Keuntungan ASI dibandingkan MP-ASI Keuntungan MP-ASI dibandingkan ASI Fisiologi Defikasi

7. Bakat Alergi: Tunda Telur Begitu anak makan bubur boleh mulai diberikan telur. Tapi harus diperhatikan untuk anak-anak yang punya bakat alergi, disarankan untuk memperlambat pemberian telur, yaitu pada usia lebih dari setahun atau lebih bagus saat usia 2 tahun. Selain itu, pemberian telur sebaiknya dimulai dari kuning telur terlebih dahulu, karena alergen biasanya berasal dari protein yakni putih telurnya, sementara kuning telur banyak mengandung lemak dan vitamin. 8. Ikan: Menjelang Satu Tahun Pada dasarnya, makanan yang diberikan untuk bayi adalah makanan yang sehat, yang terdiri atas beras, lauk-pauk hewani dan nabati, buah-buahan dan tambahan susu. Sama halnya dengan memberikan makanan padat, lauk-pauk pun harus diberikan secara bertahap. Mulai dari daging ayam yang dihaluskan, lalu diselingi dengan daging sapi, sampai ketika usianya mendekati satu tahun, si kecil sudah boleh diberi ikan.

2.6 Keuntungan ASI dibandingkan MP-ASI

1. Enzim lisozim melisiskan dinding sel bakteri 2. Laktoferin mengikat zat besi yang diperlukan untuk replikasi escherichia colli dan bakteri lain. 3. Interferon yang terkandung dalam ASI adalah agen antivirus. 4. ASI dapat menurunkan resiko dan keparahan penyakit. 5. Bagi psikologi, ASI dapat membantu ibu dan bayi menjalin keintiman dan hubungan kasih sayang dengan bayinya. 6. ASI steril dan tidak butuh biaya. Universitas Sumatera Utara 7. Asi tidak memerlukan persiapan seperti susu formula 8. Pemberian ASI dini dapat mengurangi perdarahan pascalahir karena pelepasan oksitoksin mengkontraksikan pembuluh darah uterus Setyowati, 1999.

2.7 Keuntungan MP-ASI dibandingkan ASI

1. Vitamin K yang terdapat pada susu formula lebih banyak, yang diperlukan untuk mencegah penyakit perdarahan pada bayi baru lahir. 2. MP-ASI sebagai alternatif ASI apabila terdapat kontraindikasi ASI. 3. Ibu yang menderita TB aktif yang tidak diobati, bruselosis, atau yang baru terkena sifilis tetap dapat memberikan susu kepada bayi tanpa menularkan pada bayinya. 4. Bagi ibu yang menyusui tidak akan kesulitan memulai dan smempertahankan posisi menyusui yang dapat menyebabkan kekecewaan emosional bagi ibu Setyowati, 1999.

2.8 Fisiologi Defikasi

Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rektum mencapai 18 mmHg , apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Ketika feses masuk rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltik dalam kolon desendens, sigmoid, rektum, dan mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi Universitas Sumatera Utara secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rektum teregang. Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen mengejan. Defekasi merupakan suatu refleks spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen. Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai refl eks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis segmen sakral medulla spinalis . Bila ujung saraf dalam rektum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon desendens, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut parasimpatis pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltik dan merelaksasi sfingter ani internus sehingga mengubah refleks defekasi intrinsik menjadi proses defekasi yang kuat. Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses Brough, 2008.

2.9 Pengertian Konstipasi