Kontribusi Pendapatan Industri Kerajinan Sapu Rayung terhadap Total Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin di Desa Bojong Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.
KONTRIBUSI PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN SAPURAYUNG TERHADAP TOTAL PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA BOJONG KECAMATAN MUNGKID
KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh : ISTI FAIYAH 12405244012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
(2)
(3)
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini sa1'a mcnyertakan bahr,r'a skripsi
ini
adalah benar-benar karya sava sctrcliri. Sepanjanu pengetahuail saya. tidak telclapat kalya atau pendapatan 1,ang clitulis atau ditelbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan detrganmengikuti tata penuiisan karya ihniah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang terlera dalam halaman pengesahan aclalah as1i. Jika tidak as1i, saya siap menerima sanksi ditunda yudisiurn pada periocle berikutnl,a.
Yogyakarta, .L Agustus 2016
(4)
(5)
v
MOTTO
Bismillahirohmaannirrohiim (QS. Al Fatikhah, 1)
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. Al Insyirah, 94: 6)
Seberapa banyak keberuntungan mendatangimu, tergantung kemauanmu untuk berusaha.
(Barbara Sher)
Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan.
(Samuel Jhonson)
Do’a tanpa usaha itu bohong, usaha tanpa do’a itu sombong. (Penulis)
(6)
vi
A
du
r
’
, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, berkat
karunia dan ridhoNya karya sederhana ini dapat terselesaikan. Kupersembahkan
karya sederhana ini kepada:
Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mugiyono dan Ibu Suryani yang selalu
melimpahkan cinta, kasih sayang, nasehat dan
d ’
dalam setiap langkah yang
kulalui. Terimakasih atas segala pengorbanan yang dilakukan untuk anak-anakmu
sampai detik ini.
Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:
Kakakku Erwin Susanti dan adikku Muhammad Zaenal Arif yang memberikan kasih
sayang dan arti persaudaraan yang luar biasa.
Keluarga Besarku yang selalu mendukung, memberi perhatian dan mendoakan.
Arif Agung Pamungkas, S.Pd, yang tak henti-hentinya selalu memberikan semangat,
mendukung dan mendoakan.
Sahabatku Jule, Bela, Nisa, Dita dan Cindy, terimakasih kebersamaannya dalam
suka dan duka.
Keluarga Besar Jurusan Pendidikan Geografi 2012 yang telah memberikan
pengalaman dan persahabatan yang luar biasa.
(7)
vii
KONTRIBUSI PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN SAPURAYUNG TERHADAP TOTAL PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA BOJONG KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG
Oleh: Isti Faiyah ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui: 1. Perbandingan faktor produksi industri kerajinan sapu rayung. 2. Hambatan industri kerajinan sapu rayung dan upaya mengatasi. 3. Total pendapatan rumah tangga pengrajin. 4. Kontribusi pendapatan industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin. 5. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian yaitu seluruh kepala rumah tangga pengrajin sapu rayungberjumlah 74 jiwa dari dua dusun 51 jiwa di Dusun Keprekan dan 23 jiwa di Dusun Dendengan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengolahan data meliputi editing, koding dan tabulasi. Teknik analisis data menggunakan tabel frekuensi dan analisis statistik regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Perbandingan faktor produksi: a. modal awal di Dusun Keprekan lebih besar dibandingkan Dusun Dendengan, b. pembelian bahan baku Dusun Keprekan lebih banyak dibanding Dusun Dendengan, c. di Dusun Keprekan lebih banyak menggunakan tenaga kerja upahan dibandingkan Dusun Dendengan, d. pemasaran sapu rayung Dusun Keprekan lebih luas dibandingkan Dusun Dendengan, e. transportasi dengan sepeda motor Dusun Keprekan lebih sedikit dibandingkan Dusun Dendengan, f. pemanfaatan sinar matahari Dusun Keprekan lebih banyak dibanding Dusun Dendengan. 2. Hambatan industri kerajinan sapu rayung, a. modal: Dusun Keprekan lebih rendah dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: meminjam pada keluarga, menyimpan uang hasil penjualan sebelumnya, b. bahan baku: Dusun Keprekan lebih besar dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: membeli banyak bahan baku di awal musim, c. tenaga kerja: Dusun Keprekan lebih tinggi dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: menambah tenaga kerja upahan dari luar, d. pemasaran: Dusun Keprekan lebih rendah dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: memasarkan secara mandiri, meningkatkan kualitas, inovasi, promosi online, e. sumber energi: Dusun Keprekan lebih banyak dibandingkan Dusun Dendengan, upaya: persediaan rayung dijemur saat musim kemarau. 3. Total pendapatan rumah tangga Dusun Keprekan lebih tinggi dibandingkan Dusun Dendengan. 4. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif pendapatan industri kerajinan sapurayungDusun Keprekan lebih besar dibanding Dusun Dendengan. 5. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin di Dusun Keprekan lebih tinggi dibandingkan Dusun Dendengan
Kata kunci: pendapatan industri kerajinan sapu rayung, total pendapatan, tingkat kesejahteraan
(8)
viii
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan tulus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kemudahan dalam penelitian.
3. Ibu Suparmini, M.Si. selaku pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktunya membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian hingga Tugas Akhir Skripsi ini selesai.
4. Bapak Nurhadi, M.Si. selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian hingga Tugas Akhir Skripsi ini selesai.
5. Ibu Sriadi Setyawati, M.Si, selaku narasumber atas segala arahan, kritik, saran dan masukan yang berarti hingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Ibu Dra. Mawanti Widyastuti, M.Pd. selaku penasehat akademik yang telah
(9)
ix
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingannya kepada penulis selama studi, sehingga penulis dapat menerapkannya melalui karya ini.
8. Bapak Agung Yulianto, S.E selaku admin jurusan pendidikan geografi yang telah banyak membantu penulis selama studi.
9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Mugiyono dan Ibu Suryani yang selalu memberikan motivasi, dukungan moril maupun materil, cinta, kasih sayang, pengorbanandan do’a yang tak ada habisnya.
10. Kepala Dinas Perindustrian dan UMKM Kabupaten Magelang dan seluruh perangkatnya yang telah membantu memberikan data yang diperlukan.
11. Camat Kecamatan Mungkid, Kepala Desa Bojong, Kepala Dusun Keprekan dan Kepala Dusun Dendengan atas pemberian ijin penelitian serta segala kemudahan dan bantuannya selama penelitian.
12. Seluruh responden yang telah membantu memberikan semua data yang diperlukan penulis.
13. Kakakku Erwin Susanti dan adikku Muhammad Zaenal Arif atas kasih sayang, dukungan, semangat, do’a dan selalu mengingatkan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
14. Seluruh keluarga besarku atas bantuan, cinta, kasih sayang, do’a dan semangatnya selama ini.
15. Mas Estu Jati Utama, S.Pd yang selalu memberi semangat, masukan dan sering meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
(10)
17. I(cluarga besar Jutusan Penclidikan Gcografi 2012 terirna kasih atas segala scmangat. canda tawa, dan kekompakannva.
18. Keiuarga apartemen Menur 16.4 yang merlberi motivasi clan membuat
l-iari-hari penuiis penuh canda tawa.
19. Teman-teman KKN 39 yang men-rberikan semangat dan selalu mengingatkan
untuk segera menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.
20. Teman-tcrnan PPL SMA
N
1
Kota Mungkid UNY dan UNTIDAR ataspengalarnatl yang tak terlupakan.
21. Pihak-pihak lain yang ticlak clapat penulis sebutkan satu persatu. selnoga Allah
rnernbalas segala kebaikan mereka dengan pahala. Amiin.
Per-rulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh clari kesempuntaan.
Harapar-i dau doa penulis semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bennanlaat clan mendapat ridho-Nya. Amin
Yogyakarta.r-6Agustus 20 1 6
Penuiis,
(11)
xi DAFTAR ISI
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori... 10
1. Kajian Geografi... 10
a. Pengertian Geografi... 10
b. Pendekatan Geografi... 11
c. Konsep Geografi... 13
d. Geografi Industri... 16
2. Kajian Industri... 17
a. Pengertian Industri... 17
b. Penggolongan Industri... 18
3. Industri Kerajinan SapuRayung... 20
a. SapuRayung... 20
b. Proses Pembuatan Kerajinan SapuRayung... 21
c. Faktor Produksi Industri Kerajinan SapuRayung... 22
4. Kajian Rumah Tangga... 26
5. Kajian Pendapatan dan Sumber Pendapatan Rumah Tangga.... 27
(12)
xii
a. Pengertian Keluarga Sejahtera... 29
b. Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera... 30
B. Penelitian Relevan... 31
C. Kerangka Pikir dan Hipotesis... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 39
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 39
1. Variabel Penelitian... 39
2. Definisi Operasional Variabel... 40
D. Populasi Penelitian... 45
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 46
F. Teknik Pengolahan Data... 48
G. Teknik Analisis Data... 48
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 50
2. Pengujian Hipotesis ... 52
BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian... 53
1. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian... 53
2. Kondisi Geografis... 55
a. Topografi dan Jenis Tanah... 55
b. Tata Guna Lahan ... 55
3. Kondisi Klimatologis... 56
a. Tipe Curah Hujan... 56
b. Temperatur ... 59
4. Kondisi Demografis... 60
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 60
b. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin.. 62
(13)
xiii
a. Tingkat Pendidikan ... 65
b. Mata Pencaharian Penduduk... 66
B. Karakteristik Responden ... 67
1. Alamat... 67
2. Umur ... 68
3. Jenis Kelamin... 68
4. Pendidikan... 69
5. Lama Usaha ... 70
6. Jumlah Anggota Rumah Tangga... 72
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
1. Perbandingan Faktor Produksi Industri Kerajinan Sapu.... 72
2. Proses Produksi Industri Kerajinan Sapu... 98
3. Hambatan Industri Kerajinan SapuRayungdan Upaya .... 106
4. Pendapatan Rumah Tangga... 110
5. Kontribusi Pendapatan Industri Kerajinan SapuRayung... 117
6. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin Sapu... 122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 124
B. Saran... 128
DAFTAR PUSTAKA... 130
(14)
xiv
1. Penelitian Relevan ... 31
2. Hasil Uji Normalitas ... 51
3. Hasil Uji Homogenitas ... 51
4. Tata Guna Lahan Desa Bojong Tahun 2015 ... 56
5. Data Curah Hujan Desa Bojong Tahun 2005-2015 ... 57
6. Tipe Curah Hujan berdasarkan Schmidt dan Ferguson ... 58
7. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin . 63 8. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Bojong Tahun 2015 ... 66
9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Bojong ... 67
10. Umur Responden ... 68
11. Jenis Kelamin Responden ... 69
12. Tingkat Pendidikan Responden ... 70
13. Lama Usaha ... 71
14. Anggota Rumah Tangga Responden ... 72
15. Asal Modal Responden ... 73
16. Besar Modal Awal Responden ... 74
17. Cara PembelianRayung ... 76
18. JumlahRayungPer Bulan ... 76
19. Cara Pembelian Bambu ... 77
20. Jumlah Bambu Per Bulan ... 78
21. Periode Pembelian Bahan Baku ... 79
22. Biaya Pembelian Bahan Baku ... 80
23. Biaya Pembelian Bahan Tambahan ... 81
24. Total Biaya Bahan Baku dan Bahan Tambahan ... 82
25. Jumlah Tenaga Kerja ... 83
26. Status Tenaga Kerja ... 84
27. Biaya Tenaga Kerja ... 85
(15)
xv
29. Periode Pemasaran ... 87
30. Jumlah Sapu yang Dipasarkan dalam Waktu Satu Bulan ... 88
31. Jenis Kendaraan untuk Pemasaran ... 92
32. Status Kepemilikan Kendaraan ... 93
33. Total Biaya Transportasi Per Bulan ... 93
34. Cara MenjemurRayung ... 94
35. Lama PenjemuranRayung ... 95
36. Bahan Bakar untuk Membakar Bambu ... 96
37. Jumlah Bahan Bakar Per Bulan ... 96
38. Biaya Bahan Bakar Per Bulan ... 97
39. Hambatan Industri Kerajinan SapuRayung ... 106
40. Pendapatan Industri Kerajinan SapuRayungPer Bulan ... 112
41. Pendapatan Non Industri SapuRayungPer Bulan ... 113
42. Pendapatan Anggota Rumah Tangga Per Bulan ... 115
43. Total Pendapatan Rumah Tangga Pengrajin ... 116
44. Hasil Uji Hipotesis ... 118
45. Koefisien Determinasi (R2) ... 118
46. Hasil Uji Regresi ... 119
47. Sumbangan Relatif ... 121
48. Sumbangan Efektif ... 122
(16)
xvi
1. Rumput Gelagah ... 21
2. Bagan Kerangka Pikir ... 35
3. Peta Admnistratif Desa Bojong... 54
4. Peta Pemasaran Kerajinan Sapu Dusun Keprekan Tahun 2016 ... 90
5. Peta Pemasaran Kerajinan Sapu Dusun Dendengan Tahun 2016... 91
6. Alat yang Digunakan untuk Proses Produksi Sapu ... 99
7. Rayung sebagai Bahan Baku ... 99
8. Bambu untuk Pegangan Sapu ... 99
9. Tali Rafia sebagai Bahan Tambahan ... 100
10. Isolasi ... 100
11. Paku ... 100
12. Proses Mitili Rayung ... 100
13. PenjemuranRayung... 101
14. Pembakaran Bambu ... 101
15. Proses Nencepi ... 102
16. Hasil Tencepan untuk Jenis Sapu Ceblok dan Pantek/Jari ... 102
17. Glintiran/Ikatan untuk Jenis Sapu Ceblok ... 103
18. Glintiran/Ikatan untuk Jenis Sapu Pantek/Jari ... 103
19. Proses Penyatuan Glintiran dan Tencepan ... 104
20. Proses Penjahitan Sapu Ceblok Tahap Kedua ... 104
21. Hasil Penjahitan SapuCeblokTahap Kedua ... 104
22. Pelubangan Ujung Bambu ... 105
23. Pemberian Label dari pengrajin ... 105
24. SapuCeblok ... 106
(17)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
1. Dokumentasi Penelitian
2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara 3. Pedoman Wawancara
4. Pedoman Penskoran 5. Hasil Koding 6. Pendapatan
7. Hasil Penghitungan dengan SPSS 8. Tabel Distribusi F
9. Tabel Nilai RProduct Moment
10. Tahapan Keluarga Sejahtera 11. Surat Ijin Penelitian
(18)
1
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya tinggal di daerah perdesaan dan bekerja di sektor pertanian. Luas lahan pertanian semakin berkurang karena banyaknya alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menjadi faktor pendukung semakin tingginya tingkat alih fungsi lahan. Penurunan luas lahan pertanian ini akan memberikan beberapa dampak antara lain: 1) kemunduran dalam produksi, 2) kecilnya angka penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian, 3) tenaga kerja manusia (man power) semakin tergeser dan sudah banyak digantikan dengan peralatan canggih untuk mengolah lahan pertanian.
Lahan pertanian selama ini diketahui identik dengan daerah perdesaan. Penurunan luas lahan pertanian ini tentu memberikan dampak pada kondisi perekonomian masyarakat setempat. Berkurangnya pendapatan rumah tangga menjadikan kebutuhan rumah tangga tidak terpenuhi, sehingga masyarakat harus berupaya mencukupi kebutuhan rumah tangganya dengan mencari tambahan pendapatan dari sektor non pertanian, yaitu sektor industri.
Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia setelah sektor pertanian. Pembangunan sektor industri akan mampu menambah pendapatan bagi masyarakat, meningkatkan kesejahteraan
(19)
2
masyarakat dan memberikan peluang kerja di perdesaan, seperti yang dikemukakan oleh Philip Kristanto, (2004: 155):
Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi negara berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Banyak kebutuhan umat manusia hanya dapat dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sektor industri.
Industri di perdesaan mempunyai nilai yang lebih karena memanfaatkan bahan baku lokal untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya keberadaan industri di perdesaan yaitu: 1) mengurangi angka urbanisasi dari desa ke kota, 2) sifatnya yang padat karya akan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak, 3) masih memungkinkan tenaga kerja tetap melakukan aktivitas pertanian pada musim tertentu karena masih satu lokasi dengan industri, 4) menggunakan teknologi yang masih sederhana, sehingga mudah untuk dipelajari (Hadi Prayitno dan Lincoln Arsyad, 1987: 65). Industri yang banyak terdapat di perdesaan yaitu industri kecil dan industri rumah tangga, dengan karakteristik teknologi sederhana dalam pengelolaannya dan merupakan industri padat karya (Philip Kristanto, 2004: 157). Peran industri di Indonesia sering dikaitkan dengan masalah ekonomi dan sosial seperti kemiskinan, jumlah pengangguran tinggi, distribusi pendapatan yang tidak merata dan tingkat pembangunan ekonomi di perdesaan yang masih terbelakang.
(20)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di Provinsi Jawa Tengah terdapat 1.030.374 unit usaha baik mikro, kecil dan UMKM dan menyerap tenaga kerja sebesar 2.571.409 jiwa. Kabupaten Magelang merupakan daerah yang mempunyai kegiatan pengembangan perindustrian. Industri yang ada mulai dari industri berskala besar dan sedang, serta didominasi oleh industri skala kecil sampai mikro (rumah tangga) dengan jumlah total 405 unit, dan angka penyerapan tenaga kerja mencapai 52.337 orang. Jenis industri yang ada di Kabupaten Magelang meliputi industri pengolahan, industri jasa, industri kerajinan dan lain-lain (Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kabupaten Magelang tahun 2008).
Penelitian ini difokuskan pada sektor industri kerajinan. Industri kerajinan merupakan salah satu industri yang penting untuk dikembangkan karena: 1) Sebagai alternatif mengatasi masalah sempitnya lahan pertanian dan terbatasnya lapangan pekerjaan di perdesaan, 2) industri kerajinan tidak memerlukan jenjang pendidikan formal yang tinggi, 3) keahlian dalam keterampilan membuat kerajinan dapat dipelajari dan dilatih.
