2.1.1.3 Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mengandung nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam pribadi peserta didik. Zubaedi 2011: 74-75 mengemukakan nilai-nilai
pendidikan karakter berdasarkan rujukan dari tujuan pendidikan nasional, antara lain: 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4 disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7
mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu, 10 Semangat Kebangsaan, 11 Cinta Tanah air, 12 Menghargai Prestasi, 13 BersahabatKomunikatif, 14
Cinta Damai, 15 Gemar Membaca, 16 Peduli Lingkungan, 17 Peduli Sosial, 18 Tanggung Jawab.
Selain itu Kemendiknas 2011 mengungkapkan 25 karakter yang harus di integrasikan dalam pendidikan karakter antara lain: 1 kereligiusan, 2 kejujuran,
3 kecerdasan, 4 tanggung jawab, 5 kebersihan dan kesehatan, 6 kedisiplinan, 7 tolong-menolong, 8 berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
9 kesantunan, 10 ketangguhan, 11 kedemokratisan, 12 kemandirian, 13 keberanian mengambil resiko, 14 berorientasi pada tindakan, 15 berjiwa
kepemimpinan, 16 kerja keras, 17 percaya diri, 18 keingintahuan, 19 cinta ilmu, 20 kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, 21 kepatuhan
terhadap aturan-aturan sosial, 22 menghargai karya dan prestasi orang lain, 23 kepedulian
terhadap lingkungan,
24 nasionalisme,
25 menghargai
keberagaman. Dalam penelitian ini peneliti akan mengembangkan karakter kesantunan
dan menghargai yang bersifat sosial dan karakter cermat yang lebih bersifat individual personal. Berikut ini penjabaran dari ketiga karakter tersebut :
a. Kesantunan
Samani memaknai kesantunan sebagai kebiasaan berperilaku sopan santun, berbudi bahasa halus sebagai perwujudan rasa hormatnya kepada
orang lain 2011:119. Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh penuturpenulis agar tidak menyinggung perasaan
pendengar atau pembaca Pranowo, 2009: 4. Kesantunan merupakan salah satu hal yang penting dan memiliki keterkaitan yang kuat dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Widharyanto mengungkapkan bahwa pengembangan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang
berpotensi mengandung rasa bahasa, tidak dapat mengabaikan pandangan- pandangan dasar tentang kesantunan berbahasa 2013: 75.
Leech dalam Widharyanto menegaskan bahwa dalam praktik berbahasa santun terdapat sejumlah prinsip, yakni 1 kerendahan hati
modesty, 2 menjaga perasaan tact, 3 memberikan persetujuan approbation, 4 memberikan simpati sympathy, 5 kemurahan hati
generosity, dan kesepakatan agreement. Pranowo berpendapat mengenai indikator kesantunan antara lain: 1 perhatikan suasana
perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra tutur berkenan angon rasa, 2 pertemukan perasaan Anda dengan
perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki karena sama-sama diinginkan adu rasa, 3 pertemukan perasaan Anda
dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki kerena sama-sama diinginkan adu rasa, 3 jagalah agar
tuturan dapat diterima oleh mitra tutur karena mitra tutur sedang berkenan
di hati empan papan, 4 jagalah agar tuturan memperhatikan rasa ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur sifat hormat, 5 jagalah
agar tuturan selalu memperhatikan bahwa mitra tutur diposisikan pada tempat yang lebih tinggi sikap hormat. 6 jagalah agar tuturan selalu
memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga dirasakan oleh penutur sikap tepa selira.
Berdasarkan penjelasan mengenai kesantunan di atas maka seseorang dapat dikatakan mengunakan bahasa yang santun dalam menulis
setidaknya memenuhi beberapa kriteria diantaranya 1 pemilihan kata yang mencerminkan rasa santun dan 2 memperhatikan suasana perasaan
teman menjaga perasaan. b.
Cermat Kecermatan merupakan bagian dari karakter kecerdasan.
Kemendiknas 2011 mendefinisikan kecerdasan sebagai “kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat
”. Sementara itu Samani dan Hariyanto berpendapat bahwa cerdas yaitu
berfikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan empatik 2011:
51. Berdasarkan definisi dari kecerdasan dapat dikatakan bahwa
karakter kecerdasan memuat kecermatan. Karakter kecermatan diturunkan oleh karakter kecerdasan. Penelitian ini akan lebih
menfokuskan pada karakter kecermatan.
Hidayatullah mendefinisikan cermat memiliki arti jeli, tepat, teliti berhati-hati dalam menjalankan tugas, dan penuh minat 2010: 81.
Samani dan Heriyanto memaknai kecermatan sebagai benar-benar teliti dan hati-hati, membuat perhitungan dengan akurat, baik dalam bersikap
maupun bertindak 2011: 127. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti dapat mengembangkan 2 indikator yang digunakan untuk mengukur
sikap cermat yaitu teliti dan tepat. Siswa dapat dikatakan cermat apabila ia teliti dalam mengoreksi kesalahan tanda baca dalam sebuah surat dan
tepat dalam menggunakan kalimat dan tanda baca pada saat menulis surat.
c. Menghargai
Menghargai dalam
KBBI berarti
harga, menghormati,
mengindahkan, dan memandang penting terhadap suatu hal diartikan 2008:483. Samani dan Heriyanto 2011: 55 memberi penjelasan
mengenai cara menjadi orang yang menghargai seperti berikut 1 perlakukanlah orang lain seperti halnya engkau ingin diperlakukan, 2
jadilah orang yang beradap dan sopan, 3 dengarlah apa yang dikatakan oleh orang lain, 3 jangan menghina orang, atau memperolok-olokkan
atau memangil dengan julukannya, 4 jangan pernah mengancam atau memalak orang lain, 5 jangan menilai orang sebelum mengenalnya
dengan baik. Uraian diatas dijadikan dasar bagi peneliti untuk mengembangkan
indikator menghargai. Indikator pertama adalah mendengarkan teman
yang sedang berbicara. Indikator kedua adalah memberikan respon positif terhadap pendapat teman.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia