PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG.

(1)

i

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nutrima Lestari NIM 12110241010

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Seorang Tuan bisa memberitahumu apa yang Ia harapkan darimu. Tapi seorang guru membangkitkan pengharapanmu sendiri “

(Patricia Neal)

“Pendidikan bukan modal hidup tetapi sesuatu yang harus hidup” (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas kemudahan dan kelancaran–Nya, saya persembahkan karya tulis ini kepada :

1.Kedua orang tua ku, Bapak Juweni dan Ibu Badriyah tercinta yang selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang, dan selalu memberikan semangat. Terimakasih atas semua yang telah diberikan kepada ananda.


(7)

vii

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG

Oleh Nutrima Lestari NIM 12110241010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang dan upaya yang dilakukan serta faktor penghambat dan pendukung dalam upaya meningkatkan mutu guru.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah 12 orang yang terdiri dari Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang, Kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung, Kepala Sekolah, dan guru. Penelitianinidilakukan di duasekolahdasarnegeriyaitu SDN Jamblangandan SDN Sikepan 1.Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan model interaktifkonsepdari Milles danHubberman (pengumpulan data, reduksidata,penyajian data, danpenarikankesimpulan). Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumberdanteknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung dilihat dari empat standar kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Standar kompetensi pedagogik belum dapat terpenuhi. Hal ini terlihat dari guru belum dapat memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, metode pembelajaran masih menggunakan metode konvensional, dan hasil UKG yang dilakukan oleh Pihak Dinas mayoritas nilai yang diperoleh juga masih rendah. Standar kompetensi kepribadian sudah dapat terpenuhi. Terlihat dalam sikap (attitude) dan kepribadian (personality). Standar kompetensi sosial guru, mayoritas sudah baik terbukti dari interaksi yang dilakukan guru baik dari pihak dalam maupun luar. Standar kompetensi profesional guru belum terpenuhi secara maksimal. Terbukti dari mayoritas guru bekerja belum sesuai dengan latar belakang pendidikan, RPP hanya mengcopy paste; (2) upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kec. Srumbung diantaranya: melakukan pembinaan, menyelenggarakan berbagai pelatihan, melaksanakan KKG ; (3) faktor penghambat dalam peningkatan mutu guru adalah sumber dana minimal, etos kerja rendah, keterbatasan sarpras, faktor kedisilinan. Sedangkan faktor pendukungnya yaitu SDM yang memadai, pendapatan tinggi dan lingkungan yang nyaman dan aman.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,petunjuk serta karunia- Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang” ini disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih setinggi–tinginya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk menimba ilmu selama masa studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan Tugas Akhir Skripsi.

3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengesahan hasil Tugas Akhir Skripsi.

4. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesain Tugas Akhir Skripsi.


(9)

ix

5. Bapak Dr. Dwi Siswoyo M. Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi.

6. Bapak Joko Sri Sukardi, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akdemik, yang telah membimbing dan memberi pengarahan dalam menyelesaikan studi.

7. Bapak dan Ibu dosen dan pengajar di Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, yang telah memberikan banyak ilmu dan bekal pengalaman. 8. Bapak Sugeng Riyadi selaku Kepala Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

9. Bapak Sujadi selaku Kepala UPT DISDIKPORA Kec. Srumbung telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian

10.Bapak Muh. Yunus dan Ibu NurKhasanatun N selaku Kepala Sekolah SDN Jamblangan dan SDN Sikepan 1 yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

11.Bapak Budi dan Ibu Sri, kedua kakakku dan segenap keluarga besar yang telah mendukung dan mendoakan sampai selesai studi.

12.Sahabat–sahabatku Khalimah, Ranti Eka, Nanda, Leni, Herdita, dan Fitri Ramadhani.

13.Teman–teman saya di Prodi Kebijakan Pendidikan, khususnya angkatan 2012 14.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan kemudahan dalam


(10)

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak

Yogyakarta, Oktober 2016 Penulis,


(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 9

E.Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A.Deskripsi Teori ... 11

1. Mutu Pendidikan ... 11

a.Pengertian Mutu ... 10

b.Hakikat Mutu Pendidikan ... 15

2. Peningkatan Mutu Guru ... 19

a. Pengertian Guru ... 19

b. Landasan Kebijakan Guru ... 20


(12)

xii

d. Standar Kompetensi Guru ... 22

1) Standar Kompetensi Pedagogik ... 23

2) Standar Kompetensi Kepribadian ... 30

3) Standar Kompetensi Sosial ... 32

4) Standar Kompetensi Profesional ... 33

3.Peran Guru dalam Aktifitas Pembelajaran ... 36

4.SekolahDasar... 38

a.Pengertian Sekolah Dasar ... 38

b.Landasan Yuridis Sekolah Dasar ... 38

B. Penelitian yang Relevan ... 40

C. Kerangka Berpikir ... 44

D. Pertanyaan Penelitian ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Subyek Penelitian ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Instrumen Penelitian ... 52

F. Teknik Analisis Data ... 56

G. Teknik Keabsahan Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 60

1.SD Negeri Jamblangan ... 60

2.SD Negeri Sikepan 1 ... 66

B.Hasil Penelitian ... 75

1. Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ... 75

a.Standar Kompetensi Pedagogik ... 77

b.Standar Kompetensi Kepribadian ... 80

c.Standar Kompetensi Sosial ... 81

d.Standar Kompetensi Profesional ... 83 2.Upaya dalam Meningkatkan Mutu Guru Sekolah


(13)

xiii

Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ... 88

3.Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ... 94

C.Pembahasan ... 97

1. Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ... 102

a. Standar Kompetensi Pedagogik ... 103

b. Standar Kompetensi Kepribadian ... 105

c. Standar Kompetensi Sosial ... 106

d. Standar Kompetensi Profesional ... 107

2. Upaya dalam Meningkatkan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ... 109

3. Faktor Penghambat dan pendukung dalam Peningkatan Mutu Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 117

B.Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Pedoman Observasi ... 53

Tabel 2. Pedoman Wawancara ... 55

Tabel 3. Kisi Kajian Dokumen ... 56

Tabel 4. Jumlah PesDik SDN Jamblangan ... 63

Tabel 5. Hasil UN SDN Jamblangan ... 63

Tabel 6. Jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Jamblangan ... 64

Tabel 7. Data Sarana dan Prasarana SDN Jamblangan ... 66

Tabel 8. Jumlah PesDik SDN Sikepan 1 ... 70

Tabel 9. Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDN Sikepan 1 ... 71

Tabel 10 Data Hasil UN SDN Sikepan 1 ... 72

Tabel 11. Data Hasil Prestasi Non Akademik SDN Sikepan 1 ... 73

Tabel 12. Data Sarana dan Prasarana Penunjang Akademik SDN Sikepan 1 ... 74

Tabel 13. Data Sarana dan Prasarana Penunjang Non Akademik SDN Sikepan 1 ... 74

Tabel 14. Jumlah Tenaga Pendidik SD Kec. Srumbung Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 86


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Alur Kerangka Pikir ... 46


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara ... 124

Lampiran 2. Transkip Wawancara ... 129

Lampiran 3. Catatan Lapangan ... 162

Lampiran 4. Dokumentasi Foto... 175

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari FIP ... 178

Lampiran 6.Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol DIY ... 179

Lampiran 7.Surat Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kab.Magelang ... 180

Lampiran 8.Surat Ijin Penelitian dari BPMPPT ... 181

Lampiran 9.Surat Keterangan Penelitian dari SDN Jamblangan ... 182


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini pendidikan sangat diperlukan dan menjadi kebutuhan wajib bagi semua orang. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, menyebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( Wiji Suwarno, 2006 : 21)”

Undang–Undang No 20 Tahun 2003 ini merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi Sistem Pendidikan Nasional yang memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan Nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu serta relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global. Dalam Undang–Undang tersebut juga menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Dalam konteks pendidikan di Indonesia, sistem pendidikan nasional bertugas mempersiapkan setiap warga negara agar dapat berperan aktif di seluruh bidang kehidupan dengan cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin, bermoral tinggi, demokratis dan toleran serta


(18)

2

mengutamakan persatuan bangsa. Pendidikan jalur sekolah dan jalur luar sekolah secara bersamaan menjalankan fungsi empat pilar pendidikan dalam tujuan pendidikan nasional (Syafarudin, 2002: 3) .

Mutu pendidikan merupakan satu- satuya masalah dasar dalam dunia pendidikan sekarang ini. Mutu dalam pendidikan yang sering diartikan sebagai suatu pencapain keberhasilan dalam pendidikan, sekarang ini masih jauh dari yang diharapkan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pencapaian delapan standar pendidikan inilah yang dimaksudkan sebagai tercapainya mutu pendidikan.

Dalam mencapai mutu pendidikan tersebut, tidak hanya dibutuhkan satu komponen saja, melainkan berbagai komponen harus saling bekerja sama dan berkesinambungan agar kedelapan standar dapat terpenuhi.Komponen – komponen yang perlu diperhatikan dalam pencapain mutu pendidikan adalah masukan(input),proses dan hasil belajar (output). Input dalam hal ini yang dimaksud adalah peserta didik dan pendidik. Keadaan peserta didik dipengaruhi oleh latar belakang kognitif peserta didik, keadaan sosial ekonomi dll. Sedangkan keadaan pendidik dipengaruhi ketika proses rekruitmen calon guru yang dilakukan oleh pihak sekolah dan latar belakang pendidikan dari guru. Kemudian dalam hal proses, guru lah yang paling berperan dalam proses pembelajaran peserta didik di kelas. Hal ini dikarenakan guru merupakan kunci berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Apabila guru dapat mengendalikan peserta didik, maka hasil belajar atau output dalam tercapai


(19)

3

dengan maksimal sehingga mutu pendidikanpun secara otomatis dapat tercapai.

Salah satu komponen agar tercapainya mutu pendidikan yang maksimal adalah mutu tenaga pendidik atau guru. Guru merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran di sekolah. Di tangan gurulah segala perubahan peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik diharapkan. Guru bagaikan magnet yang seharusnya mampu menyedot perhatian siswa, guru menjadi pusat yang mampu mengubah keterpendaran perhatian, mampu “menghipnosi” sehingga siswa merasa enjoy dalam setiap mengikuti pembelajarannya (Nurfuadi, 2012:5).

Guru juga merupakan elemen kunci keberhasilan sistem pendidikan, tepatnya yang berlangsung di sekolah. Hal ini di sebabkan karena guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan kualitas pendidikan, dengan kata lain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang berkualitas adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang keprofesionalannya dapat diandalkan.Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler dan eksplanator (Nurfuadi, 2012:106-107). Untuk dapat dikatakan sebagai guru yang bermutu, maka guru harus mempunyai empat kompetensi dasar agar mencapai guru profesional yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI nomor


(20)

4

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional. Menurut Suyanto (2007:7) guru yang professional harus selalu berubah dari praktek lama, dan bahkan juga harus bisa meninggalkan metode lama untuk menghadapi tantangan professional kini dan mendatang dengan cara dan metode yang sama sekali baru.

Peran guru yang begitu kompleks itu menuntut seorang guru untuk dapat bekerja secara profesional. Dalam hal ini seorang guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu kepada peserta didik, melainkan membimbing peserta didik menjadi pribadi yang yang baik.

Mutu guru juga dipengaruhi oleh program penataran dan pelatihan yang diikutinya. Untuk memiliki mutu yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk itu guru perlu mengikuti program-program penataran.

Sekolah dasar merupakan suatu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Peraturan Pemerintah Repubilk Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan


(21)

5

berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah dasar sebagai awal dari pembentukan karakter peserta didik seharusnya mempunyai guru yang profesional. Hal ini dikarenakan guru di sekolah dasar memiliki peran ganda yaitu selain menjadi semua guru mata pelajaran juga merangkap sebagai guru wali kelas. Peran guru yang begitu kompleks itu menuntut guru untuk dapat berpikir secara logis dan tentunya hanya guru–guru yang profesional yang dapat melakukan pekerjaan tersebut. Namun kenyataannya sekarang ini, guru yang dapat melaksanakan tugas secara profesional itu masih sulit ditemui. Mayoritas guru hanya memandang pekerjaan guru sebagai profesi sehingga mereka bekerja sebatas menggugurkan kewajiban.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Salam ditemukan beberapa permasalahan terkait dengan mutu guru, menurut Bapak Sujadi selaku kepala UPT menuturkan bahwa masih ada beberapa permasalahan yang terkait dengan guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung. Apabila dilihat dari segi fisik mayoritas sudah tua. Sehingga guru tersebut sulit untuk dapat mengembangkan kemampuannya khususnya dalam bidang teknologi. Mereka menganggap sudah tidak perlu lagi untuk belajar khususnya dalam teknologi karena tidak lama lagi akan pensiun. Kecamatan Srumbung yang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Lereng Merapi menyebabkan banyak


(22)

6

guru SD mempunyai pekerjaan sampingan sebagai petani sehingga pikiran mereka tidak terfokus dalam satu hal. Selain itu letak geografis Kecamatan Srumbung yang berada di atas, bagi beberapa guru dirasa terlalu jauh untuk sampai ke sekolah.

Selain itu permasalahan yang ditemui pada dua sekolah dasar di Kecamatan Srumbung yaitu SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan. SD Negeri Sikepan 1 yang berlamatkan di Jalan Soka Km. 5 Bringin Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang merupakan salah satu sekolah dasar negeri terbaik di Kec. Srumbung. Namun walaupun merupakan sekolah terbaik masih ditemui beberapa permasalahan khususnya yang terkait dengan guru. Berdasarkan pada observasi awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu guru belum dapat memanfaatkan teknologi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan perkataan Bapak Sujadi selaku Kepala UPT, guru terlihat tidak melakukan persiapan sebelum proses pembelajaran dimulai. Guru terlihat langsung masuk ke dalam kelas dan memulai proses pembelajaran. Keterbatasan alat peraga yang disediakan oleh sekolah juga menghambat guru dalam melakukan kerjanya secara profesional. Pihak sekolah juga kurang memberikan perhatian kepada guru khususnya kepada guru yang masih berstatus sebagai guru wiyata untukmengembangkan karirnya baik lewat keikutsertaan dalam pelatihan maupunpenulisan karya ilmiah/jurnal, dan inovasi-inovasi dalam pembelajaran belum banyak dilakukan.


