3. Kajian Industri Minyak Kelapa
Industri minyak kelapa di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo merupakan industri yang berkaitan erat
dengan penelitian ini. “Industri minyak kelapa yang sudah berjalan
sejak puluhan tahun ini merupakan industri yang menyokong kehidupan ratusan warga Desa Kedungkamal” Heru Sutiyono dalam
Kedaulatan Rakyat Kamis 30 Mei 2013. Adapun kegiatan yang dilakukan di industri ini yaitu mulai dari pencungkilan kelapa untuk
dipisahkan antara tempurung, daging dan air kelapanya, sampai dengan pemasaran produk.
Tahap awal pada produksi minyak kelapa yaitu mendapatkan bahan baku yaitu kelapa. Syarat kelapa yang dijadikan untuk bahan
baku minyak kelapa yaitu kelapanya sudah berumur tua. Mendapatkan kelapa di Kabupaten Purworejo cukup mudah, karena purworejo
merupakan salah satu daerah penghasil kelapa terbesar di Jawa Tengah. Tanaman kelapa merupakan tanaman yang dapat berbuah
sepanjang tahun,
tidak ada
musim-musiman, akan
tetapi produktivitasnya yang berfluktusi, kadang banyak kadang sedikit.
Pasar merupakan tempat paling mudah untuk medapatkan kelapa. Selain mendapatkan dari pasar, kelapa juga bisa didapatkan
langsung dari petani-petani kelapa. Ketika kelapa sedang sedikit produksinya, seringkali pengrajin mengambil kelapa sampai keluar
daerah bahkan sampai ke luar pulau. Daerah yang biasanya dijadikan
tempat tujuan untuk mencari bahan baku antara lain cilacap, kebumen, lampung, jawa barat.
Sekali produksi minyak kelapa bahan baku yang dibutuhkan berkisar antara 1.800
– 3.000 biji kelapa. Banyaknya bahan baku yang diperlukan bergantung kapada mesin giling yang dimiliki oleh
pengrajin. Pengrajin minyak kelapa yang ada di Desa Kedungkamal rata-rata hanya memiliki satu mesin giling, hanya ada dua pengrajin
yang memiliki mesin giling dua buah. Semakin banyak mesin gilingnya maka dalam sekali produksi memerlukan bahan baku yang
lebih banyak. Pekerja industri minyak kelapa yang menjadi responden dalam
penelitian ini memegang peran yang terpenting. Industri yang masih sangat sederhana ini sangat bergantung kepada tenaga manusia, karena
alat-alat produksinya yang masih terbatas. Semakin banyak bahan baku yang digunakan berarti semakin banyak pula tenaga manusia
yang dibutuhkan. Pekerja industri minyak kelapa rata-rata bertempat tinggal di
Desa Kedungkamal. Pekerja yang berasal dari Desa Kedungkamal terbagi berasal dari dua dusun saja yaitu Dusun Kedungkamal Tengah
dan Dusun Kedungkamal Kidul, hal tersebut karena kebanyakan pekerjanya hanya tetangga sekitar dari pengrajin minyak kelapa.
Beberapa pekerja ada yang bertempat tinggal di luar Desa
Kedungkamal, akan tetapi tidak dijadikan sebagai responden karena bukan sebagai Kepala Keluarga.
Pekerja industri minyak kelapa dibagi menjadi beberapa bidang. Pencukil adalah pekerja yang tugasnya memisahkan daging
kelapa dari tempurungnya. Penggiling merupakan pekerja yang bertugas memarut daging kelapa yang sudah dicungkil menjadi halus.
Pekerja lain ada yang bertugas untuk memeras daging kelapa hasil gilingan menjadi santan. Terakhir adalah pekerja yang bertugas untuk
memasak santan hasil perasan daging kelapa hingga minyak dan ampas blondo terpisah.
