Deskripsi StrukturTatak Nantampuk Mas dan MusikIringanYang Dipertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat
DESKRIPSI STRUKTURTATAK NANTAMPUK MAS DAN MUSIK IRINGAN YANG DIPERTUNJUKKAN OLEH SANGGAR NINA NOLA DI DESA SUKARAMAI, KECAMATAN KERAJAAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT
SKRIPSI SARJANA O
L E H
NAMA : YENNI ALEXANDRA MARPAUNG NIM : 100707053
UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI 2014
(2)
DESKRIPSI STRUKTUR TATAK NANTAMPUK MAS DAN MUSIK IRINGAN YANG DIPERTUNJUKKAN OLEH SANGGAR NINA NOLA DI DESA SUKARAMAI, KECAMATAN KERAJAAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT
SKRIPSI SARJANA
NAMA : YENNI ALEXANDRA MARPAUNG NIM : 100707053
Disetujui oleh
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. Arifni Netrirosa, SST.,M.A.
NIP 196311161990032001 NIP196502191994032002
UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN
(3)
PENGESAHAN DITERIMA OLEH:
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin ilmu Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001
Panitia Ujian: Tanda Tangan
1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D( )
2. Dra. Herstina Dewi, M.Pd( )
3. Dra. Rithaony Hutajulu, M.A ( )
4. Arifninetrirosa, SST. M.A( )
(4)
DISETUJUI OLEH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOOGI KETUA,
Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. NIP 196512211991031001
(5)
ABSTRAKSI
Skripsi iniberjudul Deskripsi StrukturTatak Nantampuk Mas dan MusikIringanYang Dipertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Melalui skripsi ini, penulis akan mengkaji tentang deskripsi pertunjukan tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukan oleh sanggar Nina Nola. Penelitiannya akan difokuskan kepada bagaimana deskripsi gerak tatak Nantampuk Mas serta musik iringa n yang di gunakan untuk mengiringi tatak Nantampuk Mas tersebut.
Pendekatan yang akan penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun dalam proses kerjanya, penulis akan melakukan pengamatan terlibat, wawancara, studi pustaka ( termasuk pustaka online), perekaman kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini terfokus kepada pendapat informan dalam konteks studi emik, namun diimbangi dengan pendekatan etnik oleh penulis. Informan berjumlah enam orang,yang terdiri dari satu orang Budayawan Pakpak sekaligus pimpinan sanggar Nina Nola, satu orang Budayawan sekaligus penari Pakpak, satu orang pelatih tatak Nantampuk Mas, satu orang penari dan 2 orang pemain musik tatak Nantampuk Mas. Pada proses pentranskripsian musik iringannya akan dituliskan ke dalam notasi balok dengan menggunakan program sibelius.
Dari metode dan teknik tersebut di atas akan didapatkan hasil penelitian, yaitu deskripsi tatak Nantampuk Mas dan struktur melodi kalondang yang secara umum adalah repetitif.
(6)
ABSTRACT
This thesis entitled Deskripsi Struktur Tatak Nantampuk Mas dan MusikIringanYang Dipertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Throughthis
paper, the authorswillexamine thedescription ofthe
showtatakNantampukMasperformedbyNinaNolastudio. His researchwillfocus onhow themotiondescriptiontatakNantampukMasandmusicalaccompanimentthat is usedto accompanythetatakNantampukMas.
The approaches used is qualitative research methods. In the process it works, the author will do partisipant observations, interview, study of literature (include online literature), recording, transcription, and laboratory analysis. This research focused on informants opinion in the context of emic study, but offset by ethic study of the author. The informant amounted six, consisting of onepersonat
the samePakpakCulturalworkshopleaderNinaNola, onepersonat
onceCulturalPakpakdancers, onecoachtatakNantampukMas, the dancers and 2 musicians tatak Nantampuk Mas. In the transcription process will be written to the accompaniment of music notation program Sibelius beam using.
Of methods and techniques mentioned above will get the results of the research, namely the description tatak Nantampuk Mas and kalondangs and melodic structures generally are repetitive.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Deskripsi StrukturTatak Nantampuk Mas dan Musik Iringan Yang Dipertunjukkan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Tugas akhir ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) dari Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc ((CTM), Sp.A(K)) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya beserta jajarannya yang telah memberikan fasilitas dan sarana pembelajaran selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sumatera Utara ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. selaku ketua Departemen Etnomusikologi dan kepada Ibu Heristina Dewi selaku sekretaris Departemen Etnomusikologi. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih juga kepada Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Arifni Netrirosa, SST., M.A. selaku dosen pembimbng II. Kedua Ibu dosen pembimbing yang baik dan luar biasa ini telah banyak memberikan saran serta semangat kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini. Begitupun dengan para Bapak dan Ibu dosen beserta staff di Departemen Etnomusikologi yang tidak dapat saya sebutkan satu
(8)
persatu, saya mengucapkan banyak terima kasih karena telah turut membantu lancarnya proses penyelesaian skripsi ini.
Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua yang penulis cintai, Bapak D. Marpaung dan Ibu Kristina Tan yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan doa khususnya selama proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada saudara-saudara yang penulis sayangi kakak Febrina Suryani Marpaung, abang Davit Nikson Marpaung, adik Riky Adriano Marpaung, dan adik Sebastian Yogi Marpaung. Seluruh keluarga besar Marpaung serta keturunan Tan Tek KiM, doa dan dukungan kalian sangat membantu penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Selain itu, penulis juga banyak berterima kasih kepada keluarga besar Bapak Atur Pandapotan Solin dan Ibu Marseti Limbong yang menyambut penulis dengan sangat baik dan dengan tulus membantu dan memberikan banyak informasi kepada penulis, juga memberikan tempat tinggal selama penulis melakukan penelitian. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya juga kepada Ibu Romasta Uli Solin selaku informan yang sangat berperan penting dalam penulisan skripsi ini, dan para pemusik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengiringi tarian yang diangkat oleh penulis yaitu abang Mardi Boang Manalu, dan adik Edp Samuel Solin. Begitu pula penulis ucapkan terima kasih kepada adik-adik penari yang sudah banyak meluangkan waktunya untuk membantu menarikan tatak Nantampuk Mas sebagai bahan penelitian penulis, yaitu Samaria Juni Oprawati br Solin, Mesi Tania br Solin, Iren br Boang Manalu, Yusi br Limbong, dan seluruh keluarga besar sanggar Nina Nola.
(9)
Ucapan terima kasih pula kepada seluruh teman-teman angkatan 2010, yang banyak memberi kritik dan saran mulai dari awal duduk diperkuliahan sampai pada saat penulis mengerjakan tugas akhir ini. Dan untuk sahabat-sahabat terdekat penulis yang selama ini banyak berbagi suka maupun duka dengan penulis selama duduk dibangku perkuliahan yakni, Maharani Natalia Tarigan, Meilinda Tarigan, Frita Angelina Pakpahan S.Sn, dan Pretty Pancariani Manurung. Penulis juga berterima kasih secara khusus kepada orang yang penulis kasihi A.M. Surung Mandiri Solin yang sudah banyak memberikan semangat, doa, dukungan serta telah susah payah membantu pada saat proses penelitian penulis hingga sampai penyelesaian skrispi ini.
Untuk Black Canal Community, dimana penulis banyak juga mendapatkan pengalaman, motivasi, dan tempat penulis banyak berdiskusi bersama abang, kakak dan teman-teman seangkatan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bang Ivan Sianipar S.Sn, Bang Boim, Bang Fuad S.Sn, Bang Batoan S.Sn, Bang Freddy, Bang Muek, Benny Yogi Purba, Rendy Pradan, Ferry Sihombing, Dolok, Woyo, Coy, Erick, Rony, Ucup Regar, dan seluruh keluarga besar Black Canal Community yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik- adik yang bergabung di dalam Contatra Etnomusikologi, kepada ; Lisken, Vero, Oliv, Yunita, Inggrid, Ria, Demala, Tika, Odah, Happy, dan Tetty yang bersama-sama dengan penulis membentuk komunitas ini untuk saling berbagi ilmu tentang tari, dan terkhusus kepada Kak Yunika Ginting S.Sn dan Kak Reny Lumbantoruan S.Sn yang banyak memberi penulis ilmu, pengalaman dan nasehat-nasehat.
(10)
Penulis juga mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati dan apabila ada nama yang lupa penulis cantumkan. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat Pakpak, bagi pembaca, dan juga kepada peneliti berikutnya.
