33
disampaikan, menyampaikan materi pembelajaran yang akan datang, dan dapat juga memberikan tugas untuk siswa.
F. Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Amrina Rosada 2015 tentang
implementasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak berkebutuhan khusus di SLB kota Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi dilaksanakan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan
sekolah, pendekatan implementasi kebijakan menggunakan pendekatan perilaku yang meletakkan dasar orientasi pada perilaku manusia,
implementasi kebijakan pendidikan kesehatan sudah berjalan cukup baik. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada masalah tentang
implemetasi kebijakan pendidikan kesehatan reproduksi sedangkan masalah yang akan peneliti ambil yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran
kesehatan reproduksi yang belum dijelaskan secara lebih rinci. Tempat penelitian dilakukan di SLB Negeri 2 Bantul dengan subyek penelitian
anak tunarungu sedangkan pada penelitian terdahulu tempat penelitian dilakukan di SLB Negeri di kota Yogyakarta dengan subyek penelitian
anak tunanetra dan anak tunagrahita.
G. Kerangka Pikir
Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami hambatan dalam pendengaran sebagian maupun seluruhnya sehingga anak mengalami
34
keterbatasan dalam menerima informasi yang dapat berdampak pada kehidupannya sehari-hari sehingga membutuhkan pendidikan secara
khusus. Dampak yang ditimbulkan dalam kehidupan sehari-hari tersebut yaitu menyebabkan anak tunarungu kesulitan dalam menerima informasi
tentang kesehatan reproduksi. Anak tunarungu masih kurang memahami pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi sehingga anak sering mencari informasi-informasi dari berbagai sumber, salah satunya yaitu dari sosial media. Maka dari itu
perlunya pemberian pengetahuan tentang pembelajaran kesehatan reproduksi untuk anak tunarungu.
Keberhasilan dalam pembelajaran ekstrakurikuler kesehatan reproduksi berkaitan erat dengan aspek tahapan dalam pelaksanaan
pembelajaran, komponen-komponen pembelajaran yang dipergunakan untuk pembelajaran ekstrakurikuler kesehatan reproduksi bagi anak
tunarungu. Tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dan komponen –
komponen pembelajaran yang dipergunakan memiliki peranan penting dalam tingkat keberhasilan pembelajaran ekstrakurikuler kesehatan
reproduksi untuk anak tunarungu. Tahapan pelaksanaan pembelajaran biasanya dilakukan oleh guru. Dalam hal ini guru sangat memegang
peranan penting dalam pembelajaran untuk menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Selain itu komponen-komponen pembelajaran
yang digunakan juga memiliki peranan yang penting karena setiap komponen saling berkaitan satu sama lain.
35
Pembelajaran ekstrakurikuler kesehatan reproduksi ini seorang guru harus menyiapkan secara lebih rinci sebelum memulai pembelajaran.
Karena hal tersebut sangatlah penting. Persiapan pembelajarannya dapat dilihat dari penggunaan media, metode yang digunakan. Dengan
dilaksanakannya pembelajaran ekstrakurikuler kesehatan reproduksi untuk anak tunarungu diharapkan anak tunarungu menjadi lebih paham tentang
pengetahuan tersebut.
H. Pertanyaan Penelitian