Salah satu industri kerajinan yang ada di Kabupaten Magelang yaitu industri kerajinan sapu rayung yang berada di Desa Bojong, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang yang dikenal sejak tahun 1950. Industri ini merupakan kerajinan yang diwariskan dari generasi ke generasi, dan keterampilan yang dimiliki pengrajin diperoleh secara turun menurun. Peluang ini dapat digunakan sebagai motivasi masyarakat untuk melakukan pengembangan industri kerajinan sapu. Industri sapu rayungberpotensi untuk
(21)
4
dikembangkan karena mampu menambah pendapatan rumah tangga dari luar sektor pertanian, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Bojong.
Desa Bojong terdiri dari 14 dusun, akan tetapi hanya terdapat dua dusun yang memiliki penduduk dengan mata pencaharian sebagai pengrajin sapu rayung, yaitu Dusun Keprekan dan Dusun Dendengan. Pengembangan industri kerajinan sapu rayung dipengaruhi oleh beberapa faktor produksi dengan karakteristik masing-masing yang belum dikaji secara optimal meliputi: modal, tenaga kerja, bahan baku, transportasi, pemasaran, dan sumber energi. Faktor produksi mempunyai pengaruh dalam keberlangsungan industri kerajinan sapurayung,namun kondisinya tidak selalu stabil, sehingga menjadi hambatan pada industri ini. Hal tersebut menyebabkan industri kerajinan sapu rayung mengalami kondisi fluktuasi. Kondisi ini akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang tidak menentu dari industri kerajinan sapu rayung. Para pengrajin berusaha melakukan upaya untuk mengatasi hambatan tersebut, namun belum optimal karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin.
Berdasarkan observasi oleh peneliti pada hari Rabu. 18 Oktober 2015, kedua dusun tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan dilihat dari faktor geografis ataupun non geografis. Faktor geografis tercermin dari setiap dusun yang ada di Desa Bojong mempunyai tingkat aksesibilitas yang berbeda-beda. Dusun Keprekan berjarak 100 m dari jalan raya sedangkan Dusun Dendengan satu km dari jalan raya. Hal tersebut akan berpengaruh pada waktu tempuh
(22)
dan biaya transportasi dalam distribusi bahan baku dan pemasaran produksi sapu rayung kedua dusun. Faktor non geografis dari kedua dusun menunjukkan adanya perbedaan pada jumlah pengrajin sapu. Dilihat dari faktor non geografis, Dusun Keprekan sebagai tonggak industri kerajinan sapu memiliki jumlah pengrajin lebih banyak jika dibandingkan dengan Dusun Dendengan. Adanya berbagai perbedaan tersebut diindikasikan dapat berdampak pada pendapatan yang diterima dari kedua dusun mengalami perbedaan.
Pendapatan dari industri kerajinan sapu rayung akan memberikan kontribusi pada total pendapatan yang diterima rumah tangga pengrajin. Besar kecilnya kontribusi pendapatan akan berbeda antara rumah tangga satu dan yang lainnya. Besar total pendapatan ini nantinya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin sapu rayung yang ada di Desa Bojong. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi Pendapatan Industri Kerajinan Sapu Rayung terhadap Total Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pengrajin di Desa Bojong Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, maka identifikasi masalahnya adalah:
(23)
6
b. Kurangnya pendapatan dari sektor pertanian.
b. Perbandingan faktor produksi kerajinan sapu rayung belum dikaji secara optimal.
c. Banyaknya hambatan dalam industri kerajinan sapu rayungdan upaya mengatasi belum optimal.
d. Terjadinya fluktuasi dalam produksi industri kerajinan sapurayung. e. Belum diketahui total pendapatan rumah tangga pengrajin sapu
rayung.
f. Belum diketahui kontribusi industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin sapurayung.
g. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin sapu rayung belum diketahui.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti membatasi pada masalah:
a. Perbandingan faktor produksi kerajinan sapu rayung belum dikaji secara optimal.
b. Banyaknya hambatan dalam industri kerajinan sapurayungdan upaya mengatasi belum optimal.
c. Belum diketahui total pendapatan rumah tangga pengrajin sapu
(24)
d. Belum diketahui kontribusi industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin sapurayung.
e. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin sapu rayung belum diketahui
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan msalah pada penelitian ini adalah:
a. Bagaimana perbandingan faktor produksi kerajinan sapu rayung di Desa Bojong?
b. Apa saja hambatan dalam industri kerajinan sapu rayung dan upaya mengatasinya?
c. Berapakah total pendapatan rumah tangga pengrajin sapu rayung di Desa Bojong?
d. Berapakah kontribusi industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin sapurayungdi Desa Bojong? e. Bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin sapu rayung
di Desa Bojong?
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:
(25)
8
a. Perbandingan faktor produksi dalam industri kerajinan sapu rayung di Desa Bojong.
b. Hambatan dalam industri kerajinan sapurayungdan upaya mengatasi. c. Total pendapatan rumah tangga pengrajin sapurayungdi Desa Bojong. d. Kontribusi industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan
rumah tangga pengrajin sapurayungdi Desa Bojong.
e. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin sapu rayung di Desa Bojong.
5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam ilmu geografi industri.
2) Sebagai sumber acuan dan informasi bagi penelitian sejenis untuk masa yang akan datang.
b. Manfaat Praktis 1) Bagi Masyarakat
a) Hasil penelitian ini mampu memberikan gambaran kepada masyarakat untuk meningkatkan pendapatan industri kerajinan sapurayung.
b) Bahan pertimbangan bagi pengrajin dalam pengelolaan industri kerajinan sapurayungagar lebih efetif dan efisien.
(26)
2) Bagi Pemerintah
a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan masukan dan informasi tentang perlunya perhatian kepada industri rumah tangga di perdesaan terutama kerajinan sapurayung.
b) Memberikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk keberlangsungan industri khususnya industri skala kecil yaitu industri rumah tangga di perdesaan.
3) Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengembangan materi kelas XI bab VI kurikulum 2013 tentang Kearifan dalam pemanfaatan SDA bidang industri.
(27)
10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kajian Geografi
a. Pengertian Geografi
Suharyono dan Moch. Amien, (1994: 12) mengemukakan, menurut Armin K. Lobeck geografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan yang ada antara kehidupan dengan lingkungan fisiknya.
Definisi lain diperoleh dari hasil seminar lokakarya di Semarang pada tahun 1988 yang diselenggarakan oleh Ikatan Geografi Indonesia (IGI) menghasilkan rumusan dari pengertian geografi. Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena-fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan (Suharyono dan Moch. Amien 2013: 15).
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisikal maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1991: 30).
(28)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat diketahui bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari segala komponen di permukaan bumi baik itu fisik dan non fisik serta hubungan timbal balik antara komponen yang dikaji dengan konteks keruangan. Penelitian ini berkaitan dengan interaksi antara ruang dengan aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu melalui aktivitas ekonomi industri kerajinan sapurayung.
b. Pendekatan Geografi
Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1991: 12) menyatakan dalam geografi terpadu (integrated geography) untuk mendekati masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan yaitu pendekatan analisa keruangan (spatial analysis), analisa ekologi
(ecological analysis)dan analisa kompleks wilayah (regional complex analysis).
1) Pendekatan Keruangan
Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Dalam analisa keruangan ini yang harus diperhatikan ialah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada serta penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. 2) Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi ini lebih kepada studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan. Oleh karena
(29)
12
itu untuk mempelajari ekologi seseorang harus mempelajari organisme hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan serta lingkungannya seperti litosfer, hidrosfer dan atmosfer. Organisme hidup dapat pula mengadakan interaksi dengan organisme hidup yang lain.
3) Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisa mengenai kompleks wilayah merupakan kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi. Pada analisa ini wilayah-wilayah tertentu didekati dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain, karena terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada analisa ini diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisa ekologi).
Pendekatan Geografi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan (spatial analysis). Menurut Nursid Sumaatmadja (1988: 78-80), pendekatan keruangan mempunyai tiga macam pendekatan yang khas yaitu pendekatan topik, pendekatan aktivitas manusia(human activities)dan pendekatan regional.
1) Pendekatan Topik
Analisa yang dijadikan pegangan utama dalam menggunakan pendekatan topik tidak boleh dilepaskan hubungannya dengan ruang yang menjadi wadah gejala atau topik
(30)
yang dikaji. Faktor geografi seperti manusia dan keadaan fisisnya tidak boleh diabaikan. Berdasarkan landasan keruangan, dapat diungkapkan karakteristik gejala di wilayah/daerah yang bersangkutan dibandingkan dengan gejala di wilayah/daerah yang lainnya.
2) Pendekatan Aktivitas Manusia (Human Activities)
Analisa pendekatan aktivitas manusia utamanya diarahkan pada kegiatan manusia atau kegiatan penduduk di suatu daerah/wilayah (ruang).
3) Pendekatan Regional
Analisa pendekatan regional mendekati suatu gejala dari region atau wilayah tempat gejala yang tersebar.