Medan, Oktober 2014
Penulis
Yenni Alexandra Marpaung
(11)
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI... V ABSTRACT... VI KATA PENGANTAR... VII DAFTAR ISI... XI DAFTAR GAMBAR... XIV DAFTAR TABEL... XV
BAB I: PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Pokok Permasalahan... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat... 8
1.3.1 Tujuan... 8
1.3.2 Manfaat... 8
1.4 Konsep dan Teori... 9
1.4.1 Konsep... 9
1.4.2 Teori... 10
1.5 Metode Penelitian... 12
1.5.1 Studi Kepustakaan... 14
1.5.2 Penelitian Lapangan... 14
1.5.3 Kerja Laboratorium... 16
1.6 Lokasi Penelitian... 17
BAB II: GAMBARAN UMUM MASYARAKAT PAKPAK DAN SANGGAR NINA NOLA DI DESA SUKARAMAI, KECAMATAN KERJAAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT... 18 2.1 Letak Geografis Kabupaten Pakpak Bharat... 18
2.2 Sistem Kepercayaan... 20
2.2.1 Kepercayaan Terhadap Dewa-Dewa... 20
2.2.2 Kepercayaan Terhadap Roh-Roh... 22
2.3 Sistem Kekerabatan... 23
2.3.1 Marga... 23
2.3.2 Sulang Silima... 23
2.4 Sistem Bahasa... 26
2.5 Sistem Kesenian... 27
2.5.1 Seni Musik... 27
2.5.2 Seni Suara... 32
2.5.3 Seni Tari... 35
(12)
2.7 Sanggar Nina Nola... 45
BAB III: STRUKTUR PERTUNJUKAN TATAK NANTAMPUK MAS... 47 3.1 Asal Usul Tatak Nantampuk Mas... 47
3.2 Jalannya Pertunjukan Tatak Nantampuk Mas... 48
3.3 Pertunjukan Tatak Nantampuk Mas... 48
3.3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan... 48
3.3.2 Pendukung Pertunjukan... 49
3.3.2.1 Penari... 49
3.3.2.2 Pemusik... 50
3.3.2.3 Penonton... 51
3.3.3 Perlengkapan Pertunjukan... 51
3.3.3.1 Kostum... 51
3.3.3.2 Tata Rias... 55
3.3.4 Alat Musik Yang Digunakan... 56
3.3.4.1 Kalondang... 57
3.3.4.2 Kucapi... 58
3.3.4.3 Lobat... 59
3.3.4.4 Gendang Sitellu-Tellu... 60
3.3.4.5 Gung Sada Rabaan... 61
BAB IV: DESKRIPSI STRUKTUR TATAK NANTAMPUK MAS DAN MUSIK IRINGAN... 62 4.1 Deskripsi Gerak Tatak Nantampuk Mas... 62
4.1.1 Ragam dan Pola Gerak... 63
4.1.2 Pola Lantai... 64
4.2 Analisis Musik Iringan... 76
4.2.1 Model Notasi... 77
4.2.2 Melodi Kalondang dan Strukturnya... 79
4.2.2.1 Tangga Nada... 80
4.2.2.2 Nada Dasar... 81
4.2.2.3 Wilayah Nada... 81
4.2.2.4 Frekuensi Pemakaian Nada... 81
4.2.2.5 Jumlah Interval... 82
4.2.2.6 Formula Melodik... 83
4.2.2.7 Pola Kadensa... 85
(13)
BAB V: PENUTUP... 88
5.1 Kesimpulan... 88
5.2Saran... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Kecamatan Kerajaan Dilihat dari Kabupaten Pakpak Bharat...
19
Gambar 2.2 Genderang Sisibah... 29
Gambar 2.3 Tatak Menabe Page... 38
Gambar 2.4 Tatak Garo-garo... 39
Gambar 2.5 Tatak Tintoa Ser-ser... 40
Gambar 2.6 Tatak Menganjaki Takal-takal... 41
Gambar 2.7 Tatak Renggisa... 42
Gambar 2.8 Tatak Perampuk-ampuk... 43
Gambar 2.9 Tatak Menapu Kopi... 44
Gambar 3.1 Pertunjukan Tatak Nantampuk Mas Pada Pembukaan Acara Pelantikan IKPPI... 49 Gambar 3.2 Kostum dan Properti Penari... 54
Gambar 3.3 Kalondang... 57
Gambar 3.4 Kucapi... 58
Gambar 3.5 Lobat... 59
Gambar 3.6 Gendang Sitellu-tellu... 59
(15)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembagian Alat Musik Berdasarkan Cara Memainkannya... 31
Tabel 4.1 Nama Ragam Gerak Tatak Nantampuk Mas...64 Tabel 4.2 Deskripsi Gerak Tatak Nantampuk Mas... 65
(16)
ABSTRAKSI
Skripsi iniberjudul Deskripsi StrukturTatak Nantampuk Mas dan MusikIringanYang Dipertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Melalui skripsi ini, penulis akan mengkaji tentang deskripsi pertunjukan tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukan oleh sanggar Nina Nola. Penelitiannya akan difokuskan kepada bagaimana deskripsi gerak tatak Nantampuk Mas serta musik iringa n yang di gunakan untuk mengiringi tatak Nantampuk Mas tersebut.
Pendekatan yang akan penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun dalam proses kerjanya, penulis akan melakukan pengamatan terlibat, wawancara, studi pustaka ( termasuk pustaka online), perekaman kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini terfokus kepada pendapat informan dalam konteks studi emik, namun diimbangi dengan pendekatan etnik oleh penulis. Informan berjumlah enam orang,yang terdiri dari satu orang Budayawan Pakpak sekaligus pimpinan sanggar Nina Nola, satu orang Budayawan sekaligus penari Pakpak, satu orang pelatih tatak Nantampuk Mas, satu orang penari dan 2 orang pemain musik tatak Nantampuk Mas. Pada proses pentranskripsian musik iringannya akan dituliskan ke dalam notasi balok dengan menggunakan program sibelius.
Dari metode dan teknik tersebut di atas akan didapatkan hasil penelitian, yaitu deskripsi tatak Nantampuk Mas dan struktur melodi kalondang yang secara umum adalah repetitif.
(17)
ABSTRACT
This thesis entitled Deskripsi Struktur Tatak Nantampuk Mas dan MusikIringanYang Dipertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Throughthis
paper, the authorswillexamine thedescription ofthe
showtatakNantampukMasperformedbyNinaNolastudio. His researchwillfocus onhow themotiondescriptiontatakNantampukMasandmusicalaccompanimentthat is usedto accompanythetatakNantampukMas.
The approaches used is qualitative research methods. In the process it works, the author will do partisipant observations, interview, study of literature (include online literature), recording, transcription, and laboratory analysis. This research focused on informants opinion in the context of emic study, but offset by ethic study of the author. The informant amounted six, consisting of onepersonat
the samePakpakCulturalworkshopleaderNinaNola, onepersonat
onceCulturalPakpakdancers, onecoachtatakNantampukMas, the dancers and 2 musicians tatak Nantampuk Mas. In the transcription process will be written to the accompaniment of music notation program Sibelius beam using.
Of methods and techniques mentioned above will get the results of the research, namely the description tatak Nantampuk Mas and kalondangs and melodic structures generally are repetitive.
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Pakpak adalah salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pakpak kaya akan budaya dan kesenian.Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi (1986), Koentjaraningrat menyebutkan bahwa kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur kebudayaan, dan salah satunya adalah kesenian.Kesenian selalu muncul dalam berbagai kegiatan upacara tradisional ditengah-tengah masyarakat pendukungnya, seperti upacara keagamaan, upacara kematian, upacara perkawinan, dan diberbagai macam aktivitas keseharian masyarakat tradisional lainnya.Kesenian sudah menjadi tradisi turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur, yang pada zaman dahulu merupakan tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari pola kehidupan masyarakatnya.Begitupun dengan masyarakat Pakpak, banyak kesenian yang masih hidup dan berkembang dan salah satunya adalah seni tari. Tari dalam bahasa Pakpak disebut Tatak. Ada dua jenis pembagian
tatak yang terdapat di Pakpak, yaitu tatak adat dan tatak muda-mudi. Tatak adat umumnya bersifat turun temurun dan diperlihatkan secara otomatis pada upacara-upacara adat, yaitu kerja baik (acara suka) maupun kerja njahat (acara duka)1
1
Kerja baik (acara suka) khususnya dalam ulan merbayo atau pesta perkawinan, akan ada bagian dari acara yang akan menampilkan tatak. Pada saat menyambut kehadiran pihak puang atau kula-kula (kerapat pihak perempuan), pada saat menyambut dengan sibeltek atau sinina(Kerabat ahli bait) dan juga berru . Dalam acara Kerja Njahat, tatak menjadi menu utama. Kerja Njahat misalnya pada acara duka cita, meninggalnya seseorang yang sudah berusia lanjut atau tua yang lazim disebut ncayur tua, mengkurak tulan atau mengangkat tulang-tulang orang tua yang sudahlama meninggal, pendirian tugu ( penangkihken tulan mi jerro) dan lain-lain. Segala bentuk penghormatan terhadap kehadiran setiap para pihak baik puang kula-kula, dengan sebeltek, berru, bere, buberre, sipemerre, sinina dan semua kerabat ditandai dengan tatak. Belum lagi bahwa
(19)
Sementara tatak muda-mudi bersifat hiburan yang keberadaannya relatif baru. Dahulu kala tidak terlalu banyak tatak yang berkonotasi sebagai tarian muda-mudi, hanya ada beberapa seperti ndembass 2
TatakNantampuk Mas berarti tarian putri Nantampuk Mas, dinamakan
Nantampuk Mas, karena dulunya tatak ini hanya ditarikan oleh putri raja (beru pertaki) yang bergelar Nantampuk Mas. Dalam kesehariannya, sang putri selalu mengisi waktu senggangnya dengan menari bersama para dayang di kediamannya, atau yang dalam bahasa Pakpak disebut jero. Dikarenakan ketidaksengajaan para dayang menarikan tatak tersebut di luar istana, membuat tatak ini akhirnya di kenal oleh masyarakat Pakpak di luar istana
. Namun sejak tahun enampuluhan berbagai jenis tatak bermunculan, meskipun pada dasarnya diangkat dari tatak
masa dulu tetapi bentuk dan formasinya tergolong baru. Tatak jenis inilah yang kini lebih dikenal, dibanding akar tariannya. Beberapa tatak yang cukup terkenal diantaranya adalah tatak Garo-garo, tatak Renggisa, tatak MenabiPage, tatak Menapu Kopi, dan tatak Nantampuk Mas yang akan menjadi bahan penelitian penulis.
3
Pada masa sekarang ini, masyarakat Pakpak lebih mengenal
tatakNantampuk Mas sebagai tatak persembahan, yang biasanya di pertunjukan dalam upacara seremonial pemerintahan maupun acara hiburan yang dipertunjukkan di lapangan maupun gedung- gedung pemerintahan. Penarinya terdiri atas tiga atau tujuh orang perempuan maupun lebih, namun harus ganjil dan
.
sebelum orang tua dimakamkan, maka akan diantarkan melalui tatak sisangkar laus sebagai tatak penutup.
