggap pekerjaan yang sangat sulit


(29)

karena selalu dikejar – kejar omzet dan cukup menimbul-kan potensi stresor yang tinggi, selain itu terkadang upah yang diterima pun tidak pasti, tergantung omzet penjualan yang didapat. Hal – hal demikian yang seringkali menjadikan pergantian karyawan wiraniaga pada suatu perusahaan sangat sering terjadi. Baik itu dari pihak karyawannya yang tidak bersedia memperpanjang kontrak ataupun dari pihak perusa-haan yang tidak memberikan perpanjangan kontrak kerja kepada karya-wan yang beresangkutan.

Wiraniaga banyak terlibat langsung dengan konsumen, wiraniaga merupakan ujung tombak dari perusahaan, tanpa adanya wiraniaga tentu produk – produk yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak akan dikenal de-ngan baik oleh konsumen atau bahkan sama sekali konsumen tidak me-ngenal produk – produk dari perusahaan. Wiraniaga juga membawa citra dan nama baik perusahaan dimata konsumen. Dimana tugas seorang wira-niaga adalah memperkenalkan dan memasarkan produk – produk perusahaan. Wiraniaga inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan menjual produknya. Keberhasilan dalam pemasaran banyak tergantung pada keterampilan para wiraniaga dalam menyesuaikan produk perusahaan dengan kebutuhan konsumen dan juga dalam melakukan penjualan (Clindiff, Shill & Giovoni, dalam Dwiatmaja, 2005). Kegigihan, ketekunan serta strategi pemasaran yang baik sangat diperlukan bagi seorang wiraniaga dalam memasarkan produk perusahaan. Dilapangan tentunya seorang wiraniaga harus bisa bersaing dengan sesama wiraniaga dari perusahaan lain. Penghasilan dari wiraniaga tentunya sangat bergantung dari omzet penjualan mereka, sehingga apabila mereka ingin mendapatkan penghasilan lebih, mereka


(30)

harus berusaha keras dengan mendongkrak penju-alan akan produk – produk perusahaan.

Lain halnya dengan karyawan bagian administrasi yang tampaknya “ adem ayem” saja. Para pencari kerja tentunya akan lebih tertarik bekerja sebagai karyawan bagian administrasi daripada sebagai wiraniaga, walau mereka sama – sama berstatus sebagai karyawan kontrak. Penghasilan mereka tetap, beberapa dari mereka juga tidak terlibat langsung dengan konsumen, namun mereka juga memiliki tugas yang tidak mudah. Mereka dituntut untuk bekerja secara cepat, tepat,teliti dan rapih. Terutama karyawan pada bagian administrasi, karena kesalahan adminstrasi dapat berakibat fatal bagi perusahaan. Hal ini juga berlaku bagi karyawan pada bagian gudang dan ekspedisi, dimana perusahaan sangat membutuhkan ketelitian, ketepatan dan kecepatan mereka dalam bekerja. Konsumen menginginkan barang – barang yang diterima nanti harus tepat dan cepat diterima sesuai dengan pesanan.

Walaupun demikian, sesungguhnya karyawan wiraniaga dan non wiraniaga tetap memiliki tanggung jawab yang juga sama beratnya. Mereka harus bisa bekerja dengan baik dan mampu menjaga image perusahaan dengan baik di mata konsumen, hal ini berlaku bagi para karyawan wiraniaga dan non wiraniaga. Mereka juga harus memiliki loyalitas dan totalitas tinggi terhadap perusahaan. Tekanan akan pekerjaan inilah yang disinyalir akan menimbulkan stresor yang menyebabkan stres kerja.

Tingkat kerja karyawan bagian wiraniaga tampak cenderung memiliki potensi stres yang lebih tinggi daripada karyawan non wiraniaga. Benarkah


(31)

demikian? Itulah yang akan diungkap pada penelitian kali ini. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat tema ini sebagai tema penelitian kali ini.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan tingkat stres kerja karyawan wiraniaga dan non wiraniaga pada PT. Gramedia Widiasarana Indonesia ( Grasindo ) ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Memberi pemahaman dan informasi kepada pembaca mengenai perbedaan tingkat stres kerja pada karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.

b. Sebagai suatu wacana dan bahan refleksi bagi para karyawan khususnya, serta staf HRD dan kepada para pembaca pada umumnya.

2. Manfaat Teoritis

Sebagai masukan pada ilmu psikologi pada umumnya dan pada ilmu psikologi Industri pada khususnya mengenai perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.


(32)

Bab II DASAR TEORI A. Pengertian Stres

Pada kehidupan yang serba modern dan berteknologi tinggi saat ini, cenderung membawa manusia kedalam keadaan yang penuh tekanan, apabila individu tersebut tidak mampu beradaptasi, baik itu dengan lingkungan diluar dirinya ataupun dengan berbagai kehendak dan kemampuan yang berasal dari dalam dirinya, maka individu akan mengalami stres. Individu cenderung akan mudah terjebak dalam situasi yang membuat dirinya berada dalam kondisi yang menekan dan individu tersebut tidak mampu untuk melawan segala keterbatasan dalam dirinya, hal ini akan menimbulkan perasaan tertekan, frustasi, konflik, serta perasaan bersalah.

Stres berasal dari bahasa latin “ stringere “ yang berarti menarik erat (Arnold, dalam Statt, 1994). Dalam bahasa perancis kuno “ destrese “ yang berarti ditempatkan dalam kesempitan atau tekanan (Fontana, dalam Statt, 1994). Secara sederhana Anoraga dan Suyati (1995) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan menganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.

Menurut Selye (1979), stres merupakan kelelahan dan ketegangan yang pada dasarnya merupakan salah satu reaksi tubuh yang tidak spesifik dari dalam diri manusia, dari suatu tuntutan (demand). Hal ini diperjelas oleh Taylor (1991) bahwa, stres sebagai sebuah respon individu terhadap kejadian – kejadian yang


(33)

mengganggu atau mengancam fungsi fisik ataupun psikologis. Reaksi psikologis dan fisiologis tersebut terjadi apabila individu menghadapi ketidakseimbangan antara tuntutan terhadap diri mereka dengan kemampuan untuk memenuhinya. Tuntutan tersebut dapat berupa tuntutan dari dalam diri individu itu sendiri, seperti keinginan – keinginan atau dorongan – dorongan individu dan juga tuntutan yang berasal dari lingkungan individu.

Menurut Cox & Mackay (dalam Frazer, 1992), stres adalah gejala yang sangat individual. Stres adalah hasil penafsiran seseorang mengenai keterlibatannya dalam lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan psikososial. Stres atau ketegangan timbul sebagai suatu hasil dari ketidak-seimbangan antara persepsi orang itu mengenai tuntutan yang dihadapinya dan persepsinya mengenai kemampuannya untuk menanggulangi tuntutan tersebut.