Fokus utama penelitian ini yaitu menekankan pada aktivitas manusia dalam ruang, dengan melihat kegiatan pengrajin dalam industri rumah tangga kerajinan sapurayungyang ada di Desa Bojong, Kecamatan Mungkid. Pengungkapan aktivitas pengrajin sapu rayung
ini ditinjau berdasarkan penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala-gejala lain.
c. Konsep Geografi
Berdasarkan hasil SEMLOK tahun 1989 dan 1990, terdapat 10 konsep ensensial geografi (Suharyono dan Moch. Amien, 1994: 27-35). Konsep tersebut meliputi konsep lokasi, konsep jarak, konsep keterjangkauan, konsep pola, konsep morfologi, konsep aglomerasi, konsep nilai kegunaan, konsep interaksi/interdepedensi, konsep diferensiasi areal, dan konsep kererkaitan keruangan. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Konsep Lokasi
Konsep lokasi merupakan jawaban dari pertanyaan pertama dalam geografi yatiu “di mana?”. Secara pokok konsep lokasi
(31)
14
dapat dibedakan menjadi lokasi absolut dan lokasi relatif. Keduanya memiliki derajat kebermaknaan yang berbeda dalam kajian geografi.
a) Lokasi Absolut
Lokasi absolut menunjukkan letak yang tetap terhadap sistem grid atau kisi-kisi atau koordinat. Penentuan lokasi absolut di muka bumi dipakai sistem koordinat garis lintang dan garis bujur yang telah disepakati bersama dan derajatnya dihitung dari garis ekuator dan garis meridian yang melalui kota Greenwich, lokasi absolut bersifat tetap tidak berubah-ubah meskipun kondisi tempat yang bersangkutan terhadap sekitarnya mungkin berubah. b) Lokasi Relatif
Lokasi relatif lebih penting artinya dan lebih banyak dikaji dalam geografi serta lazim juga disebut sebagai letak geografis (walau ada juga yang memakai sebutan letak geografis untuk letak yang dinyatakan dengan garis lintang dan garis bujur). Arti lokasi ini berubah-ubah berkaitan dengan keadaan daerah sekitarnya.
Kaitan konsep lokasi dengan penelitian ini adalah letak Desa Bojong yang berada di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah beserta batas-batasnya dengan wilayah yang lain.
(32)
2) Konsep Jarak
Jarak mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, maupun juga untuk kepentingan pertahanan. Jarak dapat diartikan faktor pembatas yang bersifat alami, jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan (air, tanah subur, pusat pelayanan), pengangkutan barang dan penumpang.
Jarak dalam penelitian ini yaitu jarak Desa Bojong dengan lokasi/wilayah tujuan yang digunakan untuk memasarkan hasil kerajinan sapurayung.
3) Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan (accessability) berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. Keterjangkauan umumnya berubah dengan adanya perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi.
Kaitan konsep keterjangkauan dengan penelitian ini adalah kondisi medan di Desa Bojong yang datar memungkinkan kemudahan dalam akses transportasi dan komunikasi yang dapat memperlancar keberlangsungan industri kerajinan sapu rayung
yang ada di Desa Bojong. 4) Konsep Pola
Pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang di muka bumi, baik fenomena yang bersifat
(33)
16
alami (aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, curah hujan) ataupun fenomena sosial budaya (permukiman, persebaran penduduk, pendapatan, mata pencaharian, jenis rumah tempat tinggal dan sebagainya).
Kaitan konsep pola dengan penelitian ini adalah fenomena aktivitas ekonomi penduduk Desa Bojong yaitu mata pencaharian penduduk sebagai pengrajin sapu terkait sebaran lokasi pemasaran sapu di Desa Bojong. Sebarannya nanti akan membentuk sebuah pola.
5) Konsep Interaksi Interdependensi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi tempat satu dengan yang lain. Setiap tempat mengembangkan potensi sumber dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada di tempat lain. Oleh karena itu senantiasa terjadi interaksi atau bahkan interdependensi antara tempat yang satu dengan tempat atau wilayah yang lain.
Interaksi dan interdependensi disini yaitu interaksi antara Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, sebagai penyuplai (supplier) bahan baku yang digunakan untuk membuat kerajinan sapurayungdi Desa Bojong.
d. Geografi Industri
Industri sebagai suatu sistem dari sudut pandang geografi merupakan perpaduan antara subsistem fisik dengan subsistem
(34)
manusia. Subsistem fisik yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri yaitu komponen lahan, bahan mentah (bahan baku), sumberdaya energi, dan iklim dengan segala proses alaminya. Komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintahan, transportasi dan komunikasi, konsumen dan pasar termasuk ke dalam subsistem manusia (Eva Banowati, 2013: 32).
Penelitian ini berkaitan dengan geografi industri yaitu industri kerajinan sapurayung yang merupakan suatu sistem perpaduan kedua subsistem yaitu fisik dan manusia. Masing-masing subsistem ini saling berhubungan erat dimana subsistem manusia memanfaatkan subsistem fisik guna menjaga kelangsungan hidupnya.
2. Kajian Industri
a. Pengertian Industri
Menurut Eva Banowati (2013: xi), industri merupakan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga lebih tinggi nilai kegunaannya.
Berdasarkan UU RI No. 3 tahun 2014 pasal 1 tentang perindustrian menyebutkan pengertian industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bernilai lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk jasa industri.
(35)
18
Definisi lain menurut UU RI No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
b. Penggolongan Industri
Badan Pusat Statistik menggolongkan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja sebagai berikut:
1) Industri Rumah Tangga
Industri yang menggunakan tenaga kerja antara satu sampai empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
2) Industri Kecil
Industri dengan jumlah tenaga kerja sekitar lima sampai 19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
3) Industri Sedang
Industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup
(36)
besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemampuan manajerial tertentu.
4) Industri Besar
Industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk kepemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and profer test)
(http://www.bps.go.id).
Berdasarkan penggolongan industri menurut BPS, maka industri kerajinan sapu rayung termasuk ke dalam golongan industri rumah tangga karena pada umunya jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari empat orang, pemiliknya merupakan kepala rumah tangga sendiri dan masih menggunakan teknologi sederhana dalam proses pengelolaannya.
Irsan Azhari Saleh (1986: 50-52) membedakan industri kecil dan industri rumah tangga menjadi tiga berdasarkan eksistensinya, yaitu:
1) Industri Lokal
Industri lokal merupakan industri yang menggantungkan kelangsungan hidup pada pasar setempat yang terbatas serta relatif tersebar dari segi lokasinya.
(37)
20
2) Industri Sentra
Industri sentra merupakan kelompok industri yang membentuk satu pengelompokan atau kawasan produksi yang menghasilkan barang sejenis.
3) Industri Mandiri
Industri mandiri merupakan kelompok jenis industri yang memiliki sifat-sifat industri kecil tetapi sudah mampu mengadaptasi teknologi canggih.
Industri kerajinan sapu di Desa Bojong termasuk dalam kategori industri sentra, sebab desa ini merupakan kawasan produksi yang menghasilkan produk barang sejenis yaitu kerajinan sapurayung.
3. Kajian Industri Kerajinan Sapu
a. SapuRayung
Sapu adalah alat yang digunakan untuk membersihkan lantai yang terbuat dari bahan-bahan tertentu seperti rumput rayung, sabut kelapa, ijuk, atau plastik sintetis. Sapu adalah peralatan rumah tangga yang sudah menjadi kebutuhan dalam menjaga kebersihan tempat tinggal keluarga. Terdapat berbagai jenis produk sapu yang beredar di pasaran, salah satu jenis sapu yang terbilang unik yaitu sapu rayung. Nama sapu rayung berasal dari jenis bahan yang digunakan yaitu
rayung(http://dinhubkominfo.jatengprov.go.id).
Rayung berasal dari pelepah rumput gelagah (Saccharum Spontanum) yang dapat tumbuh di dataran tinggi. Sapu rayung
(38)
merupakan jenis sapu yang memiliki warna kuning kecoklatan dengan pegangan sapu terbuat dari bambu gondani.
b. Proses Pembuatan Kerajinan SapuRayung
Proses pembuatan kerajinan sapu rayung memerlukan keterampilan, keuletan dan kesabaran mulai dari persiapan, pembuatan dan tahap akhir (finishing). Pengrajin sapu rayung memperoleh keterampilan membuat sapu rayung secara turun temurun. Proses pembuatan kerajinan sapurayungsebagai berikut:
1) Persiapan
Proses pembuatan sapu rayung dimulai dari mempersiapkan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan yaitu rayung dan bambu. Rayung pertama kali harus dijemur di bawah terik matahari hingga kering, lalu rayung tersebut dipukul-pukulkan ke suatu media untuk merontokkan serbuk-serbuk halus seperti proses perontokan gabah saat panen padi. Bambu digunakan untuk tangkai sapu, oleh warga setempat disebutgaran.
Bambu tersebut dibakar terlebih dahulu, agar kotoran yang
(39)
22
menempel mudah untuk dihilangkan dan warna bambu menjadi lebih mengkilap.
2) Pembuatan
Rayung yang sudah kering kemudian dibuat ikatan kecil-kecil menggunakan tali kain atau rafia dengan ukuran yang disesuaikan besar kecilnya sapu yang akan dibuat. Ikatan rayung kemudian disatukan dengan bambu,(tencepan)menggunakan paku dan kawat. Tahap selanjutnya yaitu menjahit sapu agar ikatannya menjadi kuat.
