2.1.3 Pengertian Kualitas Perumahan
Kualitas perumahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi perumahan yang diukur berdasarkan kualitas rumah yang layak huni. Rumah
layak huni merupakan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Rumah
layak huni dalam penelitian ini adalah rumah yang memiliki kriteria seperti yang tercantum dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014
dan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 yaitu kriteria pemenuhan persyaratan keselamatan bangunan, menjamin kesehatan,
mencukupi kecukupan
luas minimum,
infrastruktur dan
lingkungan. Komponennya adalah lantai, pondasi, atap, dinding, lokasi kandang ternak,
sumber air minum, luas lantai, kekuatan rangka bangunan, MCK, luas ventilasi, pencahayaan ruang tamu dan pencahayaan ruang tidur.
2.2. Rumah Layak Huni
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Provinsi
dan Daerah KabupatenKota mendefinisikan rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas
bangunan serta kesehatan penghuninya. Kriteria rumah layak huni meliputi:
Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan 1. Ketentuan Struktur Bawah Pondasi
a. Pondasi harus ditempatkan pada tanah yang mantap, yaitu ditempatkan pada tanah keras, dasar pondasi diletakkan lebih dalam dari 45 cm dibawah
permukaan tanah, b. Seluruh badan pondasi harus tertanam dalam tanah,
c. Pondasi harus dihubungkan dengan balok pondasi atau sloof, baik pada pondasi setempat maupun pondasi menerus,
d. Balok pondasi harus diangkerkan pada pondasinya, dengan jarak angker setiap 1,50 m dengan baja tulangan diameter 12 mm,
e. Pondasi tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan dinding tebing, untuk mencegah longsor, tebing diberi dinding penahan yang terbuat dari
pasangan atau turap bambu maupun kayu. 2. Struktur Tengah
Ketentuan struktur tengah: a. Bangunan harus menggunakan kolom sebagai rangka pemikul, dapat terbuat
dari kayu, beton bertulang, atau baja, b. Kolom harus diangker pada balok pondasi atau ikatannya diteruskan pada
pondasinya, c. Pada bagian akhir atau setiap kolom harus diikat dan disatukan dengan
balok keliling atau ring balok dari kayu, beton bertulang atau baja, d. Rangka bangunan kolom, ring balok, dan sloof harus memiliki hubungan
yang kuat dan kokoh,
e. Kolom atau tiang kayu harus dilengkapi dengan balok pengkaku untuk menahan gaya lateral gempa,
f. Pada rumah panggung antara tiang kayu harus diberi ikatan diagonal. 3. Struktur Atas
Ketentuan struktur atas sebagai berikut. a. Rangka kuda-kuda harus kuat menahan beban atap,
b. Rangka kuda-kuda harus diangker pada kedudukan pada kolom atau ring balok,
c. Pada arah memanjang atap harus diperkuat dengan menambah ikatan angin diantara rangka kuda-kuda.
4. Menjamin Kesehatan a. Kecukupan pencahayaan rumah layak huni manimal 50 dari dinding yang
berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan minimal 10 dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tidur,
b. Kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10 dari luas lantai, c. Penyediaan sanitasi minimal 1 kamar mandi dan jamban didalam atau luar
bangunan rumah dan dilengkapi bangunan bawah septiktank atau dengan sanitasi komunal.
5. Memenuhi kecukupan luas minimum Luas minimal rumah layak huni antara 7,2 m
2
orang sampai dengan 12 m
2
orang dengan fungsi utama sebagai hunian yang terdiri dari ruang serbagunaruang tidur dan dilengkapi dengan kamar mandi.