2
Ndembas pada masyarakat Pakpak dikenal sebagai tarian muda-mudi yang bersifat bebas. Tidak memiliki gerak yang ditentukan maupun siapa yang menarikan.
3
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Atur Pandapotan Solin, seorang budayawan Pakpak pada tanggal 26 Oktober 2013 di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.
(20)
merupakan perempuan- perempuan pilihan yang berambut panjang serta merupakan gadis- gadis tercantik yang ada di suku tersebut. Meskipun pada saat menari penarinya menggunakan tudung atau tengkuluk yang disebut sori-sori
yang dipakai untuk menutupi seluruh bagian kepala, namun untuk melambangkan bagaimana cantiknya paras seorang putri raja dan dayang-dayangnya4
Pada saat pertunjukan, penari menggunakan atasan seperti kemeja berlengan panjang yang disebut baju api-api dan bawahan atau rok yang dinamakan abit oles perdabaitak. Sedangkan untuk bagian kepala menggunakan topi atau tengkuluk yang dalam bahasa Pakpak disebut saong yang dinamakan sori-sori. Lalu ada pula selendang yang disebut sabe-sabe untuk diselempangkan di bahu, serta tambahan aksesoris lainnya, yaitu ikat pinggang yang disebut tali abak, anting-anting atau cimata, dan kalung atau lepa-lepa. Namun hal yang paling penting dalam penyajian tatak ini adalah adanya baka selampis. Baka selampis
merupakan tempat untuk menyimpan sirih, kapur, maupun beras yang disuguhkan kepada para tamu saat menari. Menurut Ibu Romasta Uli br Solin, sirih dan kapur dalam pertunjukan tatak Nantampuk Mas memiliki pesan yang ingin disampaikan penari yang dipilih harus tetap memiliki rambut yang panjang, meskipun pada saat menari rambutnya tidak terlihat. Berbagai daya tarik yang dimiliki tatak Nantampuk Mas
tampaknya masih kurang menjadi perhatian bagi sebagian besar masyarakat
Pakpak akan pentingnya melestarikan tarian ini. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya minat generasi muda untuk mengetahui dan mempelajari tentang
tatak Nantampuk Mas maupun kesenian Pakpak lainnya seperti yang dikatakan oleh Bapak Atur Pandapotan Solin.
4
Hasil wawancara penulis dengan Ibu Romasta Uli Solin, seorang penari tradisi Pakpak pada tanggal 27 Oktober 2013 di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.
(21)
kepada hadirin atau tamu dan undangan, bahwa tempat diadakannya acara telah dibersihkan sebelumnya dari segala gangguan mahluk-mahluk gaib maupun orang jahat yang ingin mengganggu kelancaran acara tersebut. Sedangkan beras sebagai tanda ucapan selamat datang bagi tamu dan undangan.
Dalam praktek tatak ini sendiri, ibu Romasta Uli Solin juga mengatakan bahwa gerakan pada tatak ini sebenarnya tidak terlalu sulit, hanya saja butuh ingatan yang kuat untuk mengingat setiap pergantian pola gerak dan pola lantai disetiap perubahan irama iringan musik, karena gerakannya bersifat repetitif (perulangan). Tatak ini ditarikan dengan durasi waktu tiga sampai lima menit, namun tidak jarang juga jika ditarikan tujuh sampai sepuluh menit, tergantung permintaan sebuah acara.
Setiap gerakan yang dilakukan bagian tubuh memiliki nama tersendiri. Mulai dari gerak dasar kaki, yaitu manerser kumoser (posisi kaki lurus rapat tidak bersentuan, bergeser kekiri +10 cm, mengangkat kedua lutut bergerak ke kiri setinggi 5 cm, sehingga tumpuan berat badan pada kedua ujung kaki dilantai. Kedua ujung kaki diangkat bergeser ke kiri setinggi 5 cm. Bergerak kekiri kurang lebih 10 cm, sehingga tumpuan berat badan berada pada kedua tumit), manerser merdalan (gerakan kaki mirip seperti gerakan kaki seseorang ketika sedang berjalan), dan manerser mengosos (gerakan menarik kaki kedepan dan kebelakang secara bergantian, posisi telapak kaki tetap menginjak tanah dan tidak diangkat ). Begitu pula dengan gerak dasar tangan, yaitu mengeleap manganggun (gerakan mengayunkan tangan, dimana posisi tangan berbentuk segitiga dan terkesan sedang menyikut sesuatu, oleh karena itu bahu ikut mengiringi gerakan sikut),
(22)
sesuatu), dan mengeleap menuruk (gerakan mengayunkan tangan seperti menyendok yakni menjolorkan tangan dari bawah menuju keatas. Tangan bergerak lurus kedepan jari – jari, tetapi ibu jari di lipat ke telapak tangan. Sewaktu bergerak tumpuan pada siku tangan). Untuk Gerak dasar badan, yaitu
tumeleng kumesing (gerakan berputar seluruh badan) dan tumeleng kumoser (bergeser, gerakan badan yang bergeser kekiri maupun kekanan, bahu di gerakkan kekiri dan kekanan lurus, dengan posisi badan sudut 300 ). Untuk Gerak dasar kepala, yaitu tumulih (gerakan kepala yang mengikuti gerakan mata yang menoleh kekiri maupun kekanan. Dagu bergerak lurus sesuai dengan arah gerak kepala), tungkuk (gerakan kepala menunduk dengan pandangan mata yang tidak selalu searah dengan kepala. Pada saat kepala menunduk mata bisa melihat atau melirik kedepan tetapi juga bisa melihat kebawah. Dagu di jatuhkan sehingga kepala posisi menunduk), jeddak (posisi kepala tegak lurus dan diikuti dengan pandangan mata dengan arah yang juga lurus ke depan), dan tumbereng (gerakan kepala dengan posisi miring baik kekiri maupun kekanan, mebentuk sudut 45 derajat. Pada posisi kepala tegak ,lalu dagu bergerak sedikit pada gerak kepala kekiri dan kekanan, dengan mata bergerak halus ke mana arah kepala). Sementara mata, hanya boleh mengarahkan pandangan kepada tamu atau undangan ketika hendak berjalan pulang atau keluar dari panggung saja. Keseluruhan gerak dasar inilah yang membentuk tatakNantampuk Mas.
Hal lain yang tidak kalah penting dalam pertunjukan tatak Nantampuk mas
adalah musik pengiringnya. Musik pengiring merupakan pembentuk suasana, pembentuk setiap makna gerakan, dan jembatan bagi perubahan gerak sebuah tari. Karena bisa dirasakan kehadiran tari tanpa musik akan terasa hambar dan tidak
(23)
menarik untuk ditonton. Menurut Soedarsono (1986:109) dikatakan bahwa musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang secara langsung dapat mendukung dan memperkuat sajian tari. Begitu juga dalam penyajian tatak Nantampuk Mas, menurut Surung Solin selaku pemusik Pakpak, untuk penyajian tatak Nantampuk Mas digunakan repertoar anggun pola yang terdiri atas alat musik kalondang (xylophone), gendang sitelu-telu (drum chime),
gung sada rabaan ( pong-pong, puldep, poi, dan panggora), kucapi dan lobat
(endblown flute). Eksistensi musik pengiring dalam tatak Nantampuk Mas
merupakan hal yang penting dimana musik menjadi pembentuk suasana dan juga untuk memperjelas tekanan-tekanan gerak. Bunyi kalondang, kucapi, dan lobat
yang berfungsi membawa melodi menjadi tanda dalam pergantian pola gerak
tatak, dan bunyi gung sada rabaan serta gendang sitelu telu menjadi pembawa tempo.
Di daerah Sukaramai terdapat beberapa sanggar Pakpak yang sudah sering mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas, seperti sanggar Perampuk-ampuk, sanggar Nina Nola, sanggar Viktori, Sanggar Ndembas, sanggar Nduma, dan lain sebagainya. Hanya saja, diantara beberapa sanggar tersebut, penulis lebih memilih sanggar yang bernama Nina Nola sebagai tempat penelitian penulis. Hal ini dikarenakan sanggar ini yang paling eksis mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas di banding sanggar yang lain. Selain itu, sanggar ini yang masih tetap eksis dalam setiap kegiatan kebudayaan di Pakpak dibanding sanggar lain yang kebanyakan sudah tidak aktif lagi berkesenian.
Tulisan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan tentang tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan sanggar Nina Nola di kalangan anggota masyarakat
(24)
Pakpak di Desa Sukaramai. Ada dua aspek utama yang akan penulis diskusikan di dalam tulisan ini. Pertama adalah bagaimana deskripsitatakNantampuk Mas
tersebut. Akan dideskripsikan ragam gerakan yang ada, demikian juga halnya dengan pola-pola lantai yang digunakan, serta dalam pola-pola gerakan, hal spesifik apa yang menyangkut nilai adat, nilai agama, atau nilai yang terkait budaya lokal yang dilambangkan atau diekspresikan. Kedua, bagaimana struktur musik pengiring pada tatak Nantampuk Mas tersebut.
Hal- hal tersebut di atas membuat penulis memilih judul untuk penelitian ini, sebagai berikut: “Deskripsi Struktur Tatak Nantampuk Mas dan Musik Iringan Yang di Pertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat”
1.2 Pokok Permasalahan
Agar pembahasan lebih terarah maka ditentukan pokok permasalahan. Dalam skripsi ini permasalahan yang akan dibahas meliputi dua hal sebagai berikut.
1) Bagaimana struktur tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai? Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan uraian mengenai ragam gerak, pola lantai, motif gerak, frase gerak, bentuk tari, hitungan tari, busana tari, properti tari, dan hal-hal sejenis yang berkait dengan keberadaan tari sebagai salah satu kesenian yang terdapat pada budaya Pakpak.
2) Bagaimana struktur musik iringantatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai? Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan uraian mengenai struktur melodi
(25)
dan ritem yang dihasilkan alat pembawa melodi dan ritem dalam konteks mengiringi tatak Nantampuk Mas ini. Melodi dibawa oleh alat musik
kalondang, kucapi, dan lobat. Sementara ritem dibawa secara interloking oleh gung sada rabaan, yang diiringi pola-pola ritem gendang sitelu-telu. Untuk melodi akan dikaji mengenai aspek: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, interval, formula, jumlah nada yang digunakan, kadensa, dan kontur. Untuk ritem akan dikaji: meter, tempo, aksentuasi, interloking, motif ritem, pola ritem, durasi, dan hal-hal sejenis.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur tatak Nantampuk Mas yang disajikan dalam pertunjukan di Desa Sukaramai.
2) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur musik iringan tatak Nantampuk Mas yang disajikan dalam pertunjukan di Desa Sukaramai.
1.3.2 Manfaat
Manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah
1) Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin Etnomusikologi berkaitan tentang kesenian Pakpak (khususnya tatak Nantampuk Mas).
(26)
2) Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain, baik mencakup teori maupun uraian tentang bentuk penyajian tatak Nantampuk Mas.
3) Mengembangkan kajian-kajian ilmiah di bidang musik dan tari, yang dampaknya turut mengembangkan aspek keilmuan dalam disiplin-disiplin ilmu seni.
1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep
Konsep merupakan gejala yang paling penting dalam penulisan yang akan digunakan sebagai alat menggambarkan fenomena dengan adanya penjabaran masalah dari kerangka teoritisnya.
Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258). Kata deskriptif yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah bagaimana gambaran sebenarnya tatak Nantampuk Mas pada saat dipertunjukan tanpa ada unsur yang ditambahi maupun dikurangi.
Tatak berarti tari, tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Tatak yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah salah satu tarian tradisional masyarakat kebudayaan Pakpak. Tarian ini memakai tiga orang atau lebih penari (harus ganjil), yang gerakannya berasal dari tarian putri raja pada cerita rakyat masyarakat Pakpak. Musik iringannya adalah repertoar kuku endek-endek yang terdiri atas alat musik kalondang,gendang
(27)
sitelu-telu, gung sada rabaan( poi, puldep, panggora, dan pong-pong), kucapi, dan
lobat.
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat yang bersifat kontinu, dan yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat yang penulis maksud adalah masyarakat Pakpak yang berada di desa Sukaramai, kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat. Daerah ini merupakan daerah yang menjadi tempat penulis meneliti tatak Nantampuk Mas.
1.4.2 Teori
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpegang pada beberapa teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dan dianggap relevan, yaitu bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang suatu teori-teori yang bersangkutan. Dengan demikian teori adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam membahas tulisan ini.
Menurut Murgiyanto (1996:156)5 kata seni pertunjukan secara umum memiliki arti tontonan yang bernilai seni, seperti drama, tari, musik yang disajikan secara khusus di depan penonton. Dalam mendeskripsikan tatak Nantampuk Mas
penulis juga menggunakan teori Milton Siger (MSPI, 1996:164-165)6
5
Skripsi Sarjana Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi tari Galombang yang Dipertunjukan Sanggar Tigo Sapilin pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan, oleh Reny Yuliati(2013:20).
6
Skripsi Sarjana Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan, oleh Flora Hutagalung (2009:11).
yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: (1) Waktu pertunjukan yang
(28)
terbatas, (2) Awal dan akhir, (3) Acara kegiatan yang terorganisir, (4) Sekelompok pemain, (5) Sekelompok penonton, (6) Tempat pertunjukan dan, (7) Kesempatan untuk mempertunjukkannya.
Bentuk adalah wujud dan susunan yang ditampilkan dan pengertian penyajian yang kata dasarnya saji yaitu mempersembahkan, sedangkan penyajian mengandung arti yaitu proses, cara dan perbuatan menyajikan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:135,979). Dari pengertian diatas yang dimaksud dengan bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah susunan cara menyajikan tatak Nantampuk Mas. Bentuk penyajian tersebut dapat mengarah kepada elemen-elemen tari yaitu:
1. Tema
2. Gerak
3. Iringan Musik
4. Tata Rias
5. Tata Busana
6. Tempat (Pentas)
Dalam meneliti gerak tatak Nantampuk Mas, penulis akan mendeskripsikan bagaimana uraian mengenai ragam gerak, pola lantai, motif gerak, frase gerak, bentuk tari, hitungan tari, dan busana tari yang digunakan penarinya. Dan penulis juga akan menggunakan lambang-lambang umum dan sederhana yang penulis buat sendiri untuk dapat mewakili pola gerak tatak Nantampuk Mas.
(29)
Sementara itu, untuk mengkaji aspek musik iringan tatak Nantampuk Mas, penulis akan menggunakan teori Bruno Netll (1964 : 131) mengatakan bahwa untuk mendapatkan seluruh benda musikal dilakukan analisis: perbendaharaan nada, modus, ritem, nada dasar, bentuk, dan tempo.
Musik dan tarian merupakan fenomena yang berbeda, tetapi dapat bergabung apabila terdapat aspek yang sama mengkoordinasikannya. Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1998:13-14). Musik merupakan audio (bunyi yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di dalam ruang dan waktu (Sachs, 1993:1-4 dan Blacking 1974:64-74) serta dapat dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar yang menghubungkan keduanya adalah waktu, yaitu gerak ritmis (musik dan tari) dan tempo.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti tatak Nantampuk Mas di desa Sukaramai, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong (1990:3) yang mengatakan: “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.
(30)
Penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap pra lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan sebelum turun ke dalam penelitian itu sendiri. Dalam bagian ini disusun rancangan penelitian ini, menjajaki atau menilai keadaan lapangan, memilih informan, perlengkapan penelitian, dan etika penelitian.
Selanjutnya pada tahap pekerjaan di lapangan peneliti mengumpulkan data semaksimal mungkin. Dalam hal ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu, kamera digital merk Samsung, dan catatan lapangan. Pengamatan langsung (menyaksikan) pertunjukan tatak Nantampuk Mas pada sebuah acara pemerintahan di desa Sukaramai.
Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dalam pelaksanaan tanya jawabnya berlangsung seperti percakapan sehari-hari. Informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka telah mengetahui informasi yang dibutuhkan, dan wawancara biasanya berlangsung lama.
Dalam tahap menganalisis data penulis mengorganisasikan data yang telah terkumpul dari catatan lapangan, foto, studi kepustakaan, rekaman, dan sebagainya ke dalam suatu pola atau kategori dengan hasil akhir membuat laporan untuk penulisan skripsi.
(31)
1.5.1 Studi Kepustakaan
Dalam mencari tulisan-tulisan pedukung, penulis melakukan adanya studi kepustakaan dan kegiatan ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan guna melengkapi data-data yang diperlukan dalam tulisan ini. Sumber bacaan yang digunakan dapat berasal dari penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dimana sumber bacaan diperoleh dari buku, majalah, buletin, jurnal, artikel, dan situs internet. Studi kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh pengetahuan dasar tentang apa yang akan diteliti. Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan konsep-konsep, teori, serta informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan atau penelitian, dan menambah wawasan penulis tentang kebudayaan masyarakat Pakpak yang diteliti yang berhubungan dengan kepentingan pembahasan atau penelitian.
1.5.2 Penelitian Lapangan
Sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan, penulis berpedoman kepada tulisan Harsja W. Bachtiar dan Koentjaraningrat dalam buku
Metode-metodepenelitian masyarakat. Dalam buku ini tersebut dikatakan, bahwa pengumpulan data dilakukan melalui kerja lapangan (field work) dengan menggunakan:
(1) Observasi (pengamatan), dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung, hal ini sesuai dengan pendapat Harja W. Bachtiar (1990:114-115), bahwa seorang peneliti harus melihat langsung akan kegiatan-kegiatan dari sasaran penelitiannya dalam mendapatkan data-data di lapangan,
(32)
maka pengamat menghadapi persoalan bagaimana cara ia dapat mengumpulkan keterangan yang diperlukan tanpa harus bersembunyi, tetapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan-kegiatan yang diamatinya.
Mengacu pada teori di atas penulis mengumpulkan keterangan yang diperlukan dengan cara mengamati sasaran penelitian, misalnya tentang penyajian
tatak Nantampuk Mas, sarana yang dipergunakan, pelaku, dan masalah-masalah lain yang relevan dengan pokok permasalahan, dan dalam pengamatan, penulis juga melakukan pencatatan data-data di lapangan sebagai laporan hasil pengamatan penulis.
(2) Wawancara, dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian yang mereka miliki, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.
Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisandari para informan. Untuk ini penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1990:129-155) yang membagi tiga kegiatan wawancara yaitu : persiapan wawancara, teknik wawancara, dan pencatatan data wawancara. Sedangkan wawancara terdiri dari wawancara terfokus, wawancara bebas, dan wawancara sambil lalu.
Dalam wawancara terfokus, pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu tetapi selalu terpusat kepada pokok permasalahan lain. Wawancara sambil lalu, sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Dalam mengumpulkan data,
(33)
penulis menggunakan ketiga wawancara ini serta terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan dan mencatat secara langsung data-data yang diperlukan.
(3) Perekaman, dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan 2 cara, yaitu (a) perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dengan menggunakan handycam merk Sony mini DVD. Perekaman ini sebagai bahan analisis tekstual dan musikal. (b) Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan kamera digital merk Samsung. Pengambilan gambar dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak pelaksana dan pihak yang bersangkutan.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupunbahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan danpenyusunan tulisan. Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian danselanjutnya dianalisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaandisusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan.