(23)

7

Sedangkan di SDN Jamblangan yang berlamatkan di Jamblangan di Dusun Cabean, Bringin,Srumbung,Kabupaten Magelang ditemukan juga beberapa permasalahan yang secara mayoritas hampir sama dengan permasalahan di SDN Sikepan 1 diantaranya penataan infrastrukturnya seperti:ruangan kantor, rungan kelas,perpustakaan belum terlihat mendukung suasana kerja yang kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi guru. Ditemui juga permsalahan mengenai kurangnya partisipasi wali murid yang ada di SDN Sikepan 1 Kecamatan Srumbung. Mayoritas wali murid merasa acuh tak acuh terhadap pendidikan anaknya. Kurangnya partisipasi itu menyebabkan guru tidak dapat bekerja sama lebih luas dengan wali murid sehingga semua permasalahan dalam pembelajaran ditangani sendiri oleh guru.

Melihat kondisi permasalahan diatas, upaya–upaya peningkatan mutu khuususnya bagi guru dirasa sangatlah dibutuhkan. UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Srumbung sebagai Lembaga Pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang memiliki peran yang cukup dominan dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar khususnya di wilayah Kecamatan Srumbung.

Dari hasil paparan diatas peneliti tertarik untuk mengkaji dan meneliti mengenai “Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang” karena peneliti ingin mendeskripsikan dan menjelaskan upaya–upaya yang dilakukan oleh UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kec. Srumbung maupun pihak sekolah dalam meningkatkan mutu guru .


(24)

8 B. Identifikasi Masalah

Dari hasil paparan dalam latar belakang diatas ditemukan beberapa masalah, diantaranya :

1. Gurudi SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan belum dapat menguasai teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar masih menggunakan metode konvensional. 2. Guru di SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan belum melakukan

persiapan sebelum proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan tujuan yang dicapai dalam pembelajaran tidak maksimal.

3. Kurangnya perhatian sekolah khususnya bagi guru di SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan yang berstatus sebagai guru wiyata/ honorer untuk mengembangkan karier dalam pelatihan.

4. Mayoritas guru yang mengajar sekolah dasar di Kecamatan Srumbung berasal dari luar Provinsi Jawa Tengah. Kondisi ini memungkinkan kinerja guru akan terpengaruh karena jarak rumah yang jauh dapat menyebabkan konsentrasi guru dalam mengajar menjadi menurun. C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membantu ruang lingkup permasalahan yang dibahas supaya memperjelas permasalahan dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami permasalahan penelitian. Masalah dalam penelitian ini dibatasi oleh peneliti pada upaya peningkatan mutuguru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.


(25)

9 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang dilihat dari empat standar kompetensi guru ? 2. Bagaimana upaya dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di

Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang?

3. Apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung dalam peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah antara lain :

1. Untuk mendeskripsikan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang dilihat dari empat standar kompetensi guru

2. Untuk mendeskripsikan upaya dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang

3. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat dan faktor pendukung dalam upaya peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.


(26)

10 F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang , antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan gambaran yang lebih konkrit dan dapat dijadikan sumber pijakan dalam menentukan kebijakan tentang peningkatan mutu guru Sekolah Dasar

b. Untuk menambah referensi, literatur/pustaka studi tentang mutu guru 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan dan Kepala UPT, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung, beserta berbagai dinamika dalam peningkatan mutu guru

b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun renstra strategi upaya pengembangan sekolah (renstra) dalam rangka meningkatkan mutu guru.

c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan dan pemahaman tentang mutu guru dan upaya peningkatannya serta faktor penghambat dan pendorong dalam meningkatkan mutu guru SD.


(27)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori 1. Mutu Pendidikan

a. Pengertian Mutu

Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan sekarang ini. Kata “mutu” memiliki banyak pengertian. Definisi mutu menurut Arcaro (2006:7) yaitu sebuah derajat variasi yang terduga standar yang digunakan dan memiliki kebergantungan pada biaya yang rendah(Nur Zazin,2011: 54)menyatakan bahwa mutu mengandung arti makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja atau upaya) baik berupa barang maupun jasa baik yang tangible maupun intangible. Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri (Peters dan Austin , 1985)

Definisi mutu menurut Juran dalam Arcaro, menyebutkan mutu sebagai “tepat untuk dipakai” dan menegaskan bahwa dasar misi mutu sebuah sekolah adalah mengembangkan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat. Pandangan Juran tentang mutu merefleksikan pendekatan rasional yang berdasarkan fakta terhadap organisasi bisnis dan amat menekankan pentingnya proses perencanaan dan kontrol mutu. Titik fokus manajemen mutu adalah keyakinan organisasi terhadap produktivitas individual.

Mutu adalah suatu terminologi subjektif dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh


(28)

12

argumentasi yang sama baiknya. Secara luas mutu diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan konsumen/ pelanggan. Dalam pendidikan, mutu adalah keberhasilan proses dan hasil belajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan ( Nurfuadi, 2012: 153)

Dalam pembicaraan tentang mutu, terdapat unsur–unsur yang terkait,yaitu: produk dan jasa, penghasil produk/jasa, pelanggan, kebutuhan dan harapan, produk/jasa yang bermutu dan kepuasaan. Produk dan jasa adalah hasil yang diproduksi karena ada yang memerlukan. Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya yang utamanya yaitu kepada mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut ( Nurfuadi, 2012: 157).

Para pelanggan layanan pendidikan dapat terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat kelompok (Sallis,1993) dalam Nurfuadi (2012: 157), yaitu peserta didik, orang tua, lapangan kerja, dan dosen/guru/ tutor dan tenaga administrasi lembaga pendidikan serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut. Empat kelompok tersebut berkepentingan dengan lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas dari suatu lembaga pendidikan mereka akan diuntungkan, baik kebanggan maupun finansial. Kepuasaan dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan.


(29)

13

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen–komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Namun dari seluruh komponen pendidikan tersebut, gurulah yang merupakan komponen utama. Jika gurunya berkualitas baik, maka pendidikanpun akan baik pula. Dalam hubungannya dengan keberhasilan dalam mendidik, maka guru harus mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid–muridnya (Nurfuadi, 2012 : 158-159).

Mutu dapat dijamin dengan cara memastikan bahwa setiap individu memiliki bidang yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan yang tepat (Arcaro, 2006: 8). Pandangan Juran dalam Arcaro tentang mutu adalah : (1)Meraih mutu merupakan proses yang tidak mengenal akhir,(2) Perbaikan mutu merupakan proses berkesinambungan, bukan program sekali jalan,(3)Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan administrator,(4) Pelatihan massal merupakan prasyarat mutu, dan (5) Setiap orang di sekolah mesti mendapatkan pelatihan.

Inti pemikiran Deming dan Juran memandang bahwa membangun mutu sebagai prinsip dasar bagi pendidikan sekolah, strategi dan filosofinya


(30)

14

sama seperti yang terbukti sudah berhasil dijalankan dalam bidang lain (Arcaro, 2006: 9)

Transformasi mutu diawali dengan mangadopsi paradigma baru pendidikan. Cara pikir dan cara kerja lama harus disingkirkan. Dalam bidang pendidikan, sulit untuk mengembangkan paradigma baru pendidikan. Ada dua pokok yang menghalangi upaya penciptaan mutu dalam sistem pendidikan. Pertama, banyak profesional pendidikan yakin bahwa mutu pendidikan bergantung pada besarnya dana yang dialokasikan untuk pendidikan, lebih banyak uang yang diinvestasikan dalam pendidikan, maka lebih tinggi juga mutu pendidikan (Arcaro,2006: 11-12). Perbaikan mutu pendidikan khusunya di sekolah, lebih banyak menjadi tanggung jawab pada guru. Secara umum para guru terfokus hanya pada aspek pendidikan seorang siswa yaitu membantu siswa belajar dan mendapatkan pengetahuan. Bila mutu dimulai sebgai proyek terisolasi di sekolah atau ruang kelas, dan hal tersebut hampir mempengaruhi keseluruhan mutu pendidikan. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil–wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk bekerja bersama guna memberikan kepada para siswa sumber–sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat, bisnis dan akademik sekarang dan masa depan(Arcaro,2006 :76-77).