Secara umum stres dapat dipahami sebagai sesuatu yang menekan individu melibatkan aspek fisiolgis dan psikologis (Lazarus dan Folkman, 1984), sesuatu yang menekan dan memaksa individu tersebut adalah untuk bertindak dan berfikir lebih cepat dan intensif dari yang dikehendaki. Stres merupakan reaksi fisik dan psikis terhadap perubahan – perubahan yang dialami oleh individu. Reaksi antara lain degup jantungnya yang cepat, perut mual, mulut terasa kering dan tubuh mengeluarkan keringat terus menerus. Reaksi psikis antara lain penarikan diri dan mekanisme pertahanan ego. Namun demikian terjadinya stres dalam diri individu tergantung pada kemampuan penyesuaian diri yang dimilikinya. Bila seseorang mempunyai daya kemampuan penyesuaian diri yang baik maka stres tidak akan


(34)

banyak berpengaruh. Sebaliknya jika tidak mampu menyesuaikan diri maka stres akan mengganggu kesehatan fisik dan psikisnya (Tyrer, 1980).

Stres juga dapat diartikan sebagai keadaan mental yang tertekan karena adanya tuntutan seperti persoalan rumah tangga, lingkungan kerja, dan masyarakat sebagai akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya (Kusumaatmaja, 1991). Hal ini juga dikemukakan oleh Hardjana (1994) bahwa stres adalah keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi antara orang yang mengalami stres dan hal – hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidakseimbangan baik nyata atau tidak nyata, ada tiga hal yang saling terkait dari stres :

a. Stresor

Berbagai macam hal, peristiwa, orang – orang, keadaan yang menjadi sumber stres.

b. Stresed

Orang yang mengalami stres, dari segi orang yang mengalami stres, yang perlu diperhatikan adalah tanggapan atau respon orang terhadap hal – hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan orang terhadap sumber stres dapat menggejala pada psikologis dan fisiologis. Tanggapan itu disebut “ strain “ yaitu tekanan atau tegangan orang yang sedang mengalami stres. Secara psikologis tekanan dan ketegangan membuat pola pikir, emosi dan perilakunya kacau. Secara fisiolagis tampak degup jantungnya yang cepat, perut mual, mulut terasa kering dan tubuh mengeluarkan keringat terus menerus.


(35)

c. Transaction

Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi penyebab stres.

Namun stres juga dapat dikatakan sebagai situasi yang memiliki karakteristik tuntutan lingkungan yang melebihi kemampuan individu untuk merespon lingkungan, tidak hanya lingkungan fisik namun juga lingkungan sosial (Evans,1982). Gibson, Ivan Cevich, dan Donley (1985) juga berpendapat bahwa stres adalah suatu respon adaptif yang dipengaruhi oleh karakteristik individual atau proses psikis sebagai konsekuensi perilaku atau kejadian – kejadian lingkungan yang menimbulkan akibat – akibat khusus secara fisiologis maupun psikologis.

Dari beberapa penjabaran mengenai pengertian stres diatas, dapat ditarik kesimpulan secara sederhana, bahwa stres adalah suatu keadaan, situasi, ataupun tanggapan dari individu yang menyebabkan individu tersebut berada dalam kondisi terancam, baik secara fisik maupun secara psikologis. Ancaman tersebut berupa berbagai macam bentuk tekanan dan tuntutan baik itu yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri maupun yang berasal dari lingkungan diluar diri individu tersebut.

B. Pengertian Stres Kerja

Dinamika stres kerja tidak berbeda jauh dengan dinamika stres pada umumnya. Stres kerja terjadi ketika tidak ada keseimbangan antara individu dan lingkungan kerja, dalam artian stres kerja terjadi karena tuntutan pekerjaan


(36)

terhadap situasi dengan kemampuan karyawan atau tidak terpenuhinya kebutuhan karyawan akibat beban kerja yang terlampau berat (Zimbardo & Ruch, 1980).

Lazarus (dalam Frazer 1985), stres kerja hanya berhubungan dengan kejadian – kejadian di sekitar tempat kerja yang merupakan bahaya ancaman dan perasaan – perasaan yang relevan mencakup rasa takut, rasa aman, rasa bersalah, marah, sedih, putus asa dan bosan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Shinn, Rosario, Morch, dan Chesnut (1984) yang mengartikan stres kerja sebagai kondisi lingkungan kerja yang negatif yang dihadapi oleh karyawan dan respon karyawan terhadap kondisi tersebut, baik itu respon yang bersifat psikologis maupun yang bersifat fisiologis. Hampir sejalan dengan Shinn dkk, Arsenault dan dolan (1983) mengemukakan bahwa stres kerja merupakan kondisi yang tidak menyenangkan yang timbul karena karyawan merasa terancam dalam bekerja. Perasaan yang tidak menunjukan ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian antara karakteristik tuntutan – tuntutan pekerjaan dengan kemampuan sistem kepribadian karyawan.

Menurut Nainggolan (1993), yang dimaksud stres kerja adalah stres yang terjadi dalam dunia pekerjaan. Stres ini terjadi karena adanya stresor atau tuntutan dari lingkungan pekerjaan terhadap inidividu yang bersangkutan. Bernardin & Russell (1993) berpendapat stres kerja adalah situasi dimana faktor – faktor dalam pekerjaan mengubah kondisi psikologis atau fisiologis, akibatnya pekerja tidak menjalankan fungsinya secara normal.

Menurut Sculer (1980) stres kerja merupakan suatu keadaan dimana faktor – faktor yang berhubungan dengan pekerjaan saling mempengaruhi dan mengubah psikologis atau fisiologis karyawan. Stres ini dapat bersifat potensial atau nyata.


(37)

1. Stres kerja bersifat potensial

Stres kerja yang merupakan hasil dari adanya interaksi karyawan dengan lingkungannya yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap sumber – sumber di lingkungan kerja, dimana lingkungan kerja merupakan hal yang potensial menimbulkan stres.

2. Stres kerja bersifat nyata

Interaksi karyawan dengan sumber stres dimana ineraksi tersebut lebih mengarah pada respon individu dalam menghadapi stres tersebut.

Menurut Beehr dan Newman (1978) gejala stres kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) aspek, yaitu :

a. Psikologis

Merupakan gejala – gejala yang mengindikasikan gejala stres dimana hal ini berimbas pada keadaan psikis individu, gejala – gejala tersebut berupa : kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam perasaan, komu-nikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.

b. Fisik

Berbeda dengan gejala psikologis, apa yang dialami individu ketika mengalami stres, dimana stres juga sangat mempengaruhi individu secara fisik. Gejala – gejala fisik itu antara lain berupa : meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin, gangguan


(38)

gastrointestinal, misalnya gangguan lambung, mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing, migrain, kanker, ketegangan otot, problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur).

c. Perilaku

Stres sangat mempengaruhi individu baik itu secara psikologis maupun secara fisik namun tidak sampai disitu saja, efek yang berupa psikologis dan fisik tersebut kemudian berubah menjadi suatu bentuk – bentuk perilaku, yang mencerminkan keadaan psikologis dan fisik individu. Perilaku – perilaku tersebut antara lain : menunda ataupun menghindari pekerjaan /tugas, penu-runan prestasi dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan), kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti ngebut, berjudi, meningkatnya agresivitas, dan kriminalitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan bunuh diri.