Untuk menyajikan aspek kebudayaan, penulis mengacu dari antropologi, aspekstruktur musik dari musikologi, dan juga unsur sosial lainnya (sesuai dengan keperluan pembahasan ini), sebagaimana ciri Etnomusikologi yang inter-disiplinerdan keseluruhannya dikerjakan di dalam laboratorium Etnomusikologi), sehinggapermasalahannya yang merupakan hasil laporan penelitian yang disusun
(34)
dalambentuk skripsi. Jika data yang dirasa masih kurang lengkap, maka penulismelengkapinya dengan menjumpai informan kunci atau informan lain dan hal inidilakukan berulang-ulang.
1.6 Lokasi Penelitian
Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih sanggar Nina Nola, yang dipimpinoleh Bapak Pandapotan Solin. Sanggar yang beliau pimpin iniberada di rumah kediaman beliau di Jalan Sisingamangaraja No. 66 , Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat. Lokasi penelitian ini ditetapkan dengan beberapa alasan sebagai berikut. (1) Sanggar Nina Nola ini merupakan sanggar yang sudah lama didirikan, sejak tahun 90an, dandikelola oleh keturunan turun-temurun yang bergerak dibidang kesenian Pakpak. (2) Dari beberapa sanggar yang terdapat di Desa Sukaramai maupun di kabupaten Pakpak Bharat, sanggar inilah yang paling sering diminta untuk mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas
maupun kesenian-kesenian lainnya. (3) Sekarang sanggar ini memang sudah mengikuti perkembangan zaman, namun orang-orang lama di dalamnya masih mengetahui dan melestarikan pengetahuan gerakan tradisionalnya.
(35)
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT PAKPAK DAN SANGGAR NINA NOLA DI DESA SUKARAMAI, KECAMATAN KERAJAAN,
KABUPATEN PAKPAK BHARAT
2.1Letak Geografis Kabupaten Pakpak Bharat
Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003, beribu kotakan Salak. Kabupaten ini berdiri sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi, dengan 8 kecamatan yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pangindar, Kecamatan Sitellu Tari Urang Julu, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Tinada, dan Kecamatan Siempat Rube dan memiliki jumlah Desa sebanyak 52 Desa.
Pakpak Bharat bukan menunjukkan daerah Pakpak yang terletak di bagian barat, melainkan memiliki dua arti nama yang digabungkan menjadi satu yaitu Pakpak adalah nama daerah sedangkan Bharat adalah baik, jadi Pakpak Bharat adalah daerah Pakpak yang baik. Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada garis 2,00 – 3,00 Lintang Utara dan 96,00 – 98,30 Bujur Timur, dan berada di ketinggian 2501.400 M di atas permukaan laut.
Kabupaten Pakpak Bharat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi
Sebelah Selatan : Kecamatan Tara Bintang Kabupaten Humbang Hasundutan, Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah
(36)
Sebelah Timur : Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, Kecamatan Harian Kabupaten Tobasa
Sebelah Barat : Kecamatan Aceh Singkil Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km (121.830 Ha) atau 1,7 dari luas provinsi Sumatera Utara. Dari luas wilayah tersebut 63.974 Ha (52,51 ) diantaranya merupakan lahan yang efektif dan 53.156 Ha ( 43,63 ) merupakan lahan yang belum dioptimalkan. Pada umumnya masyarakat Pakpak Bharat tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian utamanya adalah bertani. (Data Statistik Kecamatan Kerajaan 2013)
Gambar 2.1:
(37)
2.2Sistem Kepercayaan
Sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke wilayah Pakpak, masyarakat setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi
atau perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau dengan adanya Dewa-Dewa maupun roh-roh nenek moyang yang dikultuskan (lihat, Naiborhu, 1988 : 22-26)7
2.2.1 Kepercayaan Terhadap Dewa-dewa
.
Sebelum agama masuk ke lingkungan masyarakat Pakpak, masyarakat mempercayai kekuatan gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber kehidupan. Masyarakat Pakpak percaya terhadap Debata Guru/Sinembe nasa si lot yang artinya maha pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan atau diistilahkan sebagai berikut.
Debata Guru/ Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan melindungi, yaitu :
1. Beraspati Tanoh
Diberi simbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi segala tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu, kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus permisi kepada Beraspati Tanoh.
7
Skripsi Sarjana Kajian Organologi Kuapi Pakpak Buatan Bapak Kami CapahDi Kecamatan Kerajaan Pakpak Bharat, oleh Batoan Sihotang (2013:30).
(38)
2. Tunggung Ni Kuta
Tunggung Ni Kuta ini diyakini mempunyai peranan untuk menjaga dan melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya. Karena itu, maka Tunggung Ni Kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu sebagai berikut :
a. Lapihen, yaitu terbuat dari kulit kayu yang di dalamnya terdapat tulisan- tulisan yang berbentuk mantra ataupun ramuan obat-obatan serta ramalan-ramalan.
b. Naring, yaitu wadah berisi ramuan untuk pelindung kampung. Apabila suatu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan pertanda berupa suara gemuruh ataupun siulan.
c. Penghulu balang, yaitu sejenis patung yang terbuat dari batu yang berfungsi untuk memberikan sinyal berupa gemuruh sebagai tanda gangguan, bala, musuh, atau penyakit bagi suatu desa.
d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.
e. Sembahen ni ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang diyakini dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi kehidupan manusia apabila diberi sesajen.
f. Tali solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular yang digunakan untuk menjerat musuh.
(39)
g. Tongkat balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan untuk menerangi jalan.
h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan musuh.
i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan danau.
j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.
2.2.2 Kepercayaan Terhadap Roh- Roh
Selain kepercayaan terhadap Dewa-dewa, masyarakat Pakpak juga memiliki kepercayaan terhadap roh-roh yang meliputi :
a. Sumangan, yaitu tendi (roh) orang yang sudah meninggal mempunyai kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang. b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara
turun temurun.
c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan beguSinambela, yaitu roh orang yang sudah meninggal diakibatkan karena hanyut di dalam air atau sungai.
d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari tempat lain dan dapat membuat orang menjadi sakit secara tiba-tiba.
Kepercayaan- kepercayaan diatas sudah jarang dilaksanakan oleh masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Kerajaan sejak masuknya
(40)
agama. Masyarakat Pakpak di daerah ini sebagian besar sudah memeluk agama yang tetap, yaitu agama yang sudah diakuai oleh pemerintah. Sebagian besar masyarakat yang ada di daerah ini beragama Islam, Kristen dan sebagian kecil beragama Khatolik.
2.3 Sistem Kekerabatan
Seperti halnya etnik lain, etnik Pakpak juga memiliki sistem kekerabatan yang dapat membedakannya dengan etnik lainnya.
2.3.1 Marga
Marga dalam kajian antropologi disebut dengan klen yaitu suatu kelompok kekerabatan yang dihitung berdasarkan satu garis (unilineal), baik melalui garis laki-laki (patrilineal) maupun perempuan (matrilineal). Marga pada masyarakat Pakpak bukan hanya sekedar sebutan atau konsep tetapi di dalamnya nilai budaya yang mencakup norma dan hukum yang berguna untuk mengatur kehidupan sosial. Misalnya dengan adanya marga maka dikenal perkawinan eksogami marga, yakni adat yang mengharuskan seseorang kawin diluar marganya. Bila terjadi perkawinan semarga maka orang tersebut diberi sanksi hukum berupa pengucilan, cemoohan, dan malah pengusiran, karena melanggar adat yang berlaku.
2.3.2 Sulang Silima
Sulang silima adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari kula- kula, dengan sebelteksiampun-ampun/ anak yang paling kecil, serta anak berru.Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulang/jambar dari daging-daging tertentu
(41)
dari seekor hewan seperti kerbau, lembu, atau babi yang disembelih dalm konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian daging/jambar ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak kesukuten atau yang melaksanakan upacara. Dalam masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut masing- masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat.
1) Kula-kula
Kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem kekerabatan pada masyarakat Pakpak. kula-kula adalah kelompok/pihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni Idah (Tuhan yang dilihat). Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang
kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan masyarakat Pakpak. Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting termasuk juga dalam upacara kematian.
2) Dengan sebeltek/Senina
Dengan sebeltek/senina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam
(42)
sebuah acara adat, senina dan seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung acara tersebut. Secara umum, hubungan senina ini dapat disebabkan karena adanya hubungan pertalian darah, sesubklen/semarga, memiliki ibu yang bersaudara, memiliki istri yang bersaudara dan memiliki suami yang bersaudara.
3) Anak beru
Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat. Sedangkan
situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan keluarga.
Kelima kelompok diatas mempunyai pembagian sulang (jambar) yang berbeda, yaitu sebagai berikut : Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta) akan mendapat sulangper-punca naidep. Situaan (orang tertua yang menjadi tuan rumah sebuah pesta akan mendapat sulang per-isang-isang).
Siditengah (keluarga besar dari keturunan anak tengah) akan mendapat sulang per-tulantengah. Siampun-ampun (keturunan paling bungsu dalam satu keluarga) akan mendapat sulang per-ekur-ekur.Anak berru (pihak yang mengambil anak gadis dari keluarga yang berpesta) akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu. Biasanya penerimaan perjambarenanak berru disertai dengan takal peggu.
(43)
berjalannya pesta. Anak berru lah yang bertugas menyiapkan makanan serta menghidangkan selama pesta berlangsung.
2.4Sistem Bahasa
Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kecamatan Kerajaan adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk disana adalah suku Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari- hari penduduk disana menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat. Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Toba, Karo, Nias dan Jawa yang datang kedaerah Kecamatan Kerajaan, tetapi setelah tinggal beberapa lama disana, masyarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, puskesmas dan kantor Kelurahan.
Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Pakpak, yaitu :
1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.
2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi (narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi) yang disebut tangis mangaliangi (bahasa tutur tangis).