Berdasarkan surat edaran Gubernur Provinsi Jawa Tengah tanggal 26 Mei Tahun 2014 kriteria rumah layak huni dan rumah tidak layak huni terdapat 3
kriteria, yaitu kriteria infrastruktur, kriteria lingkungan dan kriteria syarat pendukung. Kriteria-kriteria ini diperoleh dari hasil penggabungan kriteria rumah
layak huni dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementrian Sosial, dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, dari ketiga kriteria tersebut terdapat
beberapa komponen yaitu: 1. Kriteria infrastruktur
a. Lantai, b. Pondasi,
c. Atap, d. Dinding,
e. Lokasi Kandang Ternak, f. Sumber Air Minum.
2. Kriteria lingkungan Fasilitas buang air besar.
3. Kriteria syarat pendukung Bukti kepemilikan tanahbangunan.
Menurut Sabarrudin 2003, terdapat 3 aspek dalam penentuan standar minimal rumah yaitu meliputi kebutuhan rumah masa, kebutuhan minimal ruang dan
kebutuhan minimal kenyamanan bangunan.
1. Kebutuhan Minimal Masa Penampilan Penerapan kebijakan pembangunan rumah sederhana RSrumah
sederhana sehat RSS saat ini masih menyimpan berbagai macam permasalahan, yang secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. RSRSS merupakan rumah jadi yang secara tidak langsung mengekang keleluasaan penghuni memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu kebutuhan untuk
mengungkapkan jati dirinya, b. Untuk memenuhi kebutuhan pengungkapan jati diri pada tahun kedua
sampai ketiga, umumnya pemilik RSRSS cenderung melakukan perubahan berupa penambahan maupun pembongkaran bangunannya. Akibat investasi
yang telah dikeluarkan hilang. Di samping itu perubahan RSRSS kurangtidak memperhatikan kaidah-kaidah perencanaan rumah sehat,
c. Penyeragaman dari segi bentuk rumah, terutama pada facade dan bahan bangunan yang digunakan seringkali berbenturan dengan kondisi setempat
lokal. Penyeragaman ini seringkali kurangtidak memperhatikan potensi bahan bangunan dan kekhasan budaya, sehingga berakibat harga jual
menjadi lebih tinggi dan meningkatkan prosentase perubahan atau pembongkaran, mengingat belum terpenuhinya kebutuhan maupun belum
sesuai dengan pakem yang dianutnya. Upaya mengantisipasi permasalahan tersebut diatas, diperlukan suatu
perencanaanperancangan RSRSS, dengan memperhatikan tuntutan- tuntutan sebagai berikut:
1 Mampu memberikan
keleluasaan pemilik
untuk melakukan
pengembangan sesuai dengan kebutuhan, tanpa melakukan banyak pembongkaran sehingga dapat ditekan seminimal mungkin kerugian
terhadap investasi yang telah dikeluarkan, 2 Mampu mengantisipasi terjadinya pengembangan yang dilakukan
penghuni, sehingga pada saat pelaksanaannya dengan biaya murah, mudah dan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan rumah sehat,
3 Mampu mewadahi kebutuhan dasar manusia akan tempat tinggal dengan tersedianya ruangan untuk tidur, kamar mandikakus dan ruangan
serbaguna atau ruang terbuka yang multi fungsi. Pada akhirnya bila seluruh kaidah-kaidah di atas terpenuhi maka
akan didapat suatu lingkungan permukiman yang harmonis, antara satu rumah dengan rumah yang lainnya masing-masing memiliki ciri sendiri
namun tetap memiliki kesamaan yang mengikat dan memberikan citra atau jati diri dari lingkungan secara keseluruhan.
2. Kebutuhan Minimal Ruang Luar-Dalam Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar
manusia dalam kegiatannya di rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, kerja, makan, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang
gerak didalamnya. Adapun rincian ruang tersebut dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini.
Aktivitas tidur 0,80 x 2.00
= 1,60 Aktivitas makan
1,50 x 0,90 = 1,35
Kerja 1,50 x 0,90
= 1,35 Aktivitas istirahatduduk
1,50 x 0,90 = 1,35
Aktivitas mandi 0,60 x 1,80
= 1,08 Aktivitas masak
0,60 x 1,80 = 1,08
Aktivitas MCK 0,6 x 1,80
= 1,08 Total kebutuhan ruang per orang
= 8,89 m
2
Dibulatkan = 9,00 m
2
Sabarrudin, 2003:170 Hasil perhitungan aktivitas berdasarkan ergonomi ukuran badan rata-
rata masyarakat Indonesia maka didapatkan kebutuhan ruang per orang adalah 9 m
2
. Perhitungan di atas termasuk ruang gerak dan perabot untuk mendukung aktivitasnya. Rumah sederhana sehat yang akan dihuni harus memungkinkan
penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat,
berdasarkan perhitungan perencanaan untuk rumah tidak bertingkat memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Kebutuhan luas per jiwa, b. Kebutuhan luas per KK,
c. Kebutuhan luas bangunan per kapita KK, d. Kebutuhan luas lahan per unit bangunan.
Tabel 2.1 Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan
Standar per jiwa m
2
Luas m
2
untuk 3 Jiwa Luas m
2
untuk 4 Jiwa Unit Rumah Lahan L Unit Rumah
LahanL 60 x L
100 60 x L
100 Ambang
7,2 21,67
36,0 28,8
48 Indonesia
9,0 27,09
45,0 36,0
60,0 Internasional
12,0 36,012
60,0 48,0
80,0 Sumber: Sabarrudin, 2003:171
3. Kebutuhan Minimal Kenyamanan Bangunan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan
kenyamanan dipengaruhi oleh 3 tiga aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut
merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman. a. Pencahayaan
Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah
penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,
2 Ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya, 3 Ruangan kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.
Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh:
1 Kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan mata, 2 Lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan mata,
3 Tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan, 4 Lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,
5 Sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 satu jam setiap hari,
6 Cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
Tabel 2.2 Kebutuhan Pencahayaan Alami Jenis Ruang
fl min. fl min. TUS
Keterangan
Keluarga 0,35d = 0,70
0,16d = 0,32 fl = faktor langit
TUNDANG- UNDANG = Titik
Ukur Utama TUS = Titik Ukur Sisi
Kerja 0,35d = 0,70
0,16d = 0,32 Dapur
0,18d = 0,36 0,05d = 0,10
Tidur 0,20d = 0,40
0,20d = 0,40 Sumber: Sabarrudin, 2003:173
Berdasarkan nilai faktor langit yang diperoleh, lubang cahaya untuk jendela pada bangunan Rumah Inti Tumbuh dapat digunakan sebagai
ruangan keluarga, kerja, tidur, dan dapur. Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang cahaya dan luas lubang cahaya
pada bidang atau dinding ruangan. Semakin lebar bidang cahaya L, maka akan semakin besar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang
bukaan jendela efektif antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai ruangan.
Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpa bantuan penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh:
1 Tata letak perabotan rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan,
2 Bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.
b. Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas
sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan
kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-
ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi sebagai ventilasi.
Penghawaan dapat dilakukan secara alami dan buatan. Cara alami dengan memanfaatkan pergerakan udara atau angin yang disebabkan oleh
perbedaan suhu dan tekanan udara alam sekitarnya. Cara buatan adalah mengkondisikan udara dalam ruangan dengan menggunakan tenaga
mekanikal-elektrikal atau air conditioning. Persyaratan penghawaan sesuai dengan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 20KPTS1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun, dan buku Manual of
Housing, Planning and Design Criteria. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan
dengan memberikan atau mengadakan peranginan silang ventilasi silang dengan ketentuan sebagai berikut:
1 Lubang penghawaan minimal 5 dari luas lantai ruangan, 2 Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir
keluar ruangan,
3 Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandiWC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandiWC, maka diperlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau
exhaust fan, dengan ketentuan sebagai berikut. 1 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan
disekitarnya, 2 Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan
kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.
c. Suhu udara dan kelembaban Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan
kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan
pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban
tinggi dalam ruangan. Pengaturan suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan
penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan: 1 Keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan
keluar, 2 Pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak
bergerak,
3 Menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan.
d. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah
tinggal sederhana adalah: pondasi, dinding dan kerangka bangunan, atap serta lantai. Pada bagian-bagian lantai seperti plafond, talang dan
sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja. 1 Pondasi
Secara umum sistim pondasi yang memikul beban kurang dari dua ton beban kecil yang biasa digunakan untuk rumah-rumah
sederhana dapat dikelompokkan kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung, pondasi setempat, dan pondasi tidak langsung. Sistem
pondasi yang digunakan pada Rumah Inti Tumbuh RIT dan pengembangannya ini adalah sistem pondasi setempat dari bahan
pasangan batu kali atau pasangan beton tanpa tulangan dan sistem pondasi tidak langsung dari bahan kayu ulin dan galam.
Pondasi dari batu kali atau pas beton tanpa tulangan digunakan untuk rumah tinggal yang dibangun didaerah yang memiliki kondisi
tanah kering dengan tegangan tanah σ
tnh
≥ 0.5 kgcm
2
, sedangkan untuk daerah-
daerah yang memiliki kondisi tanah lembek dengan σ
tnh
≤ 0.5 kgcm
2
maka pondasi yang digunakan adalah pondasi tidak langsung yaitu pondasi yang mengandalkan friksi antara tiang dengan tanah.
Rumah sederhana biasanya tiang pondasi ini digapit oleh kayu galam
bentuk penampang bulat berdiameter minimal 8 cm yang disebut dengan kalang, kalang ini berada kurang lebih 30 cm dibawah tanah. Pondasi
seperti ini biasa disebut pondasi tiang kaca puri dan selalu digunakan untuk rumah tinggal yang dibangun didaerah pasang surut atau tanah
gambut atau disuatu lahan yang memiliki muka air tanah yang dangkal sehingga tanah terlalu basah.
Pondasi setempat ini dapat digunakan dengan ketentuan: kolom- kolom pemikul beban harus diletakkan pada pusat pondasi, posisi kuda-
kuda harus tepat pada pusat garis kerja pondasi, bentang sloof maksimum 3 tiga meter, dan setiap pertemuan dinding harus berada di atas pondasi.
2 Dinding Badan dinding yang digunakan untuk RIT dan pertumbuhannya
adalah batako, papan, dan setengah batako dan setengah papan tergantung pada potensi bahan yang dominan pada daerah di mana rumah
ini akan dibangun. Ukuran batako yang digunakan adalah 40 x 20 10 cm pejal tanpa lubang dengan mutu atau kuat tekan minimum 85 kgcm
2.
Dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh, untuk kerangka dinding digunakan kayu berukuran 57 dengan jarak maksimum
100 cm. Kayu yang digunakan baik untuk papan dan balok adalah kayu kelas II yang diawetkan, apabila untuk kerangka digunakan kayu balok
berukuran 510 maka jarak tiang rangka ini dapat diambil 150 cm. Begitu juga untuk papan yang digunakan untuk dinding adalah papan dengan
ketebalan minimal 2 cm setelah diserut dan sambungan dibuat alur lidah.
Ring balok dan kolom dibuat dari kayu balok berukuran 510, dengan hubungan antara kolom dengan ring balok dilengkapi dengan
sekur-sekur dari kayu 510 dan panjang sekur maksimum 50 cm. 3 Kerangka bangunan
Rangka dinding untuk rumah tembok dibuat dari struktur beton bertulang. Untuk rumah dengan setengah tembok menggunakan setengah
rangka dari beton bertulang dan setengah dari rangka kayu. Untuk rumah kayu tidak panggung meskipun rangka dinding menggunakan kayu
namun untuk sloof menggunakan beton bertulang. Sedangkan rumah kayu panggung seluruhnya menggunakan kayu baik rangka bangunan
maupun dinding dan pondasinya. Rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung atau bernaung dan
tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun sosial. Menurut Ditjen Cipta Karya syarat yang harus
dimiliki rumah sehat adalah: 1. Memenuhi segi kesehatan, artinya bagian-bagian rumah yang mempengaruhi
kesehatan keluarga hendaknya dipersiapkan dengan baik terutama a penerangan dan peranginan dalam setiap ruang harus cukup, b penyediaan air
bersih, c pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak menimbulkan pencemaran, d bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding
tidak lembab, e tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor, udara kotor, dan sebagainya,
2. Memenuhi segi kekuatan bangunan, artinya bagian-bagian dari bangunan rumah mempunyai konstruksi dan bahan bangunan yang dapat dijamin
keamanannya, seperti a konstruksi bangunan yang cukup kuat, baik untuk menahan beratnya sendiri maupun pengaruh luar seperti angin, hujan, gempa,
dan lain-lain, b pemakaian bahan bangunan yang bisa dijamin keawetan dan kemudahan dalam pemeliharaanya, dan c penggunaan bahan tahan api untuk
bagian yang mudah terbakar, dan bahan tahan air untuk bagian yang selalu basah,
3. Memperhatikan segi kenyamanan, agar keluarga dapat tinggal dengan nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan mudah, diperlukan a penyediaan ruang
yang sesuai dengan kegiatan penghuni didalamnya, c penataan ruangan yang cukup baik, d dekorasi dan warna ruang yang serasi, dan e penghijauan
halaman diatur sesuai kebutuhan, 4. Memenuhi segi keterjangkauan. Hendaknya ruang diperoleh, diperlengkapi,
dan dipelihara dengan dana yang sesuai dengan kemampuan pendapatan keluarga.
Rumah sebagai tempat tinggal yang layak huni dapat menyediakan kondisi hidup yang layak dan sehat bagi manusia tentunya memiliki komponen rumah
yang sesuai dengan syarat umum rumah sehat dan layak huni. Komponen rumah yang dinilai dalam penelitian ini dilihat dari kriteria pemenuhan persyaratan
keselamatan bangunan, menjamin kesehatan, mencukupi kecukupan luas minimum, infrastruktur dan lingkungan.
1. Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan Persyaratan keselamatan bangunan dalam penelitian ini diukur
berdasarkan kekuatan kerangka bangunan suatu rumah. Bangunan yang baik harus menggunakan kolom sebagai rangka pemikul, dapat terbuat dari kayu,
beton bertulang, atau baja serta untuk rangka bangunan kolom, ring balok, dan sloof harus memiliki hubungan yang kuat dan kokoh Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008. 2. Menjamin kesehatan
a. Pencahayaan Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang didalam rumah
merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan yang cukup baik diperlukan dalam ruang kediaman agar orang dapat leluasa melakukan
kegiatan rumah tangga yang lazim tanpa merusak kesehatan mata. Kurangnya pencahayaan akan menimbulkan beberapa akibat pada mata,
kenyamanan dan sekaligus produktivitas seseorang Kasjono, 2011:24. Kecukupan pencahayaan rumah layak huni manimal 50 dari
dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk ruang tamu dan minimal 10 dari dinding yang berhadapan dengan ruang terbuka untuk
ruang tidur Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008.
1 Pencahayaan alam Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari
kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian
bangunan yang terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi.