Berdasarkan beberapa pandangan dari para ahli diatas berkaitan dengan stres kerja, secara umum dapat disimpulkan bahwa, stres kerja merupakan ketidaksesuaian atau ketidakseimbangan antara kemampuan individu dan tuntutan akan pekerjaannya yang menjadikan individu merasa tertekan dan terancam sehingga hal ini sangat mempengaruhi individu tersebut baik itu secara psikologis, fisik maupun perilaku.


(39)

C. Penyebab Stres Kerja

Untuk memahami sumber stres kerja, kita harus melihat stres kerja ini sebagai interaksi dari beberapa faktor, yaitu stres di pekerjaan itu sendiri sebagai faktor eksternal, dan faktor internal seperti karakter dan persepsi dari karyawan itu sendiri. Dengan kata lain, stres kerja tidak semata-mata disebabkan masalah internal, sebab reaksi terhadap stimulus akan sangat tergantung pada reaksi subyektif individu masing-masing. Beberapa sumber stres yang menurut Cooper (1983) dianggap sebagai sumber stres kerja adalah stres karena

1. Kondisi Pekerjaan

a) Lingkungan Kerja

b) Overload.

c) Deprivational stres. d) Pekerjaan Berisiko Tinggi. 2. Konflik Peran

3. Pengembangan Karir 4. Struktur Organisasi

Beberapa psikolog menggunakan kata – kata overload dalam menjelaskan penyebab stres kerja yang terbagi menjadi dua bagian ( Margolis, Kroers & Quinn ; dalam Schultz and Schultz, 1990 ) yaitu :

a. Quantitative overload, yaitu kondisi dimana tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu sangat tinggi. Kondisi ini mengacu pada jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu. Hal ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan Wallin & Wright, 1986 (dalam Schultz


(40)

and Schultz, 1990) terhadap karyawan pabrik Volvo swedia yang menemukan bahwa penyebab stres pada karyawan adalah work overload.

b. Qualitative overload, adalah tingginya tingkat kesulitan pekerjaan yang harus diselesaikan oleh karyawan. Berkaitan dengan hal ini French (dalam Freser, 1985) menyatakan bahwa faktor penyebab stres kerja yang potensial adalah ketidakmampuan karyawan dalam memenuhi tuntutan tugas yang terlalu tinggi. Stres timbul setiap kali terjadi perubahan keseimbangan sebuah komplek manusia, mesin dan lingkungan. Menurut Frazer (1992), komplek itu merupakan suatu sistem interaktif, stres juga dapat dibangkitkan oleh berbagai sebab yang sederhana maupun yang rumit.

Locker & Gregson, (2004) menyebutkan beberapa stresor yang diakibatkan oleh pekerjaan, yaitu, beban kerja berlebihan–terlampau banyak tugas, tekanan waktu dan tenggat waktu yang tidak mungkin terpenuhi, perubahan prosedur, komunikasi buruk–tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak merasa sebagai bagian dari organisasi, peran kerja yang dipahami atau diidentifikasikan dengan buruk. Stres kerja dapat terjadi sementara atau berkelanjutan, hal ini tergantung dari bagaimana karyawan tersebut dapat menangani dan mengatasinya.

Menurut Levi (dalam, Frazer, 1992), akhir – akhir ini memang muncul kesadaran yang semakin tinggi bahwa kehidupan kerja telah menghadapkan manusia pada banyak rangsangan psikologi sosial yang mungkin berbahaya. Faktor – faktor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya stres kerja adalah akibat dari komitmen manusia, hubungan dengan rekan – rekan kerja, penilaian , rutinitas, penggiliran, perubahan teknolgi yang cepat, urban dan sebagainya.


(41)

Luthans (1985) juga memberikan penjelasan bahwa, sumber – sumber stres bisa berasal dari empat faktor, yaitu :

a. Sumber dari luar organisasi, yang meliputi perubahan sosial, teknologi, keluarga, kondisi ekonomi dan financial, kelas dan ras, dan kondisi lingkungan.

b. Sumber dari dalam organisasi, yaitu meliputi strategi dan kebijaksanaan administrasi, desain dan struktur organisasi, proses organisasi dan kondisi kerja.

c. Sumber kelompok, yang dikategorikan menjadi tiga area, yaitu : kurangnya kohesivitas kelompok, kurangnya dukungan kelompok, dan interindividual, interpersonal dan intergroup konflik.

d. Sumber dari diri karyawan itu sendiri, misalnya peran yang ambigu, adanya konflik di lingkungan keluarga dan kepribadian individu yang mempengaruhi dalam bekerja.

Menurut DSM IV R diperoleh 9 indikator stres karena dianggap sesuai dengan stres yang disebabkan oleh pekerjaan, yaitu ketidakpuasan kerja, perasaan tertekan, perasaan cemas, komitmen yang rendah, rendahnya rasa harga diri dan percaya diri, mengingkari situasi, rasa kegagalan, rasa bermusuhan, kesulitan konsentrasi. Selanjutnya dari 9 indikator tersebut digabung menjadi 5 indikator karena dianggap mempunyai pengertian yang sama. Hal ini dilakukan dengan asumsi orang akan memberikan respon yang sama bila dihadapkan pada suatu persoalan yang muncul karena pekerjaan. Yaitu, perasaan cemas, ketidakpuasan kerja, mengingkari situasi, kesulitan kerja dan komitmen yang rendah.


(42)

D. Akibat Stres Kerja

Seperti yang telah di paparkan diatas bahwa stres kerja disinyalir dapat membawa dampak yang buruk bagi para karyawan yang mengalaminya, dampak tersebut bisa berupa psikologis maupun fisik. Baik itu secara langsung ataupun tidak langsung dan di sadari maupun tidak di sadari tentu juga akan berdampak pada perusahaan itu sendiri dan juga tentunya berdampak pada individu itu sendiri.

1. Dampak Terhadap Perusahaan

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stres yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit Organisasi.(www.e-psikologi.com, 2002)

Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan.


(43)

Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa:

a) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja

b) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja c) Menurunkan tingkat produktivitas

d) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.

2. Dampak Terhadap Individu

Dampak stres kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal (www.e-psikologi.com, 2002)

a) Kesehatan

Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan sistem kekebalan untuk mencegah serangan penyakit. Istilah "kebal" ini dikemukakan oleh dua orang peneliti yaitu Memmler dan Wood untuk menggambarkan kekuatan yang ada pada tubuh manusia dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara memproduksi antibodi.


(44)

Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan sistem fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, baik fisik maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh sistem tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stres dan immunocompetence. Istilah immunocompetence ini biasanya digunakan di bidang kedokteran untuk menjelaskan derajat keaktifan dan keefektifan dari sistem kekebalan tubuh.

b) Psikologis

Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus-menerus. Menurut istilah psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres kronis. Stres kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stres kronis umumnya terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak dalam perkawinan yang tidak bahagia, atau masalah ketidakpuasan kerja. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan.