(44)
4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah-tengah kampung karena dianggap tidak sopan, dan
5. Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa mantera oleh guru (Naiborhu, 2002:51).
2.5Sistem Kesenian 2.5.1 Seni musik
Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk penyajiannya dan cara memainkannya. Berdasarkan cara memainkannya, instrumen musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotchi dan oning-oningen. Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrumen musik tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : sipaluun ( alat musik yang dimainkan instrument musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu gotchi dan oning-oningen.
Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrument musik tersebutterbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : sipaluun (alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul), sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup) dan
sipiltiken (alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik). Istilah gotchi dan
oning-oningen sudah mendapat pergeseran arti dikalangan masyarakat Pakpak. Dalam tulisan Skripsi Sarjana Anna Rosita yang berjudul Deskripsi Organologi Sarune Pakpak – Dairi halaman 2 menyebutkan bahwa gotci adalah kelompok alat-alat musik yang dimainkan secara ensambel (berkelompok). Sedangkan
oning-oning adalah sekelompok alat-alat musik yang dimainkan secara tunggal atau dalam bentuk solo (bukan sekumpulan alat-alat musik yang sejenis). Namun
(45)
menurut wawancara dengan beberapa pemusik tradisi Pakpak sekarang menyebutkan bahwa gotchi adalah istilah untuk beberapa ensambel seperti : ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu, genderang silima, gendangsidua-dua, gerantung, mbotul dan gung. Sedangkan istilah oning-oningen digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sadarabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi
(chordophone), yang pada penggunaannya di gunakan untuk upacara mbaik seperti upacara pernikahan (merbayo).
a) Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk penyajian
Gotchi adalah instrumen musik yang disajikan dalam bentuk seprangkat (ansambel) yang terdiri dari : ensambel genderang sisibah, genderang sipitu-pitu,genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan oning-oningen. Genderang sisibah adalah seperangkat gendang satu sisi yangterdiri dari Sembilan buah gendang yang berbentuk konis. Dalam adat, instrumen ini disebut
siraja gumeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi yang di iringinya karena ramai dan besarnya acara tersebut. Masing-masing nama dari kesembilan gendang tersebut dari ukuran terbesar hingga ukuran terkecil adalah sebagai berikut :
1) Genderang I, Si raja gumeruhguh (suara bergemuruh) dengan pola ritmis menginang-inangi atau megindungi (induk).
2) Genderang II, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Menjujuri dengan pola ritem menjujuri atau mendonggil-donggili (mengangungkan, mentakbiri, menghantarkan).
(46)
3) Genderang III s/d VII, Si Raja Menak-enak dengan pola ritmis benna kayu
sebagai pembawa ritmis melodis (menenangkan atau menentramkan). 4) Genderang VIII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi
(menyeimbangkan).
5) Genderang IX, Si Raja Mengapuh dengan pola ritmis menganak-anaki
atau tabil sondat (menghalang-halangi)
Gambar 2.2:
Genderang Sisibah
(Dokumentasi Yenni Alexandra, 2014)
Dalam bentuk seperangkat, kesembilan gendang ini dimainkan bersama sama dengan gung sada rabaan (seperangkat gung yang terdiri dari empat buah, yaitu panggora (penyeru), poi (yang menyahut), tapudep (pemberi semangat) dan
(47)
sarune(double reed oboe) dan cilat-cilat (simbal concussion). Dalam penyajiannya, ansambel ini hanya dipakai pada jenis upacara suka cita (kerja mbaik) saja pada tingkatan upacara terbesar atau tertinggi saja.
Selanjutnya adalah ensambel genderang sipitu-pitu. Ensambel ini terdiri dari 7 buah gendang konis yang berasal dari genderang sisibah. Ketujuh gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang mulai dari urutan I sampai VII. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam genderang sisibah. Ensambel ini biasanya digunakan untuk kerja mbaik dalam tingkatan tertentu saja.
Selanjutnya adalah ensambel genderang Si lima yaitu seperangkat gendang satu sisi berbentuk konis yang terdiri darai lima buah gendang. Kelima gendang ini berasal dari genderang sisibah dengan hanya menggunakan gendang pada bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII dan IX. Fungsi dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masing-masing seperti pada genderang sisibah. Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat dalam genderang sisibah. Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita (kerja njahat) saja, seperti upacara kematian, mengongkal tulan (mengangkat tulang-tulang) pada tingkatan upacara terbesar dan tertinggi secara adat.
Selanjutnya terdapat ensambel gendang sidua-dua. Ensambel gendang ini terdiri dari sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two barreldrums). Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang ibu) yaitu gendang yang terbesar dan gendang anakna (gendang anak,
(48)
jantan) yaitu gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam instrument ini adalah empat buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang cilat-cilat (simbal).
Ensambel ini biasanya digunakan untuk upacara ritual, seperti mengusir roh penunggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan pertanian (mendeger uruk) dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau mengiringi tarian pencak.
Kemudian ensambel musik mbotul adalah seperangkat alat musik gong (idiophones) berpencu yang terdiri dari 5, 7, atau 9 buah gong. Disusun berbaris diatas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya, instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan bersama-sama dengan gung sada rabaan.
Selanjutnya adalah ensambel oning-oningen. Ensambel ini terdiri dari
gendang sitelu-telu (membranophone single head), gung sada rabaan,
lobat(aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone). Ensambel ini digunakan pada upacara suka cita (kerja mbaik) seperti upacara penikahan (merbayo) dan untuk mengiringi tarian (tatak).
b) Instrumen Musik Berdasarkan Cara memainkannya
Untuk melihat pembagian alat musik tradisional Pakpak dari caramemainkannya, dapat kita lihat dari tabel berikut.
Tabel 2.1 Pembagian Alat Musik Berdasarkan Cara Memainkannya
No. Cara Memainkan Alat Musik
1. Sipaluun Genderang, Kalondang, Gung, Cilat-cilat, Ketuk mbotul, Deng-deng, Doal, Gerantung, Gendang si dua-dua.
(49)
2. Sisempulen Sarune, Lobat, Sordam.
3. Sipiltiken Kucapi
2.5.2 Seni Suara
Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian. Nyanyian yang dimaksud adalah musik vocal. Masyarakat Pakpak member nama
ende-ende (baca :nde-nde) terhadap semua musik vokalnya. Ada beberapa jenis musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan fungsi dan penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut.
1) Tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah kategori nyanyian ratapan (lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis milangi karena hal-hal mengharukan yang terdapat didalam hati penyajinya akan ditutur-tuturkan (dalam bahasa Pakpak: ibilang-bilangken, milangi) dengan gaya menangis (Pakpak : Tangis). Ada beberapa jenis tangis milangi yang terdapat pada masyarakat Pakpak, yaitu sebagai berikut.
a. Tangis sijahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis (female song) menjelang pernikahannya. Teks nyanyian ini berisi tentang ungkapan kesedihannya karena akan meninggalkan keluarganya dan memasuki lingkungan keluarganya. Nyanyian ini ditujukan agar orangorang tua yang mendengar merasa iba dan memberi petuah-petuah tentang hidup berumah tangga. Nyanyian
(50)
ini disajikan dalam bentuk melodi yang berubah-ubah (repetitif) dengan teks yang berubah-ubah.
b. Tangis anak melumang, nyanyian ini disajikan oleh pria ataupun wanita. Nyanyian ini berisi tentang kesedihan seseorang yang ditinggal mati orang tuanya. Nyanyian ini biasanya disajikan pada saat-saat tertentu, seperti ketika berada di hutan, di ladang, di sawah atau tempat-tempat sepi lainnya. Teksnya berubah-ubah dengan melodi yang sama. Tangis si mate adalah nyanyian ratapan (lament) kaum wanita ketika salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan si mati dan teksnya berisi tentang kisah hidup si mati, berisi tentang perilaku yang paling berkesan dari si mati semasa hidupnya. Nyanyian ini adalah nyanyian strofik yang lebih mementingkan isi teks dari pada melodi.
2) Ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) baik kaum pria maupun wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak bermain. Jenisnya terdiri dari orih-orih, oah-oah dan cido-cido. Ketiga nyanyian jenis nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang diulang-ulang (repetitif).
a. Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) orangtua atau kakak baik pria maupun wanita.Si anak digendong sambil i orih-orihken
(51)
nyanyian yang liriknya berisi tentang nasehat, cita-cita, harapan maupun curahan kasih sayang terhadap si anak.
b. Oah-oah sering disebut juga dengan kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya adalah cara menidurkannya, jika orih-orih
disajikan dengan cara menggendong, maka oah-oah disajikan sambil mengayun si anak dalam ayunan.
c. Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain. Tujuannya adalah agar si anak merasa terhibur dengan gerakan-gerakan lucu sehingga si anak merasa terhibur dan tertawa. Teks lagu yang dinyanyikan biasanya berisi tentang harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna.
3) Nangan ialah nayanyian yang disajikan pada waktu bersukut-sukuten
(mendongeng). Setiap ucapan dari tokoh-tokoh yang terdapat pada ceritatersebut di sajikan dengan cara bernyanyi. Ucapan tokoh yangdinyanyikan tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.
Secara tekstur, cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang pedoman-pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita. Persukuten
haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui warna
(52)
Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si RajaBayon, Si buah mburle, dan lain sebagainya.
4) Ende-ende mardembas adalah bentuk nyanyian permainan dikalangan anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi secara chorus (koor) maupun solo chorus (nyayian solo yang disambut dengan koor). Isi teksnya biasanya berisi tentang keindahan alam serta kesuburan tanah kampungnya dan dinyanyikan dengan pengulangan melodi (repetitif) serta teks yang berubah-ubah sesuai pesan yang disampaikannya.