(31)

15 b. Hakikat Mutu Pendidikan

Beberapa hakikat mutu dalam pendidikan di sekolah melaluipenerapan prinsip–prinsip mutu Dr. W. Edward Deming adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan konsistens tujuan untuk memperbaiki layanan dan siswa dmaksudkan untuk menjadikan sekolah sebagai sekolah yang kompetitif dan berkelas dunia.

2. Mengadopsi filosofi mutu total. Sistem sekolah harus menyambut baik tantangan untuk berkompetisi dalam sebuah perekonomian global. Setiap anggota sistem sekolah mesti belajar ketrampilan baru mendukung revolusi mutu

3. Mengurangi kebutuhan pengujian. Hal ini dilakukan untuk membangun mutu dala layanan pendidikan. Memberikan lingkungan belajar yang menghasilkan kinerja siswa yang bermutu.

4. Menilai bisnis sekolah dengan cara baru. Bekerja sama dengan para orang tua siswa dan berbagai lembaga untuk memperbaiki mutu siswa menjadi bagian sistem.

5. Memperbaiki mutu dan produktivitas secara mengurangi biaya dengan cara memperbaiki, mengidentifikasi, mengimplementasi perubahan.

6. Belajar sepanjang hayat. Perbaikan mutu tidak dapat berhasil baik jika hanya dilakukan sesaat namun harus dilakukan sepanjang hayat.


(32)

16

7. Kepemimpinan dalam pendidikan. Mutu mesti terintegrasikan ke dalam pernyataan visi dan misi.

8. Mengeliminasi rasa takut

9. Mengeliminasi hambatan keberhasilan. 10.Menciptakan budaya mutu untuk setiap orang 11.Perbaikan proses

12.Membantu siswa berhasil. Tanggung jawab semua administrator pendidikan mesti diubah dari kuantitas menjadi kualitas

13.Komitmen. Manajemen mesti memiliki komitmen terhadap budaya mutu.

14.Tanggung jawab (Jerome S. Arcaro, 2006 :85-89)

Dari segi sosiologis, mutu pendidikan berarti pendidikan yang bermanfaatdan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan lingkungannya dalam hubungannya dengan kelompok (seperti interaksi sesama anggota masyarakat), perkembangan budaya, serta mempersiapkan masyarakat untuk menerima perubahan dan perkembangan teknologi.

Dari perspektif pendidikan dapat dilihat dari sisi prestasi siswa, proses pembelajaran, kemampuan lulusan dalam mengembangkan potensinya di masyarakat, serta dalam hal memecahkan masalah dan berpikir kritis. Dengan demikian, untuk mengetahui pendidikan yang bermutu perlu dikaji mutu dari segi proses, sebagaimana Popi (2010) dalam Nur Zazin (2011, 66) produk maupun sisi internal dan kesesuaian. Dari segi proses, mutu pendidikan berarti keefektifan dan efisiensi seluruh


(33)

17

faktor yang berperan dalam proses pendidikan. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mutu atau kualitas guru 2. Sarana dan prasarana 3. Suasana belajar

4. Kurikulum yang dilaksanakan 5. Pengelolaan sekolah.

Mutu pendidikan secara multidimensi meliputi aspek mutu input, proses, dan output. Oleh karenanya pengembangan pencapaian mutu harus secara holistik dimulai dari input, proses, dan output. Dengan demikian, mutu pendidikan adalah kebermutuan dari berbagai layanan institusi pendidikan kepada siswa maupun staf pengajar untuk terjadinya proses pendidikan yang bermutu sehingga akan menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan untuk terjun ke lingkumgan masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan seperti pemeliharaan gedung, guru-guru profesional, nilai moral, hasil ujian, dukungan orang tua dan masyarakat, penerapan teknologi, kepemimpinan, pemeliharaan dan perhatian terhadap pelajar, kurikulumatau perpaduan berbagai faktor(Syafaruddin, 2002:120). Pemenuhan mutu pendidikan pada satuan pendidikan adalah standar nasional pendidikan (SNP) dan standar–standar lain yang disepakati oleh kelompok masyarakat. SNP diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


(34)

18

Pendidikan dan peraturan perundangan lain yang relevan yaitu minimal tentang sistem pendidikan di wilayah hukum NKRI. Terdapat delapan Standar Nasional Pendidikan yaitu :

1. Standar Isi ( Permendiknas No.22 Tahun 2006 ) 2. Standar Proses

3. Standar Kompetensi Lulusan ( No.23 Tahun 2006)

4. Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan(No. 16 Tahun 2007)

5. Standar Sarana dan Prasarana ( No. 24 Tahun 2007 ) 6. Standar Pengelolaan ( No. 19 Tahun 2007)

7. Standar Pembiayaan

8. Standar Penilaian / Evaluasi ( No. 20 Tahun 2007 ).

Dalam kerangka sistem, pemenuhan SNP komponen input adalah Standar Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan dan Standar Pembiayaan. Pada komponen proses adalah Standar Isi,Standar Proses, dan Standar Penilaian/Evaluasi. Pada komponen output adalah Standar Kompetensi Lulusan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari lima macam penilaian sebagai berikut :

a. Prestasi siswa yang dihubungan dengan norma nasional dan agama dengan menggunakan skala nilai

b. Prestasi siswa yang berhubungan dengan kemampuan c. Kualitas belajar mengajar


(35)

19 d. Kualitas mengajar

e. Kinerja sekolah ( Nur Zazin, 2011:66 ). 2. Peningkatan Mutu Guru

a. Pengertian Guru

Definisi guru menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidian dasar, dan pendidikan menengah ( Dwi Siswoyo dkk, 2007:128)

Menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya Profesionalisme Guru, mengartikan bahwa guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang. Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru adalah orang–orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif,kognitif dan psikomotorik.

Menurut Hadari Nawawi bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisi. Pertama secara sempit, guru adalah ia yang berkewajiban mewujudkan program kelas, yakni orang yang kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran di kelas. Sedangkan secara luas diartikan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung


(36)

20

jawab dalam membantu anak-anak dalam mencapai kedewasaan masing– masing.

Dari uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa guru merupakan seseorang atau sekelompok orang yang bekerja secara profesional yang mempunyai tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik yang dilihat dari ketiga potensi baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik. Guru sebagai ujung tombak dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas memegang peranan yang sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Guru yang efektif akan mampu mengefektifkan proses pembelajaran dengan baik. Guru yang profesional akan memiliki komitmen yang tinggi dan disertai dengan kemampuan sesuai dengan bidang keahliannya. Komitmen inilah sebagai modal dasar dalam meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Pembelajaran yang bermutu akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (PrimMasrokan Mutohar,2013:153). b.Landasan Kebijakan Guru

Guru sebagai pekerja profesional memiliki beberapa landasan hukum. Ada beberapa landasan kebijakan yang mendasari dan menjadi acuan bagi guru untuk menjalankan profesinya. Ada lima peraturan perundang–undangan yang dijadikan landasan kebijakan komipetensi guru yaitu, sebagai berikut:


(37)

21

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) Bab IV, Bagian Kesatu Pasal 8-10 tentang Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi pada pasal 8 yang menyebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Hal ini juga diperkuat dalam pasal 10 yang menyebutkan bahwa seorang guru harus memiliki empat standar kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. 4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 tentang Standar

Nasional Pendidikan

5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru

c. Pengertian Kompetensi Guru

Istilah kompetensi menunjuk pada suatu kemampuan sebab “competence means fitness or ability” yang berarti kemampuan atau kecakapan. Sumber dari Depdiknas (1982:51) menyatakan bahwa, kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan.Sedangkan, Mukminan mengutip pendapat Hall dan Jone yang menyatakan bahwa kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan


(38)

22

dan sikap yang dapat diamati dan diukur (Hall dan Jones dalam Mukminan, 2003:2) Oleh sebab itu, seseorang yang memiliki kompetensi berarti yang bersangkutan memiliki kemampuan yang dapat diamati dan diukur.

Sementara itu Barlow (1985:132) menyatakan bahwa kompetensi guru adalah “the ability of teacher to responsibility perform his or her duties appropriately. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kewajiban pembelajaran secara professional dan bertanggungjawab.

d.Standar Kompetensi Guru

Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 10 dan Undang–Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru harus memilki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan memilki empat standar kompetensi guru. Keempat standar kompetensi guru tersebut kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 28 dan penjelasannya yakni, meliputi; (1) kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; (2) kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi anak didiknya; (3) kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan


(39)

23

(4) kompetensi profesionalisme yaitu kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi.

Penjabaran lebih lanjut tentang indikator–indikator standar kompetensiguru sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang–Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Berikut ini adalah penjabarannnya mengenai empat standar kompetensi guru :

1)Standar Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, hasil evaluasi belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilkinya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasidan Kompetensi Guru telah menggarisbawahi 10 kompetensi pedagogis. Kesepuluh kompetensi inti akan dijelaskan beserta sub kompetensi sebagai berikut :

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual.

a) Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya.


(40)

24

b) Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI

c) Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.

d) Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.

2. Menguasi teori–teori belajar dan prinsip–prinsip pembelajaran yang mendidik. Seorang guru harus menguasi teori–teori pembelajaran, yaitu teori behaviorisme, teori kognitif dan teori humanistik- konstruktivisme

a) Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI.

b) Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI.

c) Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelas-kelas awal SD/MI.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu

a) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum b)Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI.

c) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan lima mata pelajaran SD/MIMenata materi pembelajaran


(41)

25

secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI.

d)Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran

e) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI.

f) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian. 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

a) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik.

b) Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran c) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk

kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan.

d) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan.

e) Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.

f) Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata pelajaran SD/MI sesuai dengan situasi yang berkembang.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran


(42)

26

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilkinya.

a) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal.

b) Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik

a) Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif empatik dan santun, baik secara lisan maupun tulisan

b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari penyiapan kondisi psikologis peserta didik, memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespons, respons peserta didik, reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya

8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluas proses dan hasil belajar a) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil

belajar sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI. b) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting

untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI


(43)

27

c) Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

d) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

e) Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai instrumen

f) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.

g) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar siswa.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

a) Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.

b)Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

c) Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan

d)Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

10.Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran a) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah


(44)

28

b) Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima mata pelajaran SD/MI.

c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI (Marselus R. Payong, 2011 :29).

Pengembangan dan peningkatan kualitas komptensi guru selama ini diserahkan kepada guru itu sendiri. Jika mampu ingin mengembangkan dirinya sendiri, maka guru itu akan berkualitas. Idealnya pemerintah, asosiasi pendidikan dan guru serta satuan pendidikan memfasilitasi guru untuk mengembangkan kemampuan yang bersifat kognitif berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai, maupun performasi berupa perbuatan–perbuatan yang mencerminkan pemahaman ketrampilan dan sikap. Dukungan yang demikian itu penting, karena dengan cara itu akan meningkatkan kemampuan pedagogik bagi guru.

Kualitas kemampuan pedagogik bagi guru dapat dilihat dari aspek intelektual yang meliputi aspek, diantaranya :

1. Logika sebagai pengembangan kognitif mencakup intelektual mengenal lingkungan yang terdiri dari enam macam yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks, yaitu: (a) pengetahuan atau kemampuaan mengingat kembali hal–hal yang telah dipelajari, (b) pemahaman atau kemampuan menangkap makna atau arti sesuatu hal, (c) penerapan atau kemampuan mempergunakan hal–hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi yang baru dan nyata, (d) analisis


(45)

29

atau kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian–bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (e) sintesis atau kemampuan memadukan bagian- bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, dan (f) penilaian atau kemampuan memberikan harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2. Etika sebagai afektif mencakup kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal meliputi lima macam kemampun emosional disusun secara hirarkis yaitu: (a) kesadaran atau kemampuan untuk ingin memperhatikan sesuatu hal, (b) partisipasi atau kemampuan untuk turut serta tau terlibat dalam sesuatu hal, (c) pengahayatn nilai atau kemampuan untuk menerima nilai dan terikat kepadanya, (d) pengorganisasian nilai atau kemampuan untuk memilki sistem nilai dalam dirinya, (e) karakerisasi diri atau kemampuan untuk memilki pola hidup dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya.

3. Estetika sebagai pengembangan psikomotorik yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan yang terdiri dari yaitu: (a)gerakan refleks atau kemampuan melakukan tindakan– tindakan yang terjadi secara tak sengaja menjawab sesuatu perangsang, (b)gerakan dasar atau kemampuan melakukan pola–pola gerakan bersifat pembawaan, terbentuk dari kombinasi gerakan-gerakan refleks, (c)gerakan terlatih atau kemampuan melakukan gerakan–gerakan


(46)

30

canggih dan rumit dengan tingkat efisiensi tertentu , dan (d) komunikasi nondiskursif atau kemmapuan melakukan komunikasi dengan isyarat gerakan badan (Nurfuadi, 2012: 73-76).

2)Standar Kompetensi Kepribadian

Kepribadian menurut Zakiah Daradjat (1980)dalam Nurfuadi (2012:78) disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui asbtraknya saja.

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memilki nilai–nilai dasar luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari–hari.

Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007, dilihat dari aspek psikologi guru kompetensi kepribadian guru menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (1) mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, sosial, dan etika yang berlaku, (2) dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru, (3) arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat dengan menunjukkann keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, (4) berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif tehadap peserta didik, dan (5) memiliki akhlak mulia dan perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, beretindak sesuai norma (Nurfuadi, 2012: 78-79).


(47)

31

Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude), nilai- nilai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaannya yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan , peningkatan kemampuan dan pelatihan serta legalitas kewenangan mengajar. Kemampuan pribadi menurut Sanusi (1991) mencakup hal- hal sebagai berikut :

1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur– unsurnya.

2. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai–nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru.

3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para pesertanya.

Kompetensi kepribadian yang perlu dimilki guru antara lain sebagai berikut :

1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

2. Guru memilki kelebihan dibandingkan yang lain.

3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam


(48)

32

menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik dan masyarakat.

3) Standar Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial alam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efketif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kompetensi sosial menurut Slamet PH (2006) dalam Nurfuadi (2012:91) terdiri dari: (1)memahami dan menghargai perbedaan serta memilki kemampuan mengelola konflik dan benturan, (2) melaksanakan kerjasama secara harmonis dengan kawan sejawat, kepala sekolah, dan pihak–pihak lainnya,(3) membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis,(4) melaksanakan komunikasi (oral,tulis,tergambar) secara efektif dan menyenangkan dengan seluruh warga sekolah,(5)memilki kemampuan pemahaman dan menginternalisasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya,(6)memilki kemampuan mendudukkan dirinya dalam sistem nilai yang berlaku di masyarakat(Nurfuadi, 2012 : 91-92)

Dalam Pemendiknas No. 16 tahun 2007, kemampuan sosial dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni :

1. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak deskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.


(49)

33

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua dan masyarakat.

3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memilki keragaman soial budaya

4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendir dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Dari uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sendiri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Lebih lagi dalam kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitas pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

4) Standar Kompetensi Profesional

Kata profesional menunjukkan bahwa guru adalah profesi, yang bagi guru, seharusnya menjalankan profesinya dengan baik. Dengan demikian, ia akan disebut sebagai guru yang profesional. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 7 UU RI 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia


(50)

34

3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang studi

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Memilki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalannya

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan memilki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal–hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Prinsip–prinsip tersebut tidak boleh berhenti sebatas prinsip, namun juga harus diimpelementasikan dalam aktifitas sehari–hari. Wujudnya berupa rasa tanggung jawab sebagai pengelola belajar, pengarah belajar, dan perencana masa depan masyarakat. Dengan tanggung jawab ini, pendidik memilki tiga fungsi, yaitu: (1) fungsi instruksional yang bertugas melakukan pengajaran, (2) fungsi edukasional yang bertugas mendidik peserta didik agar mencapai tujuan pendidikan, (3) fungsi managerial yang bertugas memimpin dan mengelola proses pendidikan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Secara lebih terperinci bentuk–bentuk kompetensi dan profesionalisme seorang guru adalah :


(51)

35

1.Menguasi bahan bidang studi dalam kurikulum maupun bahan pengayaan/penunjang bidang studi

2.Mengelola program belajar–mengajar yang meliputi : a. Merumuskan tujuan instruksional

b. Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat

c. Melaksanakan program belajar mengajar d. Mengenal kemampuan anak didik 3. Mengelola kelas, meliputi :

4. Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran a.Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi 5. Penggunaan media atau sumber, meliputi :

a.Mengenal, memilih dan menggunakan media b. Membantu alat bantu pelajaran yang sederhana

c. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar

d. Menggunakan Micro-Teaching untuk unit program pengenalan lapangan

6. Menguasai landasan–landasan pendidikan 7. Mengelola interaksi–interaksi belajar mengajar 8. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran

9. Mengenal dan menyelenggarakan fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan


(52)

36

11. Memahami prinsip–prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajara (Nurfuadi, 2012 : 98-100).

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus memilki pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai bidang studi yang akan diajarkan kepada peserta didik dan metodologinya, memiliki pengetahuan yang fundamental tentang pendidikan, serta memilki ketrampilan yang vital bagi dirinya untuk memilih dan menggunakan berbagai strategi yang tepat dalam proses pembelajaran.

3. Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran

Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidaksekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, akan tetapi guru juga dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didiknya secara optimal. Djamarah (2000) dalam Sugihartono,dkk, 2012 merumuskan peran guru dalam pembelajaran sebagai berikut :

a. Korektor. Guru berperan menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah laku, dan perbuatan siswa baik di sekolah maupun luar sekoah sehingga pada akhirnya siswa dapat menngetahui.

b. Inspirator. Guru berperan memberikan inspirasi atau ilham kepada siswa mengenai cara belajar yang baik.

c. Informator. Guru berperan memberikan informasi yang baik dan efektif mengenai materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam


(53)

37

kurikulum serta informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Organisator. Guru berperan untuk mengelola berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi belajar anak didik.

e. Motivator. Guru berperan mendorong anak didiknya agar senantiasa memilki motivasi tinggi dan aktif belajar.

f. Inisiator. Guru berperan menjadi pencetus ide – ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.

g. Fasilitator. Guru berperan menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didik dapat belajar secara optimal.

h. Pembimbing. Guru berperan memberikan bimbingan kepada anaknya dalam menghadapi tantangan maupun kesulitan belajar.

i. Demonstrator. Guru berperan memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis sehingga anak didik dapat memahami materi yang dijelaskan guru secara optimal.

j. Pengelola Kelas. Guru berperan mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

k. Mediator. Guru berperan sebagai penyedia media dan penengah dalam proses pembelajaran anak didik. Melalui guru dapat memperoleh materi pebelajaran dan umpan balik dari hasil belajarnya.


(54)

38

l. Supervisor. Guru berperan membantu memperbaiki, dan menilai secara kritis proses pembelajaran yang dilakukan sehingga pada akhirnya proses pembelajaran dapat optimal.

m.Evaluator. Guru dituntut untuk mampu menilai produk (hasil) pembelajaran serta proses (jalannya) pembelajaran (Sugihartono,dkk2012 : 85-89).

4. Sekolah Dasar

a. Pengertian Sekolah Dasar

Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan dasar. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsnawaiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

b. Landasan Yuridis Sekolah Dasar

Penyelenggaraan sekolah dasar di Indonesia berpijak pada beberapa peraturan perundang–undangan sebagai landasan yuridis. Ada tiga peraturan perundang–undangan yang dijadikan landasan yuridis


(55)

39

penyelenggaraan sekolah dasar, baik sebagai satuan pendidikan maupun dalam kerangka sistem pendidikan nasional, yaitu sebagai berikut :

1. Pembukaan UUD 1945 mensyaratkan bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa (melalui pendidikan) merupakan amanat bangsa. Sedangkan pada Bab XII pasal 31 ayat 2 ditegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang–undang

2. Undang–Undang Dasar Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa setiap warga negara berhak atau mempunyai kesempatan yang seluas–luasnya dalam mengikuti pendidikan agar memperolah pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang sekurang–kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan tamatan pendidikan dasar (Bab III, Pasal 6). Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberi pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan dalam masyarakat serta menyiapkan peserta didik untuk memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah ( Bab II, Pasal 13).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Bab 1 Pasal 1 ditegaskan bahwa pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk


(56)

40

Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsnawaiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dita Purnamasari (2014) dengan judul “ Peran Gugus Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Sekolah Dasar di Kecamatan Danureja Kota Yogyakarta (Skripsi) Universitas Negeri Yogyakarta menyimpulkan bahwa gugus sekolah memiliki beberapa peran dalam meningkatkan mutu sekolah yang terbagi menjadi tiga pokok besar diantaranya, yaitu : 1) terkait dengan proses pembelajaran yang meliputi 3 aspek yaitu : perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Peran dalam aspek perencanaan pembelajaran yaitu membentuk organisasi KKKS dan KKG yang memiliki beberapa program untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Peran dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu membekali guru agar mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik melalui workshop atau diklat. Peran dalam aspek evaluasi pembelajaran yaitu menyusun soal bersama dalam evaluasi formatif dan sumatif, 2) terkait dengan peningkatan mutu manajemen sekolah di Kecamatan Danurejan. Peran gugus sekolah dalam meningkatkan mutu manajemen sekolah dasar di Kecamatan ini telah memenuhi lima dari delapan komponen yang telah ditetapkan. Lima komponen itu, yaitu manajemen kurikulum, manajemen tenaga pendidik, manajemen peserta didik, manajemen sarana dan prasarana dan manajemen keuangan. Gugus sekolah tidak memiliki peran dalam meningkatkan komponen manajemen


(57)

41

hubungan sekolah dengan masyarakat, manajemen ketatalaksanaan pendidikan dan manajemen layanan khusus, 3) terkait dalam meningkatkan mutu kultur sekolah. Peran gugus telah memenuhi dua komponen dari tiga komponen yang telah ditetapkan yaitu nilai atau keyakinan sekolah dan norma–norma sekolah. Satu komponen yang belum terpenuhi yaitu keadaan fisik sekolah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Jensanaris Soska Farhanti (2014) dengan judul : “ Kebijakan Mutu di Sekolah SD Muhammadiyah Suronatan

Yogyakarta”( Skripsi) Universitas Negeri Yogyakarta menyimpulkan bahwa

dalam mewujudkan sekolah dasar yang unggul dan terbaik, pihak sekolah membuat kebijakan–kebijakan yang mencakup tiga segi, diantaranya: (1) kebijakan pendidikan yang terkait dengan input pendidikan yang meliputi siswa, sarana dan prasarana, profesionalisme dan kompetensi guru, dan bahan ajar, (2) kebijakan pendidikan untuk peningkatan mutu sekolah pada proses belajar mengajar seperti kebijakan yang terkait dengan gaya belajar anak, metode belajar mengajar,dan penguasaan materi guru, (3) kebijakan pendidikan untuk peningkatan mutu sekolah pada aspek output seperti hasil proses belajar mengajar baik akademik maupun non akademik, pelayanan sekolah, dan kepuasan terhadap sekolah. Dalam pelaksanaan proses pendidikan dan proses pembalajaran sebagai lembaga pendidikan terdapat faktor pendukung dan penghambat yang menunjang proses pendidikan dan proses pembelajaran. Faktor pendukung tersebut diantaranya kualitas guru dan tenaga kependidikan, kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana


(58)

42

proses pembelajaran, lingkungan yang kondusif, tingkat kedisiplinan yang tingi, dan faktor yang lain yang mendukung. Dalam faktor penghambat terdapat dua fokus yang dinilai menjadi kendala pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran yaitu: (1) kebijakan pendidikan Proses Belajar Mengajar yang mencakup kondisi siswa yang heterogen, guru yang kurang menguasai media pembelajaran, kondisi fisik sekolah dan (2)faktor penghambat peningkatan kebijakan mutu sekolah yaitu adanya pihak yang kontra kebijakan sekolah. Adapun beberapa solusi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta melalui sosialisasi kebijakan sekolah, optimalisasi pemenuhan Standar Nasional Pendidikan, dan penguatan komitmen guru dan sekolah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh S. Adi Suparto (2007) yang berjudul “ Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Konsep dan Implikasinya Terhadap Peningkatan Mutu Guru” ( Jurnal ) menyimpulkan bahwa mutu pendidikan meliputi tiga aspek yaitu input, proses, dan output. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Dalam input pihak yang dimaskud antara lain berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil


(59)

43

proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya. Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah yakni prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi. Salah satu upaya yang sangat mendesakdilakukan adalah peningkatan mutu gurumelalui profesionalisasi jabatan guru,yang memungkinkan guru mampumemberikan layanan ahli sesuai denganprofesinya, dan karena itulah, maka gurulayak mendapat penghargaan yang lebih.Sehubungan dengan upaya ini diperlukan perangkat undang-undang sebagai rujukan dasar dan tentu saja lembaga penyelenggara yang memiliki kapasitas pendukung yang memadai. Dari sisi perundangan, sudah ada PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.


(60)

44 C. Kerangka Berpikir

Permasalahan mutu pendidikan masih menjadi suatu hal yang harus dihadapi sampai saat ini, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme guru. Mutu–mutu tersebut terkait dengan : mutu atau kualitas guru, sarana dan prasarana, suasana belajar, kurikulum yang dilaksanakan, pengelolaan sekolah dan dukungan dari pihak–pihak yang terkait dengan pendidikan ( Nurzazin, 2011 ).

Perbaikan mutu pendidikan khusunya di sekolah,lebih banyak menjadi tanggung jawab pada guru. Secara umum para guru terfokus hanya pada aspek pendidikan seorang siswa: membantu siswa belajar dan mendapatkan pengetahuan. Guru juga merupakan elemen kunci keberhasilan sistem pendidikan, tepatnya yang berlangsung di sekolah. Hal ini di sebabkan karena guru merupakan titik sentral dalam pembaharuan dan peningkatan kualitas pendidikan, dengan katalain salah satu persyaratan penting bagi terwujudnya pendidikan yang berkualitas adalah apabila pelaksanaannya dilakukan oleh pendidik-pendidik yang keprofesionalannya dapat diandalkan.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dalam pasal 10 dan Undang–Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru harus memilki kualifikasi akademik minimal S1 atau D-IV dan memilki empat standar kompetensi guru. Keempat standar kompetensi guru tersebut kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


(61)

45

Pendidikan. sebagaimana yang tertuang dalam pasal 28 dan penjelasannya yakni, meliputi; (1) kompetensi pedagogic yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; (2) kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi anak didiknya; (3) kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan (4) kompetensi profesionalisme yaitu kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam peningkatan mutu guru SD ini, tentu saja ada faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapannya. Baik itu faktor internal maupun eksternal.


(62)

46 ‘

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir.

Peningakatan Mutu Guru Sekolah Dasar

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Undang – Undang No. 14 Tahun 2005

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007

Mutu Guru

S Standar Kompetensi Guru Profesional

Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Profesional Kompetensi

Sosial Kompetensi

Kepribadian

Upaya – Upaya yang Dilakukan Dalam Meningkatkan Mutu Guru

Faktor Penghambat Faktor Pendukung


(63)

47 D. Pertanyaan Penelitian

Dari pembatasan masalah, rumusan masalah, dan kajian pustaka yang telah dipaparkan diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana mutu guru SD di Kecamatan Srumbung jika dilihat dari keempat standar kompetensi ?

2. Bagaimana upaya Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kabupaten Magelang dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar ?

3. Bagaimana upaya UPT Disdikpora Kecamatan Srumbung dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar ?

4. Bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan mutu guru ?

5. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat bagi Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kabupaten Magelang dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung ?

6. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat bagi pihak UPT Disdikpora dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung ?

7. Apa yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat bagi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung ?

8. Apa yang menjadi alasan dalam faktor penghambat dalam meningkatkan mutu sekolah dasar di Kecamatan Srumbung ?


(64)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipilih untuk penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Melalui pendekatan ini, diharapkan peneliti dapat menghasilkan data yang berkenaan dengan interprestasi dan bersifat deskriptif guna mengungkap proses di lapangan. Metode penelitian kualitatif adalah metode metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukana secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data trianggulasi, analisi data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi ( Sugiyono, 2011: 15).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti menggunakan pendekatan ini dikarenakan ingin mengetahui gambaran lebih mendalam mengenai mutu guru dan upaya–upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung serta mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung dalam upaya meningkatkan mutu guru.


(65)

49 B. Tempat dan Waktu Penelitian

Menurut Sukardi (2003 : 53) tempat penelitian atau setting penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian. Setting pada penelitian haruslah jelas sehingga dapat melakukan dengan efektif dan akurat.

Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Srumbung yaitu SDN Sikepan 1 dan SDN Jamblangan. Pemilihan dua SD tersebut berdasarkan indeks prestasi dan hasil ujian nasional yang telah diraih selama tiga tahun terakhir. SDN Sikepan 1 mewakili sebagai sekolah yang memiliki indeks prestasi dan hasil ujian nasional yang baik sedangkan SDN Jamblangan mewakili sebagai sekolah yang memiliki indeks prestasi dan hasil ujian nasional yang kurang baik.

Persiapan penelitian ini telah dilaksanakan sejak bulan Januari 2016. Sedangkan untuk penelitian dan pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara dan teknik dokumentasi direncanakan akan dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2016, setelah peneliti memperoleh izin.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber dimana data diperoleh. Sehubungan dengan hal ini Suharsimi Arikunto (2003:200) mengemukakan subjek penelitian pada umumnya manusia atau apa saja yang menjadi urusan manusia. Subjek penelitian harus ditat sebelum peneliti siap untuk mengumpulkan data .


(66)

50

Penentuan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan puposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika mempunyai pertimbangan- pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya (Suharsimi Arikunto, 2003: 128)

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan DISDIKPORA Kabupaten Magelang, Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Srumbung dan Kepala Sekolah serta guru. Maksud dari pemilihan subyek penelitian ini untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperolah dapat diakui kebenarannya.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah proses yang sistematis untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber dan berbagai cara (Djam’anSatori dan Aan Komariah,2009 :103). Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dan strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan datayaitu observasi (pengamatan), wawancara (interview), dan dokumentasi. Adapun beberapa metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :


(67)

51 1.Observasi ( Pengamatan )

Kegiatan observasi dalam penelitian ini yaitu kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik, kejadian–kejadian, perilaku, objek–objek yang dilihat dan hal–hal yang diperlukan dalam mendukung penelitian sedang dilakukan untuk menemukan interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang dialami (Jonathan Sarwono, 2006: 224). Observasi pada penelitian ini yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap upaya-upaya yang dilakukanUPTdansekolah dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang. Peneliti juga mencatat dan mendengarkan setiap kegiatan yang terkait dengan peningkatan mutu guru dalam meningkatkan mutu guru sekolah dasar seperti program–program yang diadakan baik dari pihak sekolah, UPT Dinas Pendidikan Kec. Srumbung maupun Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang.

2.Wawancara ( Interview)

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada subjek penelitian. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak–tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi ( Sugiyono, 2007: 231).

Menurut (Sugiyono,2008:223) dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis


(68)

52

besar permasalahan yang ditanyakan. Pada penelitian ini dilakukan suatu wawancara mendalam atau tanya jawab kepada narasumber yaitu Kepala Bidang Tenaga Pendidik dan Kependidikan Disdikpora Kabupaten Magelang, Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Srumbung dan Kepala Sekolah serta guru.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya–karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,2007: 240)

Dokumen diartikan sebagai rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut. Berkenaan dengan pandangan diatas, diupayakan untuk memahami suatu obyek atau kasus tertentu berdasarkan pada gambaran situasi sosial pada waktu kasus itu muncul dan gambaran reaksi kasus. Oleh karena itu, pijakan utamanya adalah makna–makna masa lalu dan masa kini atas reinterpretasi subyek penelitian terhadap suatu subyek atau kasus tertentu (Burhan Bungin, 2001: 142-143)

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam penelitian oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan


(69)

53

tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah didapatkannya atau dipahaminya. Dalam penelitian kualitatif, instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan dengan terlebih dahulu sudah memilki beberapa pedoman yang akan dijadikan sebagai alat bantu mengumpulkan data. Pedoman tersebut dapat dikembangkan dan dari kategori yang dicari data lapangannya dengan menggunaan teknik yang tepat.

a. Pedoman Observasi

Tabel 1. Kisi – Kisi Pedoman Observasi

Sumber Data Data yang Ingin Diperoleh Lokasi dan Keadaan

Sekolah

1) Alamat/lokasi sekolah 2) Akses jalan menuju sekolah 3) Lingkungan sekitar

4) Norma – norma sekolah 5) Nilai dan keyakinan sekolah Kondisi Fisik dan Fasilitas

Sekolah

1) Keadaan umum sekolah secara umum, yang terdiri dari :

a) Halaman depan sekolah b) Lingkungan sekolah c) Gedung sekolah d) Ruang Kelas e) Ruang Guru

f) Ruang Perpustakaan g) Ruang kerja/ Unit kantor 2) Sarana dan Prasarana

3) Fasilitas Penunjang

Perilaku Kepala Sekolah 1) Perilaku kepala sekolah saat berinteraksi dengan guru dan pihak luar

2) Perilaku kepala sekolah saat berinteraksi dengan peserta didik. 3) Kedisiplinan kepala sekolah Perilaku Guru 1) Persiapan guru sebelum PKBM


(70)

54

di kelas

3) Perilaku guru setelah PKBM berlangsung

4) Perilaku guru saat melakukan evaluasi hasil belajar

5) Perilaku guru saat berinteraksi dengan kepala sekolah, komite sekolah, dan pihak luar

6) Perilaku guru saat berinteraksi dengan teman sejawat

7) Perilaku guru saat berinteraksi dengan wali murid/ masyarakat

8) Perilaku guru saat berinteraksi dengan para peserta didik.

9) Penampilan guru saat proses pembelajaran berlangsung

10) Perilaku guru saat mengikuti pelatihan – pelatihan.

11)Perilaku guru setelah mengikuti pelatihan – pelatihan

12)Kedisiplinan guru Program Sekolah 1) Kegiatan ekstrakurikuler

2) Les tambahan b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi tentang pertanyaan – pertanyaan dalam wawancara secara garis besar kemudian dalam pelaksanaannya akan dikembangkan secara mendalam untuk mendapatkan suatu gambaran subjek dan pemaparan gejala yang tampak sebagai suatu fenomena. Berikut adalah tabel pedoman wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KUALITAS PERUMAHAN DI DESA MRANGGEN KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG

1 17 129

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PROFESIONAL DI SEKOLAH DASAR GUGUS YUDHISTIRA KECAMATAN SELOGIRI Kompetensi Pedagogik Guru Profesional Di Sekolah Dasar Gugus Yudhistira Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

0 3 19

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PROFESIONAL DI SEKOLAH DASAR GUGUS YUDHISTIRA KECAMATAN SELOGIRI Kompetensi Pedagogik Guru Profesional Di Sekolah Dasar Gugus Yudhistira Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.

0 2 17

PENDAHULUAN Peran Supervisi Kepala Sekolah, Kompetensi Guru Dan Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pembelajaran Sekolah Dasar Di Kecamatan Ngluwar Kabupaten Magelang.

0 0 9

DAFTAR PUSTAKA Peran Supervisi Kepala Sekolah, Kompetensi Guru Dan Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pembelajaran Sekolah Dasar Di Kecamatan Ngluwar Kabupaten Magelang.

0 0 5

KOMPETENSI SOSIAL GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 MOJOAGUNG KECAMATAN KARANGRAYUNG Kompetensi Sosial Guru Di Sekolah Dasar Negeri 1 Mojoagung Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.

0 2 14

KOMPETENSI SOSIAL GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 MOJOAGUNG KECAMATAN KARANGRAYUNG Kompetensi Sosial Guru Di Sekolah Dasar Negeri 1 Mojoagung Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.

0 1 21

ANALISIS PEMASARAN DOMBA DI PETERNAKAN RAKYAT KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG.

0 0 16

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 GURU PENJAS DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN SRUMBUNG KABUPATEN MAGELANG.

0 0 103

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN KRETEK KABUPATEN BANTUL.

0 0 386