Menurut Miller (1997), seorang peneliti asal Amerika, akar dari stres kronis ini adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya karena orang jadi terbiasa "membawa" stres ini kemana saja, dimana saja dan dalam situasi apapun juga; stres kronis ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga tidak ada upaya untuk mencari jalan keluarnya lagi. Singkatnya, orang yang menderita stres kronis ini sudah hopeless and helpless. Tidak heran jika para


(45)

penderita stres kronis akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri, atau meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker, atau tekanan darah tinggi.

c) Interaksi Interpersonal

Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stres. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh orang yang sedang stres.

Selain itu, orang stres cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya, dia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. Tidak heran kalau akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh rekan-rekannya. Respon negatif dari lingkungan ini malah semakin menambah stres yang diderita karena persepsi yang selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang berharga di mata orang lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang beruntung, dan kurang-kurang yang lainnya.

Robins (1986) mengemukakan bahwa stres kerja pada tingkat moderat yang dialami dalam kurun waktu yang panjang akan berpengaruh negatif terhadap

performance karyawan yang nantinya akan berpengaruh negatif pula terhadap produktifitas kerja karyawan. Dengan demikian stres kerja merupakan ancaman terhadap efisiensi dan ancaman terhadap produktifitas kerja.


(46)

Menurut Luthans (1985), akibat stres meliputi 3 bagian gangguan fisiologis, psikologis dan tingkah laku.

Higgins (1982) juga berpendapat, bahwa stres kerja timbul dari pekerjaan ataupun diluar pekerjaan dalam jangka waktu yang lama dan dapat menimbulkan penyakit fisik serta gangguan jiwa.

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem

autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang positif. Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami seseorang itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting


(47)

response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh

E. Tingkat Stres Kerja Antara Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga

Karyawan wiraniaga adalah para pekerja yang bekerja pada bagian

marketing atau pemasaran. Dimana tugas seorang wiraniaga adalah memper-kenalkan dan memasarkan produk – produk perusahaan. Karyawan wiraniaga ini-lah yang menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan menjual produknya. Keberhasilan dalam pemasaran banyak tergantung pada keterampilan para wiraniaga dalam menyesuaikan produk perusahaan dengan kebutuhan konsumen dan juga dalam melakukan penjualan (Clindiff, Shill & Giovoni, dalam Dwiatmaja, 2005)

Pekerjaan sebagai karyawan wiraniaga tentulah tidak mudah, mereka diharuskan langsung berhadapan dan berinteraksi dengan konsumen yang memi-liki berbagai macam karakteristik yang berbeda. Dia harus memimemi-liki keahlian ter-sendiri dan keahlian itu haruslah mempunyai maksud dan tujuan yang positif, dalam arti mampu “membujuk” konsumen agar percaya dan pada akhirnya memutuskan untuk membeli produk tersebut.

Bagi konsumen yang terbuka terhadap sesuatu yang baru tentunya tidak menjadi masalah berarti bagi para wiraniaga ini untuk menawarkan produknya. Akan tetapi tidak semua konsumen itu dapat menerima segala yang baru, bahkan penolakan terhadap barang-barang yang ditawarkan kerap terjadi.


(48)

Selain itu perusahaan juga selalu memberikan target penjualan bagi para karyawan wiraniaga, hal yang juga kerap kali menjadi momok bagi para wiraniaga adalah omzet penjualan. Disatu sisi mereka harus bisa mengejar target penjualan, namun disisi lain mereka kerap kali harus berhadapan dengan penolakan konsumen. Hal ini yang membuat tekanan akan pekerjaan terhadap karyawan wiraniaga semakin meningkat. Dari segi pendapatan, karyawan wiraniaga bisa dikatakan tidak tetap, mereka bergantung akan pencapaian omzet penjualan.

Apabila kita melihat keadaan para karyawan wiraniaga, mereka seringkali dihadapkan pada suatu kondisi ketidakseimbangan antara kemampuan karyawan dengan beban kerja yang berlebih, bahkan secara “frontal”, dalam artian perusahaan seringkali memberikan target atau omzet penjualan yang sangat tinggi dan terkadang tidak logis dimata para karyawan. Sehingga untuk mendapatkan penghasilan yang sesuai dan demi mempertahankan pekerjaannya mereka harus bekerja “ekstra” keras. Karena penilaian prestasi kerja mereka seutuhnya bukan hanya dari sekedar loyalitas atau totalitasnya saja terhadap perusahaan, namun yang utama adalah lebih ditekankan pada berapa banyak barang yang dapat ia jual pada pelanggan dihubungkan dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan menurut grade atau pangkat yang ia miliki (Dwiatmaja, 2005), dan juga bagaimana kemampuan karyawan tersebut dapat menjalin hubungan baik dengan konsumen.

Ditengah persaingan yang semakin ketat antara perusahaan – perusahaan sejenis lainnya dalam pasar, membuat mereka semakin berada pada posisi yang


(49)

penuh tekanan. Permasalahan yang muncul tidak hanya berasal dari dalam perusahaan namun juga berasal dari luar perusahaan.

Hal diatas menunjukan sangat tingginya stresor yang dialami oleh para karyawan wiraniaga. Banyak dari mereka yang tidak dapat mempertahankan pekerjaannya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Selye (1979), stres merupakan kelelahan dan ketegangan dari suatu tuntutan (demand), kelelahan dan ketegangan membuat mereka merasa sudah tidak mampu lagi melakukan pekerjaannya.

Lain halnya dengan karyawan non wiraniaga, karyawan non wiraniaga adalah karyawan yang bekerja selain pada bagian marketing, bisa dari staff direksi, dari bagian personalia atau staff HRD, dari bagian administrasi, dan lain – lain, mereka rata-rata tidak langsung berhadapan dengan konsu-men, mereka juga bekerja tidak dikejar-kejar dengan omzet. Selain itu pendapatan mereka bisa dikatakan tetap, berbeda dengan karyawan wiraniaga, dimana pendapatan mereka tergantung pada pencapaian omzet. Keadaan para karyawan non wiraniaga bisa dikatakan lebih baik daripada para karyawan wiraniaga, namun tidak menutup kemungkinan mereka juga berada pada kondisi yang sama. Walaupun permasalahan yang menjadikan stresor bagi mereka pun berbeda.

Dengan berbagai posisi dan status yang berbeda tentunya juga membawa stresor yang berbeda pula. Bagi para karyawan administrasi berada di kantor dengan pekerjaan yang menumpuk sungguh sangat membosankan. Mereka juga harus mengerjakannya sesegera mungkin agar pekerjaan tidak menumpuk. Para karyawan non wiraniaga dihadapkan pada suatu rutinitas yang membuat mereka merasa jemu. Namun tekanan yang dialami para karyawan non wiraniaga tidak


(50)

sekompleks yang dialami oleh para wiraniaga. Baik itu dari lingkungan perusahaan ataupun dari lingkungan sosial. Mereka lebih bisa bertahan daripada karyawan wiraniaga.

