Hasil Analisis secara Difraksi Sinar-X Hasil Analisis secara Spektroskopi FTIR

51

2. Hasil Analisis secara Difraksi Sinar-X

Hasil sintesis silika gel dari bagasse tebu pada gambar 2 halaman 42 menunjukkan bahwa masih adanya pengotor di dalam silika gel. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pencucian dengan aquademineralisata yang mengakibatkan munculnya puncak-puncak tajam pada difraktogram. Berdasarkan hasil uji XRD diperoleh bahwa puncak landai muncul pada kisaran 2 θ = 22,9484°, hal ini menunjukkan bahwa silika gel yang dihasilkan bersifat amorf. Berdasarkan penelitian dari Sapei et al. 2015 puncak landai pada kisaran 2 θ = 22° merupakan karakteristik silika amorf. Menurut Yusuf et al. 2014, terbentuknya puncak landai dikarenakan sinar-X yang ditembakkan oleh alat XRD tidak mampu didifraksikan secara sempurna oleh struktur yang amorf sehingga sudut difraksi sinar-X yang dibaca oleh alat menjadi tidak beraturan akibat terjadinya penghamburan. Sehingga berdasarkan difaktogram hasil karakterisasi menggunakan XRD menunjukkan bahwa silika gel hasil sintesis dari bagasse tebu mempunyai struktur amorf bukan kristalin. Menurut Indriyanti et al. 2011, struktur silika yang amorf dapat diaplikasikan sebagai adsorben dibandingkan apabila strukturnya kristal, hal ini dikarenakan struktur amorf mempunyai luas permukaan yang lebih besar.

3. Hasil Analisis secara Spektroskopi FTIR

Untuk mengetahui adanya gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam silika gel maka digunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red FTIR untuk mengidentifikasinya. Gugus silanol Si-OH dan gugus 52 siloksan Si-O-Si merupakan sisi aktif pada permukaan silika gel yang dapat digunakan untuk keperluan adsorpsi Yusuf et al., 2014. Hasil FTIR silika gel hasil sintesis dari bagasse tebu selanjutnya dibandingkan dengan hasil FTIR kiesel silika gel 60G untuk mengetahui keberhasilan proses sintesis. Hasil karakterisasi spektroskopi FTIR silika gel hasil sintesis dari bagasse tebu dan kiesel gel 60G dapat dilihat pada Gambar 3 halaman 43. Berdasarkan hasil spektroskopi FTIR silika gel pada Gambar 3 tersebut maka dapat diinterpretasikan seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Interpretasi Hasil Spektrum FTIR Silika Gel Hasil Sintesis dari Bagasse Tebu dan Kiesel Gel 60G No. Gugus Fungsi Bilangan Gelombang cm -1 Silika Gel Hasil Sintesis Kiesel Gel 60G 1. Vibrasi tekuk ≡Si-O dari ≡Si-O-Si≡ 462,92 471,16 2. Vibrasi ulur simetris dari ≡Si-O pada ≡Si-O-Si≡ 794,67 800,85 3. Vibrasi ulur asimetris dari ≡Si-O pada ≡Si-O-Si≡ 1087,85 1097,17 4. Vibrasi ulur –OH dari ≡Si-OH 3425,58 3462,86 5. Vibrasi tekuk –OH dari molekul air 1635,64 1637,09 6. Vibrasi Ulur C-H 2931,80 - Secara umum, pita serapan yang muncul pada spektra silika gel hasil sintesis dari bagasse tebu menunjukkan adanya gugus-gugus fungsional dari silika gel yaitu gugus silanol Si-OH dan siloksan Si-O- Si Mujiyanti et al, 2013. Berdasarkan Tabel 2 maka dikatakan bahwa interpretasi FTIR silika gel hasil sintesis dari bagasse tebu memiliki 53 kemiripan dengan spektra silika Kiesel gel 60. Puncak utama yang diyakini sebagai gugus fungsi dari silika gel adalah vibrasi ulur gugus –OH gugus hidroksil dari ≡Si-OH yang muncul pada bilangan gelombang 3425,58 cm -1 . Dengan demikian maka di dalam sampel diyakini terdapat gugus hidroksil yang menunjukkan ikatan ≡Si-OH atau silanol. Puncak kedua yang diyakini menunjukkan gugus fungsi dari silika adalah gugus siloksan ≡Si-O-Si≡ yang muncul pada bilangan gelombang 1087,85 cm -1 . Adanya gugus fungsi ≡Si-O-Si≡ diperkuat dengan adanya puncak pada bilangan gelombang 462,92 cm -1 yang menunjukkan adanya ikatan ≡Si-O Suka et al., 2008. Selain gugus fungsi yang dimiliki oleh silika gel, spektrum FTIR silika gel hasil sintesis juga terdapat gugus fungsi yang lain yang berasal dari pengotor, yang tidak dapat dibersihkan seluruhnya. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa silika gel dari bagasse tebu memiliki kemiripan dengan gugus fungsi Kiesel gel 60.

4. Kinetika terhadap Adsorpsi Anion NO