5) Ende-ende Memuro Rohi, nyanyian ini termasuk kedalam nyanyian work song, yaitu nyanyian yang di sajikan pada saat bekerja. Biasanya dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir burung-burung agar tidak memakan padi yang ada di sawah. Kegiatan muro (menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
ketter dan gumpar yang dilambai-lambaikan ke tengah sawah sambil menyanyikan ende-ende memuro rohi.
2.5.3 Seni Tari
Masyarakat Pakpak menyebutkan istilah tari dengan istilah Tatak. Sementara menari disebut tumatak. Penggunaan tatak pada masyarakat Pakpak hampir diseluruh upacara-upacara maupun kegiatan-kegiatan adat pakpak. Upacara dalam
(53)
istilah masyarakat Pakpak disebut kerja. Ada kerja mbaik yaitu acara-acara sukacita, seperti:
1. Upacara pernikahan (merbayo)
Dalam upacara pernikahan pada masyarakat Pakpak, tari atau tatak
digunakan dalam hampir setiap rangkaian acara. Orang yang menari atau
tumatak, harus menyesuaikan gerakan sesuai dengan kedudukannya di dalam upacara tersebut, apakah sebagai pihak kula-kula, berru, maupun dengan sebeltek.
2. Mendegger uruk.
Pesta ini merupakan pesta syukuran sekaligus mengawali semua kegiatan pertanian yang ada disuatu kampung dandilakukan oleh satu marga tertentu. Orang-orang yang hadir dalam upacara ini adalah sulang silimadari pihak marga tersebut. Sama seperti upacara-upacara lainnya, setiap orang yang tumatak harus menyesuaikan gerakan dengan kedudukannya dalam upacara tersebut.
3. Mengerumbang
Mengerumbang adalah suatu rangkaian upacara adat yang dilakukan berdasarkan kemampuan suatu keluarga yang ingin membayar atau menyelesaikan semua hutang adat orang tuanya sebelum meninggal, atau dengan kata lain mengadakan pesta diwaktu orang tua masih hidup. Disini juga dilaksanakan tatak sama seperti upacara-upacara adat lainnya, dimana orang yang
tumatakmenyesuaikan kedudukannya pada upacara tersebut.
Kerja njahat yaitu acara-acara yang bersifat dukacita, seperti upacara kematian. Di dalam kerja njahat, penggunaan gerakan tatak juga berdasarkan kedudukan seseorang pada upacara tersebut.
(54)
Dibawah ini merupakan gerakan yang umum digunakan dalamkerjambaik maupun kerja njahatadalah :
• Mengera-ngera
Mangera-ngera merupakan nama gerakan yang mengkolaborasikan tatak
(tari) dan moccak (pencak silat) untuk penyambutan sambil memegang serangkaian daun tertentu seperti, bulung (daun) silinjuhang, sangkasa mpilit, asar biang, sanggar, bunga sanggar, jabi-jabi, yang dirangkai dan diikat ke kayu
sarkea. Pada konteks upacara sukacita maupun dukacita, gerakan ini dilakukan oleh kaum Beru untuk menyambut Kula-kula dan bisa saja dilakukan oleh orang yang sengaja diunjuk.
• Suyuk
Gerakan ini digunakan untuk menyambah ataupun menghormati ( memasu-masu). Gerakan ini digunakan oleh pihak kula-kula kepada pihak berru yang menyimbolkan pemberian berkat.
• Mengeleap
Gerakan ini adalah gerakan yang secara garis besarnya menggunakan gerakan tangan.
• Menerser
Gerakan ini adalah gerakan yang secara garis besarnya menggunakan gerakankaki.
(55)
Beberapa jenis tatak yang digunakan untuk hiburan atau pertunjukan adalah sebagai berikut :
Tatak Menabi page
Tatak Menabi Page merupakan jenis tarian muda- mudi yang menggambarkan suasana kegembiraan pada saat memanen padi. Pada zaman dahulu, saat panen padilah para muda-mudi di daerah Pakpak dapat bertemu dan mengenal lebih dekat satu sama lain.
Gambar 2.3:
Tatak Menabi Page
(56)
Tatak Garo-garo
Tatak ini menggambarkan tentang kegembiraan muda-mudi dalam masa panen. Tatak ini memiliki kemiripan dengan tatak menabi page, namun dalam
tatakgaro-garo, hal yang digambarkan tidak hanya dalam memanen padi, melainkan mulai dari proses menanam sampai memanen padi tersebut.
Gambar 2.4:
Tatak Garo-garo
(Dokumentasi Sanggar Nina Nola)
Tintoa serser
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana masyarakat Pakpak dalam bercocok tanam, mulai dari mengolah atau membuka lahan sampai mengambil hasil tanamannya.
(57)
Gambar 2.5:
Tatak Tintoa Ser-ser
(Dokumentasi Sanggar Nina Nola)
Tatak menganjaki takal-takal
Dahulu tatak ini adalah rangkaian upacara ritual bagi orang Pakpak, dimana mereka menginjak-injak kepala musuh atau tawanan yang sudah dipenggal dan kemudian direbus. Namun sekarang tatak ini ditarikan dengan menggunakan replika kepala manusia untuk diinjak dan sudah menjadi bagian pertunjukan bagi masyarakat Pakpak.
(58)
Gambar 2.6:
Tatak menganjaki takal-takal
(Dokumentasi Sanggar Nina Nola)
Tatak Mendedah
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana seorang ibu mengasuh bayinya. Tatak ini hanya dilakukan oleh para perempuan.
Tatak Renggisa
Tatak ini menggambarkan tentang sepasang muda-mudi yang sedang kasmaran atau sedang jatuh cinta satu sama lain.
(59)
Gambar 2.7:
Tatak Renggisa
(Dokumentasi Sanggar Nina Nola)
Tatak Ndembas
Tatak ini mirip dengan tatak Nantampuk Mas, namun perbedaannya tatak ndembas iniboleh ditarikan oleh kaum ibu-ibu. Disebut tatak Ndembas, karena tarian ini ditarikan sambil bernyanyi dan umumnya tarian ini merupakan ungkapan penyesalan ataupun pelampiasan dari para ibu-ibu yang mengalami kawin paksa ataupun yang mengalami tekanan-tekanan sehingga mengharuskannya untuk menikah. Isi daripada nyanyian yang dinyanyikan pun juga merupakan ungkapan- ungkapan kekesalan ataupun hal-hal yang mengganjal di hati dikarenakan mereka tidak dapat melawan kata orangtuanya.
(60)
Tatak Perampuk-ampuk
Tatak ini menggambarkan tentang keharmonisan yang terjalin antara kaum muda-mudi yang ada dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.
Gambar 2.8:
Tatak Perampuk-ampuk
(Dokumentasi Sanggar Nina Nola)
Tatak Mengindangi
Tatak ini menggambarkan tentang suasana menumbuk padi pada masyarakat Pakpak. Tarian ini menggambarkan tentang muda-mudi mulai dari tahap berkenalan hingga menjalin hubungan pada saat menumbuk padi. Pada saat perempuan mulai menumbuk padi, maka pemuda- pemuda yang ada di kampung tersebut akan berdatangan karena mendengar suara tumbukan lesung. Sehingga terjadilah perkenalan dengan saling berbalas pantun.
(61)
Tatak Menapu Kopi
Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana proses memetik kopi yang dilaksanakan oleh para petani di daerah Pakpak.
Gambar 2.9:
Tatak Menapu Kopi
(Dokumentasi Sanggar NinaNola)
Perlu diketahui bahwa tatak yang sifatnya hiburan ataupun pertunjukan biasanya hanya di laksanakan oleh para kaum muda-mudi. Serta untuk mengiringi tarian ini digunakan ensambel oning-oningen.
2.6Sistem Mata Pencaharian
Secara umum, sistem mata pencaharian masyarakat Pakpak adalah sebagai
perkemenjen (orang yang mencari kemenyan). Sebagian ada juga yang bercocok tanam. Namum setelah Pakpak Bharat terpisah dari wilayah pemerintahan
(62)
kabupaten Dairi maka Pakpak Bharat mulai membentuk instansi-instansi pemerintahan kabupaten sendiri yang mempekerjakan sebagian besar masyarakat Pakpak bharat sebagai pegawai pemerintahan kabupaten.
2.7Sanggar Nina Nola
Sanggar Nina Nola merupakan salah satu sanggar kesenian Pakpak yang berdiri sendiri tanpa dibawahi naungan organisasi manapun. Sanggar ini berdiri pada tahun 90an oleh Bapak Atur Pandapotan Solin beserta keluarga dan kawan- kawan, diantaranya Dahlan Solin, Patar Solin, Romasta Uli Solin, Siti Aminah Sitakar, Alm. Serasi Limbong, Jhon Edi Simanjuntak, Kami Capah, dan lain sebagainya. Sanggar ini terletak di Jalan. Sisingamangaraja No. 66 Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat.
Sanggar Nina Nola ini bergerak dalam bidang musik dan tari kesenian tradisional Pakpak, seperti tatak Nantampuk Mas. Sebelum menjadi sanggar, awalnya Nina Nola merupakan group yang mengisi berbagai acara kesenian di daerah Pakpak. Melihat banyaknya pemusik dan penari yang sudah cukup profesional, akhirnya Bapak Atur Pandapotan Solin membentuk Nina Nola menjadi sebua sanggar, untuk menjadi wadah perkumpulan bagi seniman- seniman Pakpak, sekaligus membentuk generasi-generasi penerus. Selain itu, semasa mudanya pun Bapak Atur Pandapotan Solin memang sudah menggeluti kesenian. Dia ingin memperkenalkan kepada masyarakat, serta memajukan dan melestarikan kebudayaan yang ada.
Sanggar Nina Nola ini memiliki anggota ada yang berasal dari keluarga sendiri dan ada juga beberapa orang dari luar keluarga, baik itu orang dewasa
(63)
maupun anak anak. Keseluruhannya tersebut sudah termasuk penari dan pemusik. Dulunya sanggar Nina Nola ini melakukan sistem latihan secara rutin sesuai dengan kesepakatan bersama, namun sekarang sudah mulai jarang diakibatkan kesibukan masing-masing anggota dengan pekerjaan sehari-hari dan semakin sedikitnya minat generasi penerus untuk mempelajari kesenian tradisi. Akan tetapi, anggota melakukan latihan di hari-hari lainnya tergantung keinginan para anggota. Begitu juga jika ada job atau panggilan permintaan pertunjukan dalam suatu acara, jadwal latihan akan lebih diperbanyak dari biasanya, dan jadwal latihannya di buat tergantung hari apa dan jam berapa yang bisa di berikan anggota dan disesuaikan bersama.
Sistem pelatihan dilakukan dengan menggunakan latihan bersama. Dimana pertamanya para penari dulu yang berlatih, baik itu mengulang gerakan lama maupun membentuk gerakan-gerakan yang baru. Setelah dalam beberapa hari para penari sudah mahir dan kompak, selanjutnya dipanggillah para pemusik agar saling menyesuaikan. Hal ini dikarenakan dalam tatak Nantampuk Mas ini sistemnya gerakan tari mengikuti musik. Dalam pembagian honorium jika ada melakukan pertunjukan pada sanggar, yaitu dengan membagi rata pada setiap anggota. Sanggar Nina Nola ini telah banyak melakukan pertunjukan berbagai tari tradisional di dalam maupun di luar daerah, dari semuanya paling banyak pertunjukan tatak Nantampuk Mas untuk upacara penyambutan tamu.
(64)
BAB III
STRUKTUR PERTUNJUKAN TATAK NANTAMPUK MAS
3.1 Asal Usul Tatak Nantampuk Mas
TatakNantampuk Mas merupakan salah satu tarian tradisional yang ada pada masyarakat Pakpak. Tatak Nantampuk Mas ini cukup dikenal dimasyarakat Pakpak karena sering dipertunjukkan dalam upacara-upacara penyambutan tamu atau tokoh-tokoh adat dari dalam maupun luar daerah Pakpak.
Dahulu kala tatak ini hanya ditarikan oleh putri raja (beru pertaki) yang bergelar Nantampuk Mas. Dalam kesehariannya, sang putri selalu mengisi waktu senggangnya dengan menari bersama para dayang di kediamannya, atau yang dalam bahasa Pakpak disebut jero. Dikarenakan ketidaksengajaan para dayang menarikan tatak tersebut di luar istana, membuat tatak ini akhirnya di kenal oleh masyarakat Pakpak di luar istana.
Pada masa sekarang ini, masyarakat Pakpak lebih mengenal tatakNantampuk Mas sebagai tatak persembahan, yang ditarikan oleh 3 maupun 7 orang perempuan yang ingin menunjukkan bagaimana keramah tamahan perempuan-perempuan Pakpak kepada para tamu-tamu undangan dalam upacara seremonial pemerintahan maupun acara hiburan yang dipertunjukkan di lapangan maupun gedung- gedung pemerintahan.
(65)
3.2 Jalannya Pertunjukan Tatak Nantampuk Mas
Pada saat pelaksanaan pertunjukan tatak Nantampuk Mas, anggota sanggar akan melakukan persiapan masing-masing seperti pengenaan kostum dan riasan dengan berkumpul di sanggar. Penari diutamakan datang lebih awal untuk bersiap-siap karena lebih banyak persiapan daripada pemusik. Semua keperluan kostum dan riasan telah dilakukan dan diselesaikan sebelum upacara penyambutan di mulai pelaksanaannya. Di tempat pelaksanaan acara, semua alat musik telah disiapkan dengan diberikan kepada masing-masing anggota pemusik sesuai dengan tugasnya.
Sebelum upacara penyambutan diadakan, tamu atau pejabat yang akan disambut terlebih dahulu masuk ke dalam gedung maupun lapangan tempat diadakannya acara bersama tetua-tetua adat maupun orang yang mempunyai acara untuk duduk di kursi yang telah dipersiapkan. Sementara itu pemusik dan penari telah bersiap-siap di atas pentas untuk mempertunjukan tatak Nantampuk Mas
3.3Pertunjukan Tatak Nantampuk Mas 3.3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Biasanya pertunjukan Tatak Nantampuk Mas diadakan di dalam maupun di luar lapangan tergantung keperluan acara. Tatak Nantampuk Mas, pasti selalu ditampilkan pada pembukaan acara, karena sesuai dengan jenis tarinya yaitu tari penyambutan.
(1)
5.2 SARAN
Dari pembahasan dan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan, ada beberapa saran yang perlu dikemukakan, mengingat pada masa sekarang ini minat generasi muda sedikit demi sedikit mulai berkurang untuk melestarikan
tatakNantampuk Mas ini. Oleh karena itu Penulis menyarankan kepada masyarakat Pakpak khususnya untuk tetap mencintai budaya dan tradisi yang ada dalam masyarakat Pakpak serta memberikan perhatian baik terhadap seni musik, vokal dan tari. Diperlukan pula peran seniman/musisi, pemerhati budaya, akademisi, dan pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat untuk mensosialisasikannya melalui pertunjukan kesenian tradisi yang diadakan secara rutin untuk membiasakan masyarakat mengenal budaya dan keseniannya.
Penelitian ini merupakan tahap aawal dan masih banyak terdapat kekurangan serta perlu mendapatkan penyempurnaan. Penelitian ini hanyalah sebahagian kecil permasalahan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu penulis menyarankan dan mengharapakan kepada siapa saja yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi data mengenai kebudayaan musikal yang berkaitan dengan masyarakat Pakpak.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan bidang Etnomusikologi secara khusus.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Berutu, Lister. 2006. Adat & Tata cara Perkawinan Masyarakat Pakpak. Medan: Grasindo Monorsatama.
Blacking, John. 1984. “Dance as Cultural System and Human Capability: An Anthropological Perspective.” dalam buku Dance, A Multicultural Perspective. Report of the Third Study of Dance Conference, ed. J. Adshead, 4-21 Guildford. University of Surrey.
Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewi, Heristina. 2008. Masyarakat Kesenian Di Indonesia “Masyarakat dan Kesenian Pakpak-Dairi”. Medan: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Djelantik. 1990.Estetika Sebuah Pengantar.Bandung: Masyarakat Seni PertunjukanIndonesia
Hutagalung, Flora. 2009. Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upaara Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan. Medan : Skripsi Sarjana Etnomusikologi FS USU.
Koentjaraningrat. 1982. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan
Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Maleong, J Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Malm, Wiliam P. 1977. Music Cultures of Pacific, Near East, and Asia. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Merriam, Alan P. 1995. “Beberapa Defenisi Tentang ‘Musikologi Komparatif’ dan ‘Etnomusikologi’ : Sebuah Pandangan Historis-Teoritis” . Dalam:
(3)
Supanggah, Editor. Etnomusikologi (terjemahan). Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. p. 40-55.
Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Chicago: North Western University Press.
Naiborhu, Torang, 2004.” Musik Pakpak Dairi di Sumatera Utara,” dalam Ben Pasaribu (ed), Pluralitas Musik Etnik. Medan: Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak. Universitas HKBP Nommensen.
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Etnomusicology. New York : The Pree Press.
Netrirosa, Arifni. 2006. Etnomusikologi: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni.
Volume 1, No 3, Januari
Netrirosa, Arifni. 2013. Etnomusikologi: Jurnal Imu Pengetahuan Seni. Nomor 12, Tahun 6. Medan: USU Press.
Sachs, Curt. 1937. World History Of Dance. New York: W. W. Norton.
Sinar, Luckman. 1985. “Keserasian Sosial dalam Kearifan Tradisional Masyarakat Melayu”. Makalah Seminar Keserasian Sosial dalam MasyarakatMajemuk di Perkotaan, Medan.
Sinar, Luckman. 1996. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan: Perwira.
Sitohang, Batoan. 2013. Kajian Organologi Kuapi Pakpak Buatan Bapak Kami Capah Di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat. Medan : Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Soedarsono. 1986. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian
(4)
Wimbrayardi. 1989. Analisis Ritem Musik Adok Pengiring Tari Bentan. Medan, Skripsi Sarjana Sastra USU.
Yulyati, Reny. 2003. Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi tari Galombang yang Dipertunjukan Sanggar Tigo Sapilin pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan. Medan: Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Sumber Internet dan Majalah:
pakpaksim.wordpress.com/.../merguru-tatak-pakpak/
manik17.wordpress.com/sejarah-budaya-pakpak
Majalah Buletin Bulanan “ Rintis Prana” , Edisi 52 Tahun Ke-V/ Maret 2013 ;
(5)
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Atur Pandapotan Solin
Umur : 45 Tahun
Pengalaman seni : Budayawan Pakpak, Pemusik tradisional Pakpak, Pembuat alat musik tradisional Pakpak, dan Pembina sanggar Nina Nola
Alamat : Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak
Bharat
2. Nama : Romasta Uli Solin
Usia : 36 Tahun
Pengalaman seni : Penari tradisional Pakpak sekaligus Pengajar tari sanggar Nina Nola
Alamat : Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat
3. Nama : Erah Banurea
Umur : 50 Tahun
Pengalaman seni : Budayawan Pakpak, Penari tradisional maupun tari kreasi baru Pakpak, dan Pemusik tradisional Pakpa k Alamat : Desa Salak II, Pakpak Bharat
(6)
Usia : 22 Tahun
Pengalaman seni : Pemusik tradisonal Pakpak
Alamat : Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat
5. Nama : Mardi Boangmanalu
Umur : 25 tahun
Pengalaman seni : Pemusik tradisional pakpak Alamat : Tinada, Pakpak Bharat
6. Nama : Samaria Juni Solin
Usia : 20 Tahun
Pengalaman seni : Penari tradisional Pakpak