Maslow (1967a) teori mengenai motivasi manusia, menjelaskan bahwa manusia mempunyai dua macam kebutuhan yaitu kebutuhan dasar ( basic needs ) dan metakebutuhan – metakebutuhan ( metaneeds ), (Hall & Lindzey, 1978). Kebutuhan dasar dimana salah satunya adalah berkaitan dengan rasa aman. Karyawan wiraniaga dan non wiraniaga, sebagai manusia tentunya mereka didasari oleh kebutuhan akan rasa aman sebagai perwujudan motivasi mereka dalam bekerja. Tingkat kebutuhan akan rasa aman tentu berbeda halnya apabila berhadapan dengan dua jenis pekerjaan, yaitu sebagai karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.

Kebutuhan rasa aman bagi para karyawan wiraniaga menjadi lebih tinggi dari pada karyawan non wiraniaga ketika pekerjaan mereka bisa dikatakan sangat riskan apabila dikaitkan dengan rasa aman tersebut, dimana pekerjaan mereka selalu berhadapan pada posisi yang kritis, terlebih karena penilaian kerja mereka hanya didasarkan pada prestasi kerja mereka, terutama dalam hal pencapaian omzet penjualan. Apabila mereka tidak mampu mencapai omzet yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yang menjadi taruhannya adalah pekerjaan mereka, mereka akan kehilangan pekerjaannya dengan tidak diperpanjangnya kontrak kerja mereka. Status kerja mereka pun hanya sebagai karyawan kontrak, dimana untuk diangkat sebagai karyawan tetap tidaklah mudah dan harus memakan waktu yang lama dan mempunyai prestasi kerja yang tinggi. Tentunya hal ini juga


(51)

mengundang kekahawatiran tersendiri bagi para karyawan wiraniaga dalam mempertahankan pekerjaannya sebagai wujud mempertahankan rasa aman itu tadi.

Berbeda lagi dengan karyawan non wiraniaga, bisa dikatakan tingkat aman yang dialami oleh para karyawan non wiraniaga tentunya lebih baik dibanding dengan karyawan non wiraniaga, walau pun semisal mereka sama – sama sebagai karyawan kontrak. Karyawan non wiraniaga tidak mengalami tekanan sekompleks yang di alami oleh para karyawan non wiraniaga. posisi mereka bisa dikatakan lebih aman.

Tampak keadaan karyawan wiraniaga dan non wiraniaga berbeda, tekanan yang dialami oleh para karyawan wiraniaga pun tidak sebanding dengan yang dialami oleh para karyawan wiraniaga.

F. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diberikan hipotesis sebagai berikut : Ada perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.


(52)

Bab III

Metode Penelitian

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah komparatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan, dengan cara membandingkan perbedaan tingkat stres kerja ( sebagai variabel tergantung ) antara karyawan wiraniaga dan non wiraniaga ( karyawan wiraniaga dan non wiraniaga sebagai variabel bebas) pada perusahaan.

B. Identifikasi Variabel – Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian (Suryabrata, 1983). Variabel yang akan menjadi objek penelitian ini ada dua, yaitu :

1. Variabel Bebas

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau disebut juga sebagai independent variable (x). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.

2. Variabel Tergantung

Variabel ini merupakan variabel akibat atau disebut juga sebagai dependent variable (y). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stres kerja.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian adalah batasan atau spesifikasi dari variabel – variabel penelitian secara konkret berhubungan dengan realitas yang akan diukur dan merupakan dari hal – hal yang akan diamati dalam suatu


(53)

penelitian. Definisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Stres Kerja

Adalah stres yang dialami oleh karyawan, disebabkan oleh karena pekerjaan. Stres kerja ini timbul dikarenakan adanya ketidak sesuaian antara tuntutan akan pekerjaan dan kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaan itu. Stres kerja akan mempengaruhi fisik, psikolgis, serta perilaku karyawan yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas kerja karyawan.

Stres kerja ini diungkap dengan menggunakan skala tingkat stres kerja yang disusun berdasarkan aspek – aspek berikut :

a. Psikologis

Berupa : Kecemasan, depresi, merasa terasing, kebosanan, ketidakpuasan kerja, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.

b. Fisik

Berupa : Problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur), ketegangan otot, kepala pusing, migraine, lebih sering berkeringat, mudah lelah secara fisik, gangguan lambung, meningkatnya detak jantung dan tekanan darah.

c. Perilaku

Berupa : menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas, penurunan prestasi dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan atau kekurangan),


(54)

kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya agresivitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.

Tinggi rendahnya tingkat stres kerja dapat diketahui dari banyaknya gejala – gejala stres yang terdapat pada diri individu yang bersangkutan individu (subjek), berdasarkan pemaparan gejala – gejala stres diatas. Semakin banyak gejala – gejala stres yang terdapat pada diri subjek, maka semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami oleh subjek tersebut. Untuk dapat mengetahui tingkat stres tersebut, digunakan skala tingkat stres kerja. Dengan item – item yang disusun berdasarkan gejala – gejala stres yang telah disebutkan diatas. Setelah dilakukan perhitungan terhadap hasil skala maka akan didapatkan skor, semakin tinggi skor yang didapat maka mengindikasikan semakin banyaknya gejala – gejala stres pada subjek dan hal ini mengindikasikan pula tingginya tingkat stres kerja, begitu sebaliknya.

2. Karyawan Wiraniaga

Karyawan wiraniaga adalah karyawan yang bekerja sebagai tenaga pemasaran, dimana tugas mereka adalah memasarkan produk – produk peru-sahaan dan mempromosikan produk – produk peruperu-sahaan agar dike-nal oleh kon-sumen, dan konsumen pun mau menggunakan produk terse-but dengan membe-linya.

3. Karyawan Non Wiraniaga

Karyawan non wiraniaga adalah karyawan bagian editor, karyawan bagian administrasi serta karyawan bagian redaksi.


(55)

D. Metode Penentuan Subyek Penelitian

Populasi menunjuk pada semua individu yang dimaksud untuk diselidiki dalam penelitian dan mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama ( Hadi, 2000). Populasi yang ingin dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah semua karyawan/wati dengan batasan sebagai berikut :

a. Telah bekerja atau menjadi karyawan PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) minimal atau sekurang–kurangnya selama satu bulan.

b. Masuk dalam kriteria karyawan wiraniaga dan non wiraniaga pada PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

c. Subjek tidak terikat dengan status kerja, usia dan jenis kelamin.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang juga paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Peneliti mengambil sampel penelitian terdiri dari minimal 30 karyawan wiraniaga dan 30 karyawan non wiraniaga PT. Gramedia Widiasarana Indonesia ( Grasindo ) yang sesuai kriteria dan dirasakan dapat mewakili karyawan di perusahaan tersebut.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dikantor pusat PT. Grasindo, yang berada di Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa jumlah subjek pada kantor cabang tidak bisa memenuhi kuota jumlah subjek dalam penelitian dan pemenuhan kuota jumlah subjek penelitian hanya bisa dipenuhi di kantor pusat, yaitu yang berlokasi di Jakarta.