2 Pencahayaan buatan Cahaya buatan yang baik tidak akan menganggu atau menurunkan
produktivitas kerja. Malah dengan cahaya buatan yang baik dan disaring dari kesilauan dapat mempertinggi produktivitas kerja dibandingkan
dengan apabila bekerja pada cahaya siang alamiah. Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan
memilih sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih
menyenangkan. Lampu Flouresen neon sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena kuat penerangan yang relatif
rendah mampu menghasilkan cahaya yang baik bila dibandingkan penggunaan lampu pijar. Namun demikian bila ingin mempergunakan
lampu pijar sebaiknya dipilih yang berwarna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon dalam Kusumawati, 2014.
b. Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas
sepanjang hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan
kesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-
ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisi
sebagai ventilasi sabarrudin, 2003. Kecukupan penghawaan rumah layak huni minimal 10 dari luas lantai Peraturan Menteri Negara Perumahan
Rakyat Nomor 22 Tahun 2008. 3. Mencukupi kecukupan luas minimum
Kecukupan luas minimum dalam penelitian ini diukur dari luas lantai per orang. Luas lantai per orang merupakan kebutuhan ruang per orang yang
dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia dalam kegiatannya dirumah. Luas minimal rumah layak huni antara 7,2 m
2
orang sampai dengan 12 m
2
orang dengan fungsi utama sebagai hunian yang terdiri dari ruang serbagunaruang
tidur dan dilengkapi dengan kamar mandi Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22 Tahun 2008.
4. Kriteria infrastruktur a. Atap
Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga orang yang mendiami dibawahnya terlindung dari terik matahari, hujan, dan
sebagainya BPS, 2011:6. Atap berfungsi untuk menahan panas dan debu dari luar. Kemiringan atap tergantung dari jenis penutup atap yang dipakai,
yang penting harus dapat mengalirkan air hujan dengan baik. Penutup atap dapat dibuat dari genteng, asbes atau seng, rumbia dan sebagainya.
Pemeliharaan berkala perlu dilakukan dengan pembersihan dan segera diperbaiki apabila terjadi kebocoran Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah
tanggal 28 Mei tahun 2014.
b. Dinding Dinding adalah sisi luar atau batas dari suatu bangunan atau
penyekat dengan bangunan fisik lain. Dinding rumah berfungsi untuk menahan angin dan debu, dibuat tidak tembus pandang, bahan dibuat dari
bambu, papan, tembok Surat edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei 2014.
Dinding berfungsi sebagai pembatas ruang kegiatan agar kegiatan dapat dilakukan dengan aman dan terlindung. Dinding dapat juga berfungsi
sebagai penahan beban merata dari atap, untuk selanjutnya diteruskan ke pondasi. Bahan dinding yang digunakan harus dapat menjamin kekuatan
dan keawetannya Dirjen Cipta Karya, 1994:32. c. Jenis Lantai
Secara umum lantai hendaknya dibuat dengan permukaan kering, datar dan mudah untuk dibersihkan. Bahan penutup lantai adalah yang tidak
menimbulkan kelembaban dan mudah dibersihkan. Jenis lantai di dalam surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014 ada 3
macam yaitu tanah, plester dan keramik. d. Jenis pondasi
Pondasi merupakan struktur terbawah dari pembuatan sebuah bangunan, pengertian pondasi sendiri adalah suatu bagian dari konstruksi
bangunan yang berfungsi sebagai tempat bangunan yang akan dibangun dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar
pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential
settlement pada sistem strukturnya. Dalam penelitian ini jenis pondasi di bagi menjadi 3 jenis yaitu umpakkayu, bata dan batu Surat Edaran
Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014. e. Lokasi kandang ternak
Lokasi kandang ternak yang baik yaitu kandang ternak yang berada jauh dari lokasi rumah yaitu berjarak 5 m Surat Edaran Gubernur Jawa
Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014. f. Sumber air minum
Air minum adalah air yang digunakan untuk konsumsi manusia. Menurut Departemen Kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak
berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002. Sumber air minum dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu dari belik, sumur gali dan artetis Surat
Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014. g. Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi yang dimaksud meliputi sarana sanitasi, mandi, cuci, kakus MCK. Penilaian MCK yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penyediaan 1 satu kamar mandi dan jamban didalam atau luar bangunan rumah Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah tanggal 28 Mei tahun 2014.
2.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi