3. Tugas Pokok Kepolisian
Adapun tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
12
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. Mendasari peranan Polri tersebut di atas, bila diperhatikan justru lebih
banyak melakukan perannya dalam bidang-bidang non represif dari pada melakukan tindakan yang represif seperti memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, karena bagaimanapun penegakan hukum melalui pendekatan represif jika dibandingkan dengan non
represif jauh lebih berhasil. Terkait dengan peranan Polri dalam penangangan konflik, dalam hal
ini Polri berangkat dari pendekatan-pendekatan yang dilakukan melalui pre- emtif, preventif, dan represif. Sebelum melakukan tindakan-tindakan yang
bersifat pre-emtif. Polri selalu melakukan upaya mengindetifikasi dengan menggunakan teori gunung es yaitu diusahakan mencari akar permasalahan
yang mendalam dari pada setiap timbulnya konflik sosial. Pekerjaan ini bukanlah mudah, karena permasalahan yang ada di dalam masyarakat sebagai
sumber terjadinya konflik sosial relatif cukup heteronom dan sekaligus memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan budaya, adat istiadat,
pendididikan , dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam mencari dan mengetahui
12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pasal 13.
secara mendalam akar persamalahan timbulnya konflik sosial yang ada, harus dilakukan secara konprehensif dan terintegasi antara berbagai fungsi yang
terkaitterpadu di dalamnya tokoh masyarakat, pemerintah daerahpusat, berbagai departemen, Polri, dan TNI, lembaga-lembaga peneliti lembaga
formal maupun informal . Tujuannya untuk mensinergikan secara sistematis sesuai dengan Tupoksi masing-masing.
Realisasi langkah-langkah peran Polri dalam menyelesaiakan konflik sosial dapat dilakukan pada tahap prakonflik, saat konflik dan pasca konflik.
Pertama, pada tataran pra konflik. Tataran ini merupakan kondisi sebelum
terjadinya konflik terbuka namun sudah ada potensi konflik dalam masyarakat. Bentuk tindakan kepolisian adalah pre-emtif dan preventif yang
bertujuan untuk mengelola potensi konflik yang ada agar tidak berkembang
menjadi konflik sosial secara terbuka. Kedua, pada saat kondisi konflik sosial
terjadi. Tindakan kepolisian yang dilakukan berbentuk repressif baik bersifat yusticial maupun nonjusticial. Tindakan yusticial dilakukan merupa
penyidikan tindak pidana yang telah mencul dalam konflik terbuka secara selektif. Sedangkan tindakan represif non yusticial dapat dilakukan untuk
tujuan untuk menghentikan konflik sosial terbuka walaupun sifatnya sementara yaitu melalui tindakan melokalisasi areal konflik, membubarkan
kerumunan massa, melakukan razia, dan lain-lain.
Ketiga, pada kondisi pasca konflik sosial. Dilaksanakan setelah selesai
konflik sosial terbuka. Tindakan kepolisian dalam situasi ini dilakukan dengan tujuan menciptakan kembali kondisi setelah konflik terbuka terjadi. Tujuannya
adalah untuk menciptakan kembali kondisi sosial yang amankondusif,
mewujudkan rasa keadilan dari masyarakat yang berkonflik. Tindakan kepolisian yang dilakukan mulai dari tahap pre-emptif, preventif dan represif
dalam penyelesaian konflik sosial pada dasarnya merupakan fluktuasi tindakan yang mengarah pada penciptaan ketertiban umum. Dikatakan sebagai
fluktuasi tindakan, karena Polri dalam melakukan tidanakan pre-emtif dan preventif berawal dari adanya kondisi sosial dalam masyarakat yang
menyimpan potensi konflik, namun belum muncul dalam bentuk konflik terbuka. Pada kondisi ini masyarakat masih dapat melakukan aktivitas sosial
sehari-hari, kemudian ketika terjadi konflik terbuka, kondisi sosial tersebut menjadi terganggu dan memunculkan tindak pidana.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan represif yang diharapkan dapat mengembalikan kondisi sosial masyarakat menjadi kondusif. Kondisi pasca
konflik sosial yang menjadi sasaran upaya polri adalah kembalinya aktivitas sosial secara normal serta terujudnya ketertiban umum melalui upaya
pembinaan ketertiban masyarakat.
13
4. Restorative Justice Penyelesaian Masalah Pidana di Luar Pengadilan