(56)

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode penyebaran skala dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berisi faktor-faktor yang hendak diukur dan akan diisi subjek penelitian (Suryabrata, 2002)

Dalam penelitian ini skala Likert dimodifikasi menjadi 4 kategori jawaban yaitu sangat setuju (SS) - setuju (S) - tidak setuju (TS) - sangat tidak setuju (STS). Menurut Hadi (1991) modifikasi terhadap skala Likert perlu dilakukan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala 5 tingkat yaitu:

1. Kategori belum memutuskan jawaban mempunyai arti ganda, yaitu bisa diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban, atau bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu – ragu. Kategori yang mempunyai arti ganda ini tentu tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

2. Tersedianya jawaban di tengah, dapat menimbulkan kecen-derungan menjawab ke tengah terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arahan kecenderungan jawaban, ke arah setuju atau tidak setuju.

3. Maksud kategorisasi jawaban sangat setuju (SS) - setuju (S) - tidak setuju (TS) - sangat tidak setuju (STS) yaitu untuk dapat melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.

Dalam pengukuran, setiap butir pernyataan memiliki kemungkinan mendapat skor atau nilai 1–4 berdasarkan kategori favorable atau unfavorable.


(57)

Tabel 1

Skor Pernyataan Skala Stres kerja Kategori Skor

Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Skala yang digunakan dalam penelitian ini yakni skala tingkat stres kerja. Skala tingkat stres kerja didasarkan pada 3 aspek, yaitu gejala psikologis, gejala psikis dan gejala perilaku (Beehr dan Newman, 1978). Pada jawaban yang diberikan dikenai prosedur penentuan skor (scalling). Skala tersebut disusun dan berisikan daftar pertanyaan secara tertulis yang sifatnya tertutup.

Jawaban subjek dinyatakan dalam empat alternatif pilihan jawaban yang harus dipilih salah satu. Butir–butir dalam skala ini berjumlah 60 item dengan rincian 30 pernyataan yang favorable dan 30 pernyataan yang unfavorable, dengan nilai penelitian yang diberikan berkisar pada angka satu sampai angka empat.

Dengan mempertimbangan keseimbangan jumlah item pada setiap aspek stres kerja, maka berikut adalah blueprint skala stres kerja berdasarkan kategori pernyataan favorable dan unfavorable.

Blue print Skala Stres kerja dapat dilihat sebagai sebagai berikut : Tabel 2

Tabel spesifikasi item skala Stres Kerja

No Aspek Favorabel Unfavorabel Total

1 Gejala Psikologis 1,4,13,19,25,

31,37,43,49,55

7,10,16,22,28, 34,40,46,52,58

20

2 Gejala Fisik 2,5,14,20,26,

32,38,44,50,56

8,11,17,23,29, 35,41,47,53,59

20

3 Gejala Perilaku 3,6,15,21,27,

33,39,45,51,57

9,12,18,24,30, 36,42,48,54,60

20


(58)

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang saling berkaitan, dimana tingkat validitas dan reliabilitas dapat menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam suatu penelitian. Perlu dilakukannnya pengujian validitas dan reliabilitas suatu alat ukur digunakan dalam suatu penelitian adalah bertujuan agar alat yang digunakan dalam penelitian benar-benar dapat mengukur apa yang diukur dan mempunyai ketepatan untuk mengukur (Singarimbun dan Effendi, 1985).

a. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Selain itu disini terkandung pengertian bahwa valid tidaknya suatu alat pengukuran yang dikehendaki dapat tepat. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Cermati bahwa pengukuran itu mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain (Azwar, 1997).

Validitas merupakan kesahihan alat tes. Kesahihan dibatasi sebagai tingkat kemampuan suatu instrumen mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran


(59)

penelitian data itu va apa yang mendefini melakukan tinggi apa ukur yang . Instrumen alid. Valid g hendak isikan valid

n fungsi u abila skala t g sesuai deng

n yang valid artinya inst

diukur ( ditas sebaga ukurnya. Sk

tersebut me gan tujuan y

d berarti ala trumen terse (Sugiono, ai ketepatan kala dapat njalankan f yang dilaku

at yang digu ebut dapat

1999). S n dan kece

dikatakan fungsi ukurn ukan dalam unakan unt digunakan edangkan ermatan sua mempunya nya, atau m

pengukuran

tuk mendap untuk meng

Azwar (1 atu skala d i validitas memberikan n. patkan gukur 1999) dalam yang hasil Vali (content v

terhadap i Validitas mencakup melalui an

iditas instru

validity). Va isi skala den isi juga ya p keseluruh

nalisis rasion

umen yang d aliditas isi ngan analis ang menunj han kawasan

nal dan pro

digunakan d adalah vali sis rasional/ jukkan seja n isi objek fesional (A

dalam penel iditas yang / profesiona auh mana i k yang hend

zwar,2001)

litian ini ad diestimasi al judgemen item–item dak diukur . dalah validit lewat peng nt (Azwar,1 dalam alat r yang dipe

tas isi gujian 1999). ukur eroleh

b. RReliabilitas Reli

asal kata r dengan sy stabilitas yang tidak pengamata terkandun dinyatakan sampai de iabilitas me rely dan abi yarat keand hasil peng k berubah an selanjut ng dapat d

n oleh koefi engan 1,00 erupakan te ility. Reliab dalan suatu amatan den dalam kuru tnya (Hadi dipercaya fisien reliabi 0 semakin

erjemahan d bilitas adalah instrumen ngan instru un waktu p i, 1991). kebenarann ilitas (

tinggi koe

dari kata re h keandalan menuntut k umen (peng pengamatan Dengan ka nya. Dalam yang angk efisien relia

eliability y n suatu instr

kemantapan gukuran), d

pertama d ata lain id m aplikasin kanya berad abilitas yan yang mempu rumen pene n, keajegan dalam kean dan pengam de pokok nya, reliab da pada rent ng diperole unyai elitian n atau ndalan matan-yang bilitas tang 0 hnya,


(60)

semakin tinggi tingkat kepercayaan hasil pengukuran alat tersebut bagi kelompok subyek yang diteliti (Azwar, 1999). Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien reliabilitas Alpha dari Cronbach (Azwar,1999). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997). Perhitungannya sendiri menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 13.0.

H. Uji kesahihan Item

Uji kesahihan merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen atau alat penelitian untuk mengungkap sesuatu yang menjadi sasaran pokok penelitian yang dilakukan dengan instrumen atau alat penelitian tersebut. (Hadi, 1991). Pengujian kesahihan item dilakukan dengan cara menghitung korelasi total total (rit) dengan menggunakan batasan 0,30 yang berarti item dengan nilai rit di atas 0,30 dianggap baik atau layak sedangkan item di bawah 0,30 dianggap buruk atau gugur. Batasan 0,30 digunakan karena dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar, 1995).

I. Metode Analisis Data

Peneliti sebelum mengukur perbedaan dua subjek penelitian atau uji hipotesis, melakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap subjek penelitian sebagai salah satu syarat penggunaan uji T (Independent Sample T-test).


(61)

Setelah hasil uji normalitas dan homogenitas dapat melakukan uji hipotesis penelitian. Tehnik analisis data yang digunakan dalam menguji hipotesis penelitian adalah tehnik T-test (Independent Sample T-test). Peneliti menggunakan metode ini karena metode ini berfungsi mengukur perbedaan mean antara dua (2) kelompok (karyawan wiraniaga dan karyawan non wiraniaga).


(62)

BAB IV

Penelitian dan Pembahasan A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah singkat PT Gramedia Widiasarana Indonesia

PT Gramedia Widiasarana Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Grasindo adalah salah satu anak usaha dari Kelompok Kompas Gramedia. Grasindo didirikan pada tahun 1990 seiring dengan diluncurkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang-undang tersebut membuka cakrawala baru di bidang pengembangan jasa peningkatan mutu pendidikan. Banyak pengusaha yang kemudian beralih ke industri penerbitan.

Grasindo diciptakan untuk berpartisipasi dan mengantisipasi derasnya jasa pendidikan yang tidak jarang bergeser dari misi semula. Grasindo pun memilih untuk mengembangkan sumber daya manusia Indonesia yang mayoritas berada pada umur produktif.

Awalnya, Grasindo bergerak pada bidang penerbitan buku-buku teks atau pelajaran untuk taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah menengah umum, dan perguruan tinggi. Tahun 1990, sebuah majalah pendidikan yang bernama ARIF terbit perdana. ARIF diterbitkan untuk mengisi kebutuhan anak-anak terutama di usia sekolah dasar, dalam mempersiapkan diri ke tingkat pendidikan selanjutnya.

Seiring dengan kebutuhan dari berbagai kalangan, maka Grasindo juga mengembangkan sayapnya ke buku-buku di luar buku teks atau buku pelajaran. Diawali dengan diterbitkannya buku cerita-cerita rakyat, lagu anak-anak karya


(63)

komposisi Indonesia yang diakui handal seperti bapak AT Mahmud dan ibu Kasur, permainan anak-anak yang menunjang kepiawaian anak dalam bidang matematik yaitu Polydron, dan buku-buku "Bagaimana" atau "How To" untuk orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Alasan lain pengembangan beberapa produk ini adalah mengantisipasi lajunya media elektronika yang menampilkan film-film ataupun cerita-cerita yang sebenarnya kurang sesuai dengan usia anak-anak terutama anak-anak-anak-anak di tingkat taman kanak-anak-kanak-anak dan sekolah dasar. Terlebih lagi, kurangnya pendampingan para orang tua ketika mereka mengkonsumsi tayangan-tayangan atau permainan-permainan tersebut.

Dalam kerangka pengembangan produk inilah, kami, PT Grasindo mengadakan jalinan kerja sama dengan beberapa penerbit negara asing seperti Inggris, Belanda, Jerman, Australia, Jepang, Singapura, Malaysia, dan Amerika. Kami juga telah melakukan kolaborasi dengan kedutaan besar Australia untuk Indonesia dengan menerbitkan buku Geografi Australia. Kami mendistribusikan ke banyak sekolah di Indonesia dan menciptakan "workshop" bagi para guru terutama guru-guru di daerah. Pada awal Oktober 2000, UNTAET (United Nations Transition Administration in East Timor) membeli beberapa judul buku dari Grasindo untuk anak – anak di Timor Timur. Jalinan hubungan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan juga kami adakan dengan lembaga-lembaga atau yayasan – yayasan lokal.


(64)

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumalah 60 orang, terdiri dari 30 orang karyawan wiraniaga dan 30 orang karyawan non wiraniaga. Lama bekerja subjek penelitian pada PT. Grasindo sendiri sangat bervariasi dari yang baru 1 bulan bekerja hingga yang sudah 25 tahun bekerja, namun sebagian besar subjek karyawan wiraniaga lama bekerja mereka rata – rata di bawah 5 tahun. Untuk karyawan non wiraniaga, subjek penelitian pun bervariasi, ada karyawan bagian keungan, penerbitan, redaksi, dan lain – lain. Jika ditinjau dari jenis kelamin pada karyawan wiraniaga hampir 90% subjek adalah pria, sedangkan pada karyawan non wiraniaga bisa dikatakan seimbang jumlah subjek antara pria dan wanita. Penjabaran dalam bentuk tabel dapat di lihat sebagai berikut :

Tabel 3 Data Subjek

Wiraniaga Non Wiraniaga

Jenis Kelamin Pria 21 16

Wanita 9 14

Lama Bekerja

>1 tahun 12 -

1 tahun – 10 tahun 15 14

11 tahun – 20 tahun 3 14

21 tahun – 30 tahun - 2

Divisi

Pemasaran 30 -

Editor - 12

Keuangan - 4

Redaksi - 14


(65)

C. Try Out alat penelitian

1. Persiapan Try out alat penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan nomor 73 b/D/KP/Psi/USD/VII/2007. Uji coba (try out) skala penelitian dilakukan pada tanggal 04 – 06 Agustus 2007 dan dilaksanakan di PT Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta dengan subyek penelitian adalah karyawan wiraniaga dan karyawan non wiraniaga PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Pengujian skala penelitian serta pengambilan data dilakukan dengan meminta bantuan dari Sekretaris PT Gramedia Widiasarana Indonesia yaitu Ibu Oki untuk menyebarkan skala kepada karyawan baik wiraniaga maupun non wiraniaga PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Penyebaran skala untuk uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 04 Agustus 2007 dan dikembalikan tanggal 06 Agustus 2007.

2. Uji Coba Alat Ukur

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang berupa skala Tingkat Stres Kerja. Skala penelitian ini disusun oleh peneliti dengan mengacu pada aspek – aspek yang dijadikan stresor . Alat ukur ini berjumlah 60 item yang terdiri dari tiga (3) aspek stres kerja yaitu: Psikologis, Fisik, dan Perilaku.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba alat penelitian. Uji coba alat ukur dilakukan untuk melihat reliabilitas alat penelitian yang akan digunakan pada penelitian sesungguhnya. Skala Tingkat


(66)

Stres kerja diuji cobakan kepada 30 karyawan wiraniaga dan 30 karyawan non wiraniaga. Pengisian skala dilakukan secara individu dikarenakan perusahaan tidak dapat memberikan waktu jika akan dilakukan tes secara klasikal.

Perusahaan beranggapan bahwa setiap karyawan dari masing – masing divisi memiliki kesibukan yang berbeda sehingga bila akan dilakukan tes secara bersamaan/klasikal akan kesulitan dalam menentukan waktunya. Pengisian secara klasikal terhadap alat ukur dibantu oleh perusahaan yang diwakili oleh bagian administrasi untuk menyebarkan alat ukur penelitian. Peneliti memberitahukan kepada bagian administrasi perusahaan cara mengisi skala (alat ukur) yaitu dengan memberi tanda silang (x) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia. Alat ukur (skala stres kerja) setelah diisi oleh karyawan yang dikembalikan kepada peneliti sesuai dengan jumlah yang disebar/dibagikan.

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur a. Uji Kesahihan Item

Uji kesahihan item digunakan untuk melihat dan memilih item-item yang lolos seleksi, yang dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian serta item-item yang tidak lolos seleksi yang tidak dapat digunakan dalam pengambilan data penelitian (sahih dan gugur). Pemilihan item – item yang lolos seleksi peneliti menggunakan Reliability Analisis – Scale (Alpha) dari SPSS 13.00 for Windows. Kriteria pemilihan item yang digunakan berdasarkan korelasi item total, yaitu r

≥ 0,3. Item yang memiliki indeks daya diskriminasi lebih besar dari 0,3 dapat digunakan pada skala penelitian sesungguhnya. Sebaliknya apabila daya


(67)

diskriminasi item kurang atau lebih kecil dari 0,3 (r ≥ 0,3) maka item tersebut tidak dapat dipergunakan dengan kata lain item tersebut gugur.

Hasil analisis menunjukkan dari 60 item pada skala Tingkat Stres Kerja, item-item yang gugur berjumlah 6 item-item, yaitu item-item nomor 24, 33,39,47,53,60. Komposisi jumlah item berdasarkan dari hasil pemilihan item dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4

Tabel spesifikasi skala tingkat stres kerja

Aspek/ Komponen Nomor item Jumlah Favorabel (-) Unfavorabel (+)

Gejala Psikologis 1,4,13,19,25, 31,37,43,49,55

7,10,16,22,28, 34,40,46,52,58

20

Gejala Fisik 2,5,14,20,26, 32,38,44,50,56

8,11,17,23,29, 35,41,*47,*53,59

20

Gejala Perilaku 3,6,15,21,27, *33,*39,45,51,57

9,12,18,*24,30, 36,42,48,54,*60

20

30 30 60

*) item-item gugur setelah uji coba

Item penelitian yang berjumlah 60 item dikurangi jumlah item yang gugur menjadi 54 item dan akan menjadi bentuk baku dalam penelitian sesungguhnya. Pengurangan ini dilakukan terhadap item dengan nilai korelasi total yang lebih rendah dengan memperhatikan persebarannya pada tiap komponen objek tingkat stres kerja, komponen tingkat stres kerja serta item dengan pernyataan favorabel

dan unfavorabel. Berikut distribusi setelah dilakukan pengurangan: Tabel 5

Tabel spesifikasi skala Tingkat stres kerjasetelah uji coba

Aspek/ Komponen Nomor item Jumlah Favorabel (-) Unfavorabel (+)

Gejala Psikologis 1,4,13,19,24,30,35,40,45,50 7,10,16,22,27,32,37,43,48,53 20 Gejala Fisik 2,5,14,20,25,31,36,41,46,51 8,11,17,23,28,33,38,54 18 Gejala Perilaku 3,6,15,21,26,42,47,52 9,12,18,29,34,39,44,49 16


(68)

b. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach, dan penghitungannya menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 13.0. Reliabilitas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan dan konsistensi (Azwar, 2001). Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan reliabilitas alat tes ini adalah koefisien alpha Cronbach, sebab koefisien alpha mempunyai nilai praktis dan koefisien yang tinggi karena hanya dilakukan satu kali pada sekelompok subyek (Azwar, 2001). Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisien mencapai rxx = 0,900 atau yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00 dan semakin tinggi koefisien reliabilitas yang diperolehnya semakin tinggi tingkat kepercayaan hasil pengukuran alat tersebut bagi kelompok subyek yang diteliti (Azwar, 1999).

Try out Skala Tingkat Stres kerja dalam pengujian reliabilitasnya menggunakan koefisien alpha dengan pendekatan satu kali penyajian dan menyajikan satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden (SingleTrialAdministration ), untuk menghindari permasalahan yang timbul dalam pendekatan reliabilitas tes ulang. Hasil reliabilitas didapatkan dengan menggunakan SPSS for Windows Release versi 13.00. Hasil koefisien reliabilitas yang diperoleh adalah 0, 830, N = 60, N item = 54. Hasil try out skala tingkat stres kerja untuk menguji reliabilitas didapatkan nilai reliabilitasnya 0,830 yang mengindikasikan keajegan yang tinggi sehingga alat ukur ini dapat dipercaya untuk mengungkap tujuan penelitian.


(1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test tingkat stres kerja sales tingkat stres kerja non sales

N 30 30

Normal Parameters(a,b) Std. Deviation Mean 110,7333 100,6667 11,64395 12,02392 Most Extreme

Differences

Absolute ,143 ,079 Positive ,096 ,073 Negative -,143 -,079 Kolmogorov-Smirnov Z ,783 ,432

Asymp. Sig. (2-tailed) ,572 ,992 a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

tingkat stres kerja Levene

Statistic df1 df2 Sig. ,198 1 58 ,658

ANOVA

tingkat stres kerja Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1520,067 1 1520,067 10,852 ,002

Within Groups 8124,533 58 140,078 Total 9644,600 59


(2)

T-Test

Group Statistics

Karyawan N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean tingkat stres kerja wiraniaga 30 110,7333 11,64395 2,12588

non wiraniaga 30 100,6667 12,02392 2,19526

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper tingkat stres kerja Equal variances

assumed ,198 ,658 3,294 58 ,002 10,06667 3,05590 3,94961 16,18372 Equal variances

not assumed 3,294 57,940 ,002 10,06667 3,05590 3,94948 16,18386

Frequencies

Statistics tingkat stres kerja wiraniaga tingkat stres kerja non wiraniaga

N Valid 30 30

Missing 30 30 Mean 110.7333 100.6667 Std. Error of Mean 2.12588 2.19526

Median 113.5000(a) 101.3333(a) Std. Deviation 11.64395 12.02392

Variance 135.582 144.575 Range 38.00 51.00 Minimum 88.00 72.00 Maximum 126.00 123.00


(3)

Histogram

130.00 120.00

110.00 100.00

90.00 80.00

tingkat stres kerja wiraniaga

7

6

5

4

3

2

1

0

Fr

equency

Mean = 110.7333 Std. Dev. = 11.64395 N = 30


(4)

130.00 120.00

110.00 100.00

90.00 80.00

70.00

tingkat stres kerja non wiraniaga

5

4

3

2

1

0

Fr

equency

Mean = 100.6667 Std. Dev. = 12.02392 N = 30


(5)

LAMPIRAN 5


(6)