Bahan baku berupa kelapa yang sudah tersedia awalnya dicungkil untuk memisahkan antara daging kelapa dengan tempurung
batok kelapanya. Pencungkilan biasanya dilakukan mulai pukul tujuh pagi sampai selesai. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencungkil
tergantung oleh beberapa faktor. Faktor pertama bergantung kepada berapa banyak biji kelapa
yang akan dicungkil, semakin banyak tentunya semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencungkil. Kedua yaitu apakah tempurung
kelapa yang akan dicungkil akan digunakan menjadi wadah atau hanya akan dijadikan arang, jika akan dijadikan wadah berarti memerlukan
waktu yang lebih lama karena harus berhati-hati dalam mencungkil untuk membentuk wadah yang sempurna. Wadah yang dimaksud
adalah wadah untuk getah pohon damar, biasanya yang memesan
adalah pihak Perhutani, sedangkan jika hanya untuk dijadikan arang maka para pekerja yang mencungkil bisa asal-asalan dalam
mencungkilnya gambar 3. Faktor yang ketiga berada ditangan para pekerja, karena pekerja disana merupakan pekerja lepas sehingga para
pekerjanya bebas untuk masuk kerja atau tidak. Kelapa yang sudah dicungkil kemudian digiling diparut
sampai menjadi halus dengan menggunakan mesin penggiling gambar 9. Pekerja yang bertugas untuk menggiling biasanya hanya butuh satu
atau dua pekerja saja. Penggilingan adalah satu-satunya proses produksi yang menggunakan mesin. Setelah daging kelapa digiling,
selanjutnya diberi air lalu diperas untuk diambil santannya. Proses pemerasan dilakukan dalam suatu wadah yang terbuat
dari anyaman bambu yang besar, kemudian pekerja yang bertugas untuk memeras masuk bersama hasil parutan kelapa kedalam wadah
tersebut gambar 4. Parutan kelapa diperas hingga menghasilkan santan. Proses pemerasan tersebut dilakukan terus menerus hingga
parutan kelapa sudah tidak bisa menghasilkan santan lagi. Santan hasil perasan dialirkan kedalam wadah permanen yang sudah tersedia
gambar 5 dan 6. Sisa parutan kelapa yang sudah diperas biasanya digunakan sebagai pakan ternak.
Santan yang sudah terkumpul dalam wadah, diambil dengan menggunakan ciduk gayung untuk dimasukkan kedalam wajan
khusus yang sudah berada diatas tungku gambar 7. Wajan khusus
tersebut dibuat sendiri oleh pengrajin, bahannya dari drum bekas yang dipotong tengahnya dan dibagi menjadi dua. Api dihasilkan dari kayu
bakar, apinya harus cukup besar dan stabil. Santan yang sedang dimasak harus terus diaduk-aduk hingga
keluar minyaknya. Minyak dan endapan ampas blondo kemudian akan terpisah dengan sendiri. Minyak yang sudah terpidah diambil
dengan menggunakan gayung lalu dituangkan kedalam jerigen-jerigen yang tersedia dengan menggunakan bantuan corong gambar 8.
Ampas yang tersisa selanjutnya diperas lagi dengan menggunakan karung goni untuk mendapatkan minyak yang masih tersisa. Ampas
yang tersisa biasanya dijual kepasar dengan harga yang cukup mahal. Ampas atau orang jawa biasa menyebutnya dengan blondo tersebut
biasa dikonsumsi oleh masyarakat disana gambar 10. Minyak kelapa yang sudah dikemas kedalam derigen-derigen
biasa dipasarkan langsung ke pabrik-pabrik minyak. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran yaitu semarang dan Jawa Barat. Para
pengrajin melihat pabrik mana yang memiliki harga beli tertinggi, maka disanalah mereka menjual minyak mereka. Penjualan biasa
dilakukan satu bulan dua sampai tiga kali, bergantung pada banyak sedikitnya produktivitasnya.
4. Kajian Kondisi Sosial Ekonomi