Pada pemakaian pelunakan air dapat diterapkan untuk menurunkan kesadahan air, yaitu untuk menghilangkan ion – ion yang sering berada dalam air sadah, misalnya
calsium, magnesium atau ion sisa asam misalnya sulfat, khlorida, dan kandungan logam berat yang sering terikut, misalnya besi aluminium.
1.2 Permasalahan
Boiler untuk memproduksi steam yang di butuhkan dalam pengolahan kelapa sawit di PKS membutuhkan air umpan dengan persyaratan tertentu. Air umpan yang
tidak kurang memenuhi syarat dapat menimbulkan masalah selama pengoperasian boiler tersebut. Karena sumber air tidak menghasilkan air yang memenuhi persyaratan
tersebut, maka perlu diolah terlebih dahulu sebelum diumpankan ke dalam boiler. Masalah-masalah seperti pembentukan kerak dan korosi dapat ditimbulkan oleh air
yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan.
1.3 Tujuan
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui tahap-tahap pengolahan dan cara analisa yang akan digunakan untuk air umpan boiler di pabrik kelapa sawit
PTPN II Pagar Merbau serta mengetahui jenis dan karakteristik resin yang di gunakan pada unit pertukar kation dan unit pertukar anion pada pabrik kelapa sawit PTPN II
Pagar Merbau.
1.4 Manfaat
Dengan pengendalian kualitas air umpan yang baik, dapat mencegah atau mengurangi terjadinya korosi kerak pada dinding sebelah dalam boiler yang dapat
menimbulkan kerusakan pada boiler serta mengetahui jangka waktu penggunaan resin yang baik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Resin Penukar Ion
Universitas Sumatera Utara
Sejarah pertukaran ion sebenarnya sama usianya dengan peradaban manusia itu sendiri, yaitu dimulai pada saat mereka memperhatikan tanah tempatnya berpijak.
Gejala pertukaran ion berlangsung di seluruh alam semesta: jauh lebih banyak ion dari pada molekul netral. Catatan sejarah, Aristoteles 384-322 SM, mengamati bahwa air
laut ataupun air kotoran, bila dilewatkan melalui lapisan pasir atau batuan, akan menghasilkan air yang layak minum. Kemudian Sir Francis Bacon dengan dua puluh
bejananya. Sir Humphry Davy, Lambuschini dan Huxtable mengamati bagaimana tanah menyerap kotoran ternak, dan Fuch melihat lempung tertentu mengeluarkan
kalium dan natrium bila diberi perlakuan gamping kapur. Pelan tapi pasti, manusia makin mencoba mengerti.
Abad 19 manusia menapaki arah yang tepat. Berawal dari kerja Spence asal York yang memberi perlakuan amonium sulfat pada kolom pasir-lempung, dan
ternyata menghasilkan gips pada eluetnya. Kemudian Thompson dan Way, profesor kimia, melanjutkan penemuan tadi 1850-1854 dan mengamati bahwa tanah dapat
mempertukarkan basa : amonium, kalsium dan magnesium.
Tonggak besar berikut setelah Spence-Thompson-Way, ialah pembuatan resin penukar ion organik sintetik, oleh adams-Hol_mes1935, yang setelah Perang Dunia
menjual hak patennya itu ke AS. Penukar ion hasil polikondensasi makin digantikan produk polimerisasi, tahun 1945 D’Alelio menemukan cara pemasukan sulfonat ke
Universitas Sumatera Utara
resin polistirena terikat silang. Begitulah perkembangan iptek pertukaran ion makin cerah, tak ada yang sanggup mencegahnya. Dan sejak akhir Perang Dunia II, bidang
penukar ion makin melejit pengembangan serta penerapannya. Konrad Dorfner, anton. J. Hartomo, 1995.
2.2 Berbagai Resin Penukar ion