3) Tahap Akhir(Finishing)
Rayung mempunyai panjang yang tidak beraturan, sehingga perlu dirapikan dengan memotong ujungnya sama panjang. Setelah rapi kemudian diberi tali untuk menggantungkan sapu dan label dari masing-masing pengrajin.
c. Faktor Produksi Industri SapuRayung
Faktor produksi menjadi hal yang sangat penting untuk keberlangsungan suatu industri dan mampu menopang segala kegiatan industri. Faktor produksi industry kerajinan sapurayungmeliputi: 1) Bahan Baku
Berdasarkan UU No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, bahan baku industri merupakan bahan mentah yang diolah atau tidak diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam suatu industri. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang
(40)
dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi. Tidak ada barang yang dapat dihasilkan jika tidak tersedia bahan baku (Daldjoeni, 1991: 59). Bahan baku yang digunakan untuk membuat kerajinan sapu rayung berupa bambu yang didatangkan dari luar Kabupaten Magelang, yaitu Kabupaten Wonosobo, rayung dari Kabupaten Banjarnegara. Bahan tambahan juga diperlukan dalam pembuatan sapu rayung yaitu, tali kain, kawat, rafia dan paku yang dapat diperoleh di sekitar tempat tinggal pengrajin.
2) Modal
Modal adalah biaya yang dimiliki oleh seorang pengusaha untuk keperluan proses produksi. Modal dibedakan menjadi dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap meliputi tanah atau lahan tempat aktivitas industri, dan peralatan produksi, sedangkan modal tidak tetap meliputi uang yang dipergunakan untuk pembelian bahan baku, sewa lahan atau pembelian tanah, pembelian peralatan, biaya transportasi dan upah tenaga kerja. Modal dalam penelitian ini berkaitan dengan modal tetap yang berupa peralatan yang digunakan untuk memproduksi kerajinan dan modal tidak tetap yang menunjang kegiatan operasional produksi sapurayung.
3) Tenaga Kerja
Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat
(41)
24
memproduksi barang dan jasa. Menurut UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan pasal 1 ayat 2, tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki maupun wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan pekerjaan, baik di luar maupun di dalam hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja pada industri rumah tangga lebih mengutamakan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga atau dari luar anggota keluarga yang bertempat tinggal di dekat lokasi industri. Tenaga kerja industri perdesaan tidak perlu memiliki tingkat pendidikan tinggi. Tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk industri kerajinan sapu rayung, karena semakin banyak tenaga kerja, semakin banyak produksi sapu yang dihasilkan. Proses pembuatan sapu rayung mempunyai ciri khas yang tidak bisa digantikan oleh mesin atau alat teknologi.
4) Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang merupakan memasarkan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial. Pengrajin sapu rayung
di Desa Bojong perlu memperhitungkan strategi pemasaran produksi mereka karena lewat pemasaran pendapatan akan
(42)
dihasilkan (Wiliam J Stanton dalam Atang Tedja Sutisna, 2005: 137).
5) Transportasi
Transportasi melalui darat, air, atau udara sangat diperlukan bagi industri. Ini berkaitan dengan dua hal, pertama usaha mendatangkan bahan mentah dan yang kedua usaha pelemparan produksi ke pasaran (Daldjoeni, 1992: 60). Guna memperlancar pengangkutan bahan baku maupun pendistribusian produk membutuhkan alat transportasi, terutama jika bahan baku yang digunakan maupun pendistribusian produk di luar lokasi industri. Peranan transportasi dalam industri sangat penting, transportasi menunjang kegiatan pemasaran. Tanpa adanya transportasi yang baik, maka kegiatan pemasaran tidak akan berjalan dengan lancar.
Sarana dan prasarana transportasi di Desa Bojong pada umumnya sudah baik. Kondisi jalan yang baik, topografi yang landai, kendaraan yang baik mampu menunjang kegiatan produksi sapurayung di Desa Bojong terutama kegiatan penyuplaian bahan baku dan pemasaran kerajinan sapurayung.
6) Sumber Energi
Energi dapat diartikan sebagai kemampuan melakukan kerja/usaha. Energi tidak dapat dilihat, yang terlihat adalah akibat adanya energi tersebut (Philip Kristanto, 2004: 17). Sumber energi yang dibutuhkan untuk industri sapurayungyaitu energi panas dari
(43)
26
matahari, dan bahan bakar. Energi panas matahari digunakan dalam proses pengeringan rayung, bahan bakar diperlukan untuk membakar bambu agar bersih dari kotoran. Bahan bakar yang digunakan berasal dari gas, serabut kelapa, dan arang kayu.
4. Kajian Rumah Tangga
Rumah tangga menurut Ida Bagoes Mantra (2003: 16) terbagi ke dalam dua macam yaitu:
a. Rumah tangga biasa merupakan seorang atau sekelompok yang mendiami sebagian atau keseluruhan bangunan fisik/sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan yang berasal dari satu dapur. Maksud dari makan dari satu dapur yaitu jika kepengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola secara bersama-sama menjadi satu.
b. Rumah tangga khusus terdiri dari orang yang tinggal di asrama yaitu suatu tempat tinggal yang pengurusan kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan; orang yang tinggal di lembaga permasyarakatan, panti asuhan, rumah tahanan dan sepuluh orang atau lebih yang mondok dengan makanan(indekost).
Badan Pusat Statistik (BPS, 2012) mendefinisikan rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang biasanya tinggal bersama dalam suatu bangunan serta pengelolaan makan dari satu dapur. Satu rumah tangga dapat terdiri dari hanya satu anggota rumah tangga, yang dimaksud makan dari satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama-sama menjadi satu (BPS, 2012).
Rumah tangga adalah individu atau sekelompok individu yang tinggal bersama dalam satu bangunan tempat tinggal. Secara bersama mereka mengumpulkan pendapatan dan mengelola harta, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama terutama untuk makanan dan perumahan.
(44)
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak ada. Anggota rumah tangga yang telah bepergian kurang dari enam bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari enam bulan tetapi dengan tujuan pindah dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari enam bulan tetapi akan bertempat tinggal enam bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga (Ida Bagoes Mantra, 2003: 17).
Rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu rumah tangga pengrajin sapurayung. Rumah tangga pengrajin sapurayung yaitu rumah tangga yang mempunyai pekerjaan pokok dan atau sampingan sebagai pengrajin sapurayung.
5. Pendapatan dan Sumber Pendapatan Rumah Tangga Pengrajin Sapu
a. Pengertian Pendapatan
Pengertian pendapatan secara umum meliputi dua segi, yaitu dalam arti riil dan dalam arti jumlah uang. Pendapatam dalam arti riil merupakan nilai jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat selama jangka waktu tertentu. Pendapatan dalam arti jumlah uang diartikan sebagai penerimaan (M. Tohar, 2000: 15).
Menurut Soediyono (1992: 99) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat pada jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produksi nasional.
(45)
28
b. Sumber Pendapatan Rumah Tangga Pengrajin Sapu
Pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga (Maslina dan Anidal dalam Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers, 1982: 322). Sumber pendapatan rumah tangga dalam penelitian ini berasal dari:
1) Pendapatan dari usaha industri kerajinan sapu rayung yang diterima oleh pengrajin adalah besarnya pendapatan yang dihasilkan dari usaha industri kerajinan sapu rayung selama satu bulan.
2) Pendapatan pengrajin dari usaha non industri kerajinan sapu
rayungadalah besarnya pendapatan yang dihasilkan dari usaha non industri kerajinan sapurayungselama satu bulan.
3) Pendapatan anggota rumah tangga lain adalah besarnya pendapatan yang diterima anggota rumah tangga yang bekerja selama satu bulan.
4) Total pendapatan rumah tangga adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usaha industri kerajinan sapu rayung, usaha non industri sapu rayung dan anggota rumah tangga lain yang bekerja selama satu bulan.
5) Sumbangan pendapatan usaha industri kerajinan sapu rayung
(46)
pendapatan dari usaha industri kerajinan sapu rayung yang memberikan sumbangan penghasilan terhadap total pendapatan rumah tangga.
6. Kesejahteraan Keluarga
a. Pengertian Keluarga Sejahtera
Menurut Undang-Undang RI No. 52 tahun 2009 pengertian keluarga sejahtera yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Pembangunan keluarga sejahtera bertujuan untuk mengembangkan kualitas keluarga agar dapat tumbuh rasa aman, tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Kesejahteraan keluarga mempunyai tahapan atau tingkatan antara lain: 1) Keluarga pra sejahtera. 2) Keluarga sejahtera 1. 3) Keluarga sejahtera. Tingkatan kesejahteraan keluarga dipengaruhi beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari lingkungan yang bersangkutan. Faktor dari dalam yang menentukan tingkat kesejahteraan keluarga yaitu kondisi kesehatan, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi, kemampuan ekonomi, fasilitas pendidikan, produksi dan konsumsi, transportasi dan
(47)
30
kemunikasi yang dapat menjadi pendukung bagi upaya pemenuhan kebutuhan kesejahteraan keluarga.
b. Indikator Tahapan Keluarga Sejahtera
Penelitian ini menggunakan indikator tahapan keluarga menurut survei indikator kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015. Tahapan Kesejahteraan Keluarga terdapat tiga tahap, yaitu: Pra sejahtera, Keluarga Sejahtera 1 (KS1) dan Keluarga Sejahtera. Tingkat kesejahetraan keluarga terendah yaitu Pra Sejahtera, sedangkan yang tertinggi yaitu Keluarga Sejahtera. Variabel tahapan keluarga sejahtera yang dikumpulkan dimaksudkan untuk mengklasifikasikan keluarga terpilih termasuk kategori Pra Sejahtera atau Keluarga Sejahteraan 1 atau termasuk tahapan Keluarga Sejahtera. Berikut adalah pengisian indikator keluarga sejahtera: 1) Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga Prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan keluarga sejahtera I.
2) Keluarga Sejahtera 1
Keluarga Sejahtera Tahap I adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator sebagai berikut:
a) Keluarga membeli satu stel pakaian baru untuk seluruh anggota keluarga minimal setahun sekali.
b) Seluruh anggota keluarga makan minimal dua kali sehari. c) Seluruh anggota keluarga bila sakit berobat ke fasilitas
kesehatan.
d) Seluruh anggota keluarga berumur 7-15 tahun masih sekolah. e) Keluarga tinggal di rumah dengan atap, lantai dan dinding
dalam kondisi yang layak. 3) Keluarga Sejahtera
Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator tahapan keluarga sejahtera I (indikator 1-5) dan indikator berikut:
a) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
(48)
b) Seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur minimal seminggu sekali.
c) Keluarga tinggal di rumah dengan luas tanah >/ 8 m2 untuk setiap anggota keluarga.
d) Seluruh anggota keluarga berumur 16-18 tahun masih sekolah. Apabila indikator 4 dan indikator 9 dalam kondisi NA (Not Aplicable/ tidak berlaku), yaitu bila keluarga tidak mempunyai anak umur 12-15 tahun (indikator 4), atau keluarga tidak mempunyai anggota keluarga berumur 16-18 tahun (indikator 9), tidak membuat keluarga masuk klasifikasi ke tahapan keluarga yang lebih rendah.
B. Penelitian Relevan
Penelitian ini dibuat untuk mengetahui kontribusi industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin di Desa Bojong. Beberapa penelitian terdahulu yang sudah dilakukan dan mempunyai kesamaan dijadikan sebagai referensi yang relevan untuk penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain :
Tabel 1.Penelitian Relevan
1. Peneliti/lembaga Lisna Listiani/Pendidikan Geografi/UNY
Judul Penelitian Kontribusi Pendapatan Buruh Tani Perempuan Terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga Petani Di Desa Babakanmulya Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Tahun penelitian 2015
Metode Deskriptif kuantitatif
Hasil Penelitian Total pendapatan yang telah diuji dengan uji statistik regresi berganda menunjukkan kontribusi sumbangan relatif buruh tani di Dusun Cantilan sebesar 0,05% sedangkan di Dusun Cilengek sebesar 0,04% dan sumbangan efektif di Dusun Cantilan dan Dusun Cilengek sebesar 0,04%.
Persamaan Sama-sama bertujuan mengetahui sumbangan pendapatan, desain penelitian sama yaitu deskriptif kuantitatif.
Perbedaan Waktu, Lokasi, hambatan, upaya mengatasi hambatan, tingkat kesejahteraan rumah tangga.
2. Peneliti/lembaga Estu Jati Utama/UNY
Judul Penelitian Kontribusi Industri Kerajinan Gerabah Terhadap Total Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Di Desa Panjangrejo Kecamatan Pundong Bantul
(49)
32
Metode Deskriptif kuantitatif
Hasil penelitian Kontribusi pendapatan industri gerabah terhadap rumah tangga pengrajin di Desa Panjangrejo dengan persamaan Y=0+1X1+1,006X2+0,997X3.
Persamaan Meneliti tentang kontribusi pendapatan, tingkat kesejahteran, pengaruh faktor produksi, metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Perbedaan Waktu, tempat, hambatan, upaya mengatasi hambatan, bukan penelitian komparasi.
3. Peneliti/lembaga Mochamad Machrus Ali/Pendidikan GeografiUNY
Judul Penelitian Kontribusi Usahatani Durian Terhadap Total Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Di Desa Karangsalam Kecamatan Kemrajen Kabupaten Banyumas Tahun 2015
Metode Deskriptif kuantitatif
Hasil penelitian Kontribusi pendapatan usahatani durian terhadap total pendapatan yaitu 84,51%.
Persamaan Metode penelitian deskriptif kuantitatif, sumbangan pendapatan, tingkat kesejahteraan.
Perbedaan Waktu, lokasi, faktor produksi, objek penelitian.
4. Peneliti/Lembaga Jaya Hardika/Pendidikan Geografi/UNY
Judul Penelitian Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Pekerja Industri Minyak Kelapa Di Desa Kedungkamal Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo
Tahun 2016
Metode Deskriptif kuantitatif
Hasil Penelitian Tingkat kesejahteraan responden sebagian besar adalah Keluarga Sejahtera I dengan persentase 62,5%.
Persamaan Metode penelitian deskriptif kuantitatif, tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Perbedaan Waktu, lokasi, faktor produksi, bukan penelitian komparasi.
5. Peneliti/Lembaga Catur Nofi Anto/Pendidikan Geografi/UNY
Judul Penelitian Kontribusi Pendapatan Wanita Pemulung Terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Gunung Tugel dan Kaliori Kabupaten Banyumas
Tahun 2016
Metode Deskriptif kuantitatif
Hasil Penelitian Tingkat Kesejahteraan rumah tangga wanita pemulung TPAS Gunung Tugel dan Kaliori paling banyak berada pada tahapan Prasejahtera asing-masing sebesar 45,45% dan 65%.
Persamaan Metode penelitian deskriptif kuantitatif, tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Perbedaan Waktu, lokasi, faktor produksi, kontribusi pendapatan dengan analisis regresi.
(50)
C. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 1. Kerangka Pikir
Penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di daerah perdesaan dengan mata pencaharian bertumpu pada sektor pertanian, tetapi seiring berjalannya waktu, luas lahan pertanian semakin sempit karena banyak kegiatan alih fungsi lahan. Hal tersebut akan mengakibatkan produksi pertanian menurun dan pendapatan masyarakat akan berkurang, sedangkan kebutuhan hidup sehari-hari semakin meningkat, sehingga sektor pertanian tidak dapat diandalkan menjadi sumber pendapatan tunggal.
Masyarakat perdesaan mulai berupaya menambah pendapatan dari sektor non pertanian untuk dapat memenuhi kebutuhan. Masyarakat di Dusun Keprekan dan Dusun Dendengan Desa Bojong menambah pendapatan melalui sektor non pertanian yaitu industri kerajinan sapu
rayung. Kedua dusun ini merupakan dusun yang memiliki penduduk bermata pencaharian pokok atau sampingan sebagai pengrajin sapu
rayung. Terdapat perbedaan dan persamaan dari kedua dusun terkait faktor geografis maupun non geografis yang nantinya akan mempengaruhi keberlangsungan industri kerajinan sapurayungdi kedua dusun.
Industri kerajinan sapu rayung ini mempunyai karakteristik dalam faktor produksi yang menopang keberlangsungan industri ini. Faktor-faktor produksi kerajinan sapu meliputi modal, bahan baku, tenaga kerja, transportasi, pemasaran dan sumber energi. Industri kerajinan sapu tidak selalu berjalan lancar, karena para pengrajin mengalami kendala terkait
(51)
34
dengan faktor produksi yang keadaannya tidak menentu. Para pengrajin juga berupaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi pendapatan yang diterima dari industri kerajinan sapu
rayung.
Pendapatan sektor industri nantinya akan dijumlah dengan pendapatan sektor non industri untuk mengetahui total pendapatan rumah tangga pengrajin. Pendapatan rumah tangga yang berasal dari sektor industri kerajinan sapu rayung dan non industri kerajinan sapu rayung
akan memberikan kontribusi terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin. Kontribusi pendapatan industri kerajinan sapu rayung dihitung menggunakan analisis statistic regresi berganda. Besarnya total pendapatan rumah tangga pengrajin sapu rayung secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga. Perbedaan total pendapatan yang diperoleh masing-masing rumah tangga dari Dusun Keprekan dan Dusun Dendengan akan menyebabkan perbedaan tingkat kesejahteraan pada masing-masing rumah tangga pengrajin.
Terdapat sembilan indikator yang digunakan oleh BKKBN tahun 2015 untuk menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Dari sembilan indikator tersebut akan dapat ditentukan masing-masing rumah tangga pengrajin termasuk ke dalam kategori keluarga disebutkan oleh BKKBN ada tiga yaitu: 1. Keluarga Pra Sejahtera, 2. Keluarga Sejahtera 1, 3. Keluarga Sejahtera. Kerangka pikir secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 1.
(52)
Gambar 2.Bagan Kerangka Pikir
Desa Bojong
Aktivitas Manusia
Industri Kerajinan Sapu
Rayung
Dusun Keprekan
Hambatan Industri Kerajinan SapuRayung
Upaya Mengatasi Hambatan Pendapatan Industri Sapu Rayung Dusun Dendengan Hambatan Industri Kerajinan SapuRayung
Upaya Mengatasi Hambatan Pendapatan Industri Sapu Rayung Kondisi Geografis
Faktor Produksi Industri Kerjinan SapuRayung
Faktor Produksi Industri Kerajinan SapuRayung
Kondisi Geografis Pendapatan Anggota Rumah Tangga Pendapatan Non Industri Pendapatan Anggota Rumah Tangga Pendapatan Non Industri Total Pendapatan Rumah Tangga Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Total Pendapatan Rumah Tangga Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Kondisi Non Geografis Kondisi Non Geografis
(53)
36
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah. Jawaban tersebut masih perlu diuji kebenarannya (Moh. Pabundu Tika, 2005:20). Hipotesis dari penelitian ini adalah:
H0: Tidak ada kontribusi yang signfikan dari pendapatan industri
kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga di Desa Bojong Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.
Ha : Ada kontribusi yang signfikan dari pendapatan industri kerajinan
sapurayungterhadap total pendapatan rumah tangga di Desa Bojong Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.
(54)
37
A. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian adalah suatu rencana tentang tata cara mengumpulkan, mengelola dan menganalisa data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Pabundu Tika, 2005: 12). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan analisis statistik regresi berganda.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mengumpulkan informasi mengenai gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian yang ada pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2010: 309). Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. (Sugiyono, 2012: 7). Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berbentuk angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Suharsimi Arikunto, 2006: 12). Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang mengungkapkan suatu fenomena secara apa adanya sesuai dengan kenyataan real di lapangan dengan penyajian menggunakan angka-angka yang disertai analisis.
Deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan yang berkaitan dengan industri kerajinan sapu rayung di Desa Bojong yaitu faktor produksi, hambatan dalam industri, upaya mengatasi
(55)
38
hambatan, total pendapatan rumah tangga dan tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Teknik analisis statistik regresi merupakan analisis data mengenai karakteristik atau variabel dan mengenai variabel diskrit ataupun kontinu, sehingga jika data yang dimiliki terdiri atas dua atau lebih variabel maka harus mempelajari bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan (Sudjana, 1992: 310). Hubungan yang didapat umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Analisis regresi merupakan teknik statistik (alat analisis) hubungan yang digunakan untuk memperkirakan nilai dari suatu variabel dalam hubungannya dengan variabel lain melalui persamaan garis regresi (Iqbal Hasan. 2013: 49). Analisis regresi berganda digunakan untuk menghitung kontribusi industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga.
Penelitian ini menggunakan pendekataan keruangan dengan menekankan pada pendekatan aktivitas manusia yaitu aktivitas pengrajin sapu
rayung di Desa Bojong. Pengungkapan aktivitas masyarakat ini ditinjau dari penyebarannya, interelasinya, dan deskripsinya dengan gejala dari penyebarannya. Penelitian ini mengkaji mengenai aktivitas pengrajin sapu
rayung dalam kegiatan perekonomian rumah tangga dan kontribusinya terhadap total pendapatan rumah tangga di Desa Bojong Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang. Konsep geografi yang berkaitan dengan penelitian ini
(56)
adalah konsep lokasi, jarak, pola, lokasi, keterjangkauan dan interaksi interdependensi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bojong, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Desember 2015-Mei 2016.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Menurut Sekaran dalam Juliansyah Noor (2011: 48), variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah: a. Faktor produksi yang mempengaruhi usaha industri kerajinan sapu
rayung:
1) modal 4) transportasi
2) tenaga kerja 5) pemasaran 3) sumber energi 6) bahan baku b. Hambatan industri kerajinan sapurayung.
c. Upaya pengrajin mengatasi hambatan.
d. Pendapatan rumah tangga pengrajin sapurayung: 1) Pendapatan dari industri kerajinan sapurayung. 2) Pendapatan dari non industri kerajinan sapurayung. 3) Pendapatan dari anggota rumah tangga lain yang bekerja.
(57)
40
4) Total pendapatan rumah tangga pengrajin sapurayung.
e. Kontribusi pendapatan industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga pengrajin sapurayung.
f. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengrajin sapurayung.
2. Definisi Operasional Variabel
Menurut Sekaran dalam Juliansyah Noor (2011, 97), definisi operasional merupakan bagian yang mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel. Dimensi (indikator) dapat berupa perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik. Berdasarkan variabel diatas, maka diperoleh gambaran mengenai definisi operasional variabel dalam penelitian ini, yaitu:
a. Faktor-faktor produksi industri kerajinan sapu
Faktor-faktor produksi merupakan segala hal yang mampu menopang dan menjaga keberlangsungan kegiatan industri untuk menjadikan sebuah industri sukses dan berkembang dalam usahanya. Faktor-faktor industri yang menopang dalam kegiatan industri kerajinan sapurayungyaitu:
1) Bahan baku yang meliputi barang mentah atau barang setengah jadi yang digunakan sebagai sarana produksi industri kerajinan sapu yaiturayungdan bambu gondani ataugaran.
2) Tenaga kerja yaitu semua orang yang ikut serta dalam proses produksi industri kerajinan sapurayung.
(58)
3) Modal yaitu berupa uang atau barang yang meliputi modal awal dan modal operasionalyang diukur dalam satuan rupiah.
4) Pemasaran yaitu cara mendistribusikan hasil produksi kerajinan sapu rayung dari pengrajin ke konsumen di berbagai tempat baik secara langsung maupun tidak langsung.
5) Transportasi meliputi alat-alat yang digunakan oleh pengrajin untuk membeli bahan baku dan memasarkan hasil kerajinan sapu
rayung.
6) Sumber energi yaitu energi yang digunakan untuk proses pengeringanrayungdan memanaskan bambu.
b. Hambatan industri kerajinan sapurayung
Hambatan yang dihadapi para pengrajin sapu rayung di Desa Bojong Kecamatan Mungkid dalam melakukan proses produksi terkait dengan faktor produksi, meliputi bahan baku, modal, tenaga kerja, transportasi, pemasaran dan sumber energi.
c. Upaya mengatasi hambatan dalam industri kerajinan sapu
Upaya adalah hal-hal yang dilakukan oleh para pengrajin dalam mengatasi hambatan dalam menjalankan industri kerajinan sapu
rayung.
d. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi
(59)
42
kebutuhan hidup bersama maupun perseorangan dalam suatu rumah tangga.
1) Pendapatan dari kegiatan industri kerajinan sapu rayung yaitu jumlah uang yang diterima rumah tangga dari kegiatan industri kerajinan sapu rayung dalam jangka waktu satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah. Pendapatan dari usaha industri kerajinan sapu dihitung menggunakan rumus berikut :
2) Pendapatan dari kegiatan non industri kerajinan sapu rayung yaitu jumlah uang yang diterima rumah tangga dari pengrajin sapu di luar kegiatan non industri selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.
3) Pendapatan anggota rumah tangga lain yaitu jumlah uang yang diterima oleh rumah tangga dari anggota keluarga lain seperti anak atau anggota rumah tangga lain yang bekerja selama kurun waktu satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.
4) Total pendapatan rumah tangga pengrajin sapu rayung yaitu jumlah uang yang diterima anggota rumah tangga baik dari kegiatan industri maupun non industri kerajinan sapu rayung dan pendapatan dari anak atau anggota keluarga lain selama satu bulan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.
(60)
e. Kontribusi pendapatan industri kerajinan sapu rayung terhadap total pendapatan rumah tangga
Kontribusi pendapatan industri kerajinan sapu terhadap total pendapatan rumah tangga yaitu besarnya pendapatan yang berasal dari usaha industri kerajinan sapu yang memberikan sumbangan terhadap total pendapatan rumah tangga. Pendapatan tersebut dinyatakan dalam bentuk rupiah. Kontribusi tersebut dianalisis menggunakan statistik regresi linier berganda dengan SPSS(Statistical Package for the Social Sciences), analisis ini digunakan untuk meneliti hubungan variabel independen yaitu pendapatan industri kerajinan sapu (X1), pendapatan
non industri kerajinan sapu (X2), dan pendapatan anggota rumah
tangga lainnya (X3) dengan satu variabel dependen (Y) yaitu total
pendapatan. Bertujuan untuk meramalkan nilai variabel dependen. Bentuk persamaan analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = β0+ β1X1+ β2X2+ β3X3+ ε
Dimana:
Y = Total pendapatan rumah tangga β0β1β2βK = Koefisien regresi
X1 = Pendapatan industri kerajinan sapu
X2 = Pendapatan non industri sapu
(61)
44
ε = Suatu variabel random yang berdistribusi normal dengan nilai rata-rata nol (rata-rata ε) dan mempunyai varians V
f. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Tingkat kesejahteraan rumah tangga adalah kemampuan satu rumah tangga dalam memenuhi indikator-indikator yang telah ditentukan oleh BKKBN tahun 2015 (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional).
1) Rumah Tangga Pra Sejahtera
Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan Keluarga Sejahtera 1. 2) Keluarga Sejahtera 1
Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) adalah keluarga yang dapat memenuhi semua indikator diantaranya yaitu keluarga membeli satu stel pakaian baru untuk semua anggota keluarganya minimal setahun sekali, seluruh anggota keluarga makan minimal 2 kali sehari, semua anggota keluarga jika sakit berobat ke fasilitas kesehatan, semua anggota keluarga berumur 7-15 tahun masih sekolah, keluarga tinggal di rumah dengan atap, lantai dan dinding dengan kondisi layak.
3) Keluarga Sejahtera
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dapat memenuhi semua indikator dari Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) dan beberapa indikator lain, yaitu semua anggota keluarga memiliki pakaian
(62)
yang berbeda untuk di rumah, bekerja atau sekolah dan berpergian, semua anggota makan daging atau ikan atau telur minimal seminggu sekali, keluarga tinggal di rumah dengan luas tanah >8 m2 untuk setiap anggota keluarga dan semua anggota keluarga berumur 16-18 tahun masih sekolah.
D. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 117). Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena jumlah populasi kurang dari 100 dan merupakan sampel jenuh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala rumah tangga pengrajin sapu yang tersebar pada dua dusun di Desa Bojong berjumlah 74 kepala rumah tangga. Jumlah pengrajin sapu tiap dusunnya sebagai berikut:
1. Dusun Keprekan berjumlah 51 pengrajin. 2. Dusun Dendengan berjumlah 23 pengrajin.
Menurut Suharsimi Arikunto, (2002: 112) apabila subjek penelitian berjumlah kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih.
(63)
46
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data mengenai variabel-variabel tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006: 12). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala pada objek penelitian. Unsur yang tampak disebut dengan data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan lengkap. Metode ini digunakan untuk meneliti dan mengamati secara langsung kedaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti (Eko Putro Widiyoko, 2013: 46).
Observasi dilakukan di tempat penelitian dengan mengamati fenomena yang ada di lapangan yaitu aktivitas ekonomi masyarakat setempat pada industri kerajinan sapu. Alat pengumpulan data dalam observasi adalahcheck listyang berisi daftar objek yang akan diteliti.
2. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian yang ditentukan. Metode wawancara yang digunakan adalah metode wawancara berstruktur yaitu dengan terlebih dahulu menyusun daftar pertanyaan dan kadang-kadang disertai alternatif jawaban agar
(1)
166
N
5
%
10
%
N
5
%
10
%
N
5
%
10
%
3
0
,
997
0
,
999
27
0
,
381
0
,
487
55
0
,
266
0
,
345
4
0
,
950
0
,
990
28
0
,
374
0
,
478
60
0,254
0
,
310
5
0
,8
78
0
,
959
29
0,367
0
,
470
65
0
,
244
0,317
6
0
,
811
0
,
917
30
0,361
0,463
(
70)
\
I
0
,
235 \
0
,
306
7
0
,
754
0,874
31
0
,
355
0,456
75
0,227
0
,
296
8
0
,
707
0
,
834
32
0
,
349
0
,
449
80
0
,
220
0
,
2
8
6
9
0
,
666
0
,
798
33
0
,
344
0
,
442
85
0
,
213
0
,
278
10
0
,
632
0
,
765
34
0
,
339
0,436
90
0
,
207
0
,
270
11
0,602
0
,
735
35
0
,
334
0
,
430
95
0,202
0
,
263
12
0
,
576
0
,
708
36
0,329
0,424
100
0
,
195
0,256
13
0,553
0,684
37
0,325
0,418
125
0,176
0,230
14
0
,
532
0
,
661
38
0,320
.
0
,
413
150
0
,
159
0
,
210
15
0
,
514
0
,
641
39
0
,
316
0
,
408
175
0
,
148
0
,
194
16
0
,
497
0
,
623
40
0
,
312
0
,
403
200
0
,
138
0
,
181
17
0,4
8
2
0
,
606
41
0
,
308
0
,
398
300
0
,
113
0
,
148
18
0
,
468
0
,
590
42
0
,
304
0
,
393
400
0
,
098
0
,
128
19
0,456
0
,
575
43
0
,
301
0
,
389
500
0
,
088
0,115
20
0
,
444
0
,
561
44
0
,
297
0
,
384
600
0
,
080
0,105
21
0,433
0
,
549
45
0,294
0,380
700
0
,
074
0,097
22
0,423
0
,
537
46
0
,
291
0
,
376
800
0,070
0,091
23
0,413
0
,
526
47
0,288
0
,
372
900
0
,
065
0,086
24
0
,
404
0
,
515
48
0
,
284
0
,
368
1000
0
,
062
0
,
081
25
0
,
396
0
,
505
49
0
,
281
0
,
364
26
0,388
0
,
496
50
0
,
279
0
,
361
Lampiran :
Tabel Nilai r Product Moment
¥-
"°''o
�
\
(2)
Tingkatan
Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Keluarga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sejahtera
1 Y Y Y Y Y T Y Y Y KS1
2 Y Y Y Y Y Y Y T Y KS1
3 Y Y Y NA Y Y Y T NA KS1
4 Y Y Y Y T Y Y T NA KS1
5 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
6 Y Y Y Y Y Y Y Y Y KS
7 Y Y Y NA Y Y Y Y NA KS
8 Y Y Y NA Y Y Y Y Y KS
9 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
10 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
11 Y Y Y Y Y Y Y Y Y KS
12 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
13 Y Y Y NA Y Y Y Y NA KS
14 Y Y Y Y Y Y Y T Y KS1
15 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
16 Y Y Y Y Y Y Y T Y KS1
17 Y Y Y NA Y Y Y T NA KS1
18 Y Y Y NA Y Y Y Y NA KS
19 Y Y Y NA T Y Y T NA KS1
20 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
21 Y Y Y NA Y T Y Y NA KS1
22 Y Y Y NA T Y T T Y KS1
23 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
24 Y Y Y Y Y Y Y T T KS1
25 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
26 Y Y Y Y Y Y Y Y Y KS
27 Y Y Y Y Y Y Y Y NA KS
28 Y Y Y NA Y Y Y T NA KS1
29 Y Y Y Y Y Y Y Y NA KS
30 Y Y Y Y Y Y Y Y NA KS1
31 Y Y Y NA Y Y Y T NA KS1
32 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
33 Y Y Y NA Y Y Y Y NA KS
34 Y Y Y Y Y Y Y Y Y KS
35 Y Y Y Y Y Y Y Y NA KS
36 Y Y Y NA Y Y Y Y NA KS
37 Y Y Y NA Y Y Y Y NA KS
38 Y Y Y NA Y Y Y T Y KS1
39 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
40 Y Y Y NA T T Y Y NA KS1
41 Y Y Y NA Y Y Y T NA KS1
42 Y Y Y Y Y T Y T NA KS1
43 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
44 Y Y Y NA Y T Y T NA KS1
45 Y Y Y Y Y Y Y Y Y KS1
46 Y Y Y Y T T Y T Y KS1
47 Y Y Y NA Y T Y T NA KS1
48 Y Y Y Y Y T Y T NA KS1
49 Y Y Y NA Y Y Y Y NA KS1
50 Y Y Y NA Y T Y Y NA KS 1
51 Y Y Y NA Y T Y Y NA KS1
52 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
53 Y Y Y NA Y T Y T NA KS1
54 Y Y Y NA Y T Y T NA KS1
55 Y Y Y NA Y Y Y T NA KS1
Resp
Keluarga Sejahtera 1 Keluarga Sejahtera
Tingkatan Keluarga Sejahtera Rumah Tangga Pengrajin Sapu Rayung
(3)
56 Y Y Y Y Y Y Y T Y KS1
57 Y Y Y NA Y T Y Y NA KS1
58 Y Y Y NA Y Y Y T NA KS1
59 Y Y Y NA Y Y Y Y NA KS
60 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
61 Y Y Y Y Y Y Y T Y KS1
62 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
63 Y Y Y NA Y Y Y T NA KS1
64 Y Y Y NA Y T Y Y NA KS1
65 Y Y Y Y Y Y Y Y Y KS
66 Y Y Y Y Y Y Y T Y KS1
67 Y Y Y Y Y Y Y Y NA KS1
68 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
69 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
70 Y Y Y NA Y T Y T NA KS1
71 Y Y Y Y T Y Y T NA KS1
72 Y Y Y NA Y T Y T NA KS1
73 Y Y Y Y Y Y Y T NA KS1
74 Y Y Y NA T Y Y T NA KS1
(4)
eirele^oo^
ue6eN sBitsJe^tun
lBlsos
null sBllnleJ
ueleo'
'z
l(uerodel re6eqas) AIO
rnureqne
',
-I0ds\ivgsSx
I'tYov'g
v'IYd3)t'r'e
'unlleru
uelrpefueu
Xnlun
uerltueg
'sele
rpInqssJal
uenluolel rleelueu
1ept16ue0eued
e1e,{ure1
elrqede
'n}BFsq
lepr}
uelele,{utp tut
uetlleuadAsslU
ut[1
tsepuertoxeU
'rurrsepuoluolai
lerns
eduttqleteq unleqas
efuay ueq
(qnini)
/
lequel
6ut1ed'e,tutunleqes
tsepueulolo;
leJns
ue11nlunueu
ue6uep
r;e1
(enp)
Z
leulrslBrl
Duefuedredrp
ledep rut tsepuaujolal
leJns
V'tr16
lod0ueqsey uepeg
epedel
ueryleuadgssu llseq
uelqeta,{uey1
I
:pnsleu;
rp uery;euedilesrr
qnpnf uebuep
er{u uepe>1epe
leprl
nele
renses
repll
6ueA
uelplauedpasu
uexnxelau uexeuaqtp
)ep!l
'Z
lueryleuad4asu
qefe1rm
rp
nlepeq 0ue{
qrpe}
e}ei uep
uernlered
r}Ee}uerr,tuep
t}EulJoq6uayl
L:
uelqrfervup
uelnlOuesreq
0ueA
epedey
.-.,-*
^,,-f *h,,.r
^A-,,^.,"::lY,3i1*::l
::1T:-:i/,Y31:"^q
Y:}l:::,"^i
(5)
(6)