Dari wawancara dengan pengelola, pendidik dan hasil observasi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hambatan utama yang dihadapi dalam
menerapkan pendekatan BCCT adalah terbatasnya ruangan, pemahaman pendidik tentang BCCT itu sendiri, sehingga ragam main yang dilaksanakan
belum bervariasi, pendidik rata-rata masih beranggapan bahwa BCCT identik dengan ruangan yang banyak, Alat Permainan Edukatif yang harus membeli
dan permainan-permainan yang monoton.
4.7 Mengembangkan Pendekatan BCCT dan Developmentally Appropriate
Practice DAP
Pendekatan BCCT
adalah pendekatan pembelajaran dengan menggunakan sentra-sentra, sudut-sudut atau area-area dengan membangun
kemandirian anak. Anak-anak usia Dini mempunyai naluri sebagai peneliti yang aktif dan kreatif. Karena itu anak harus menjadi sentral dalam proses
pembelajaran. Pendekatan BCCT didasarkan pada pandangan bahwa setiap anak unik dan berbeda dengan yang lain, anak bukan orang dewasa dalam
bentuk mini karena anak memiliki dunianya sendiri, dunia anak adalah dunia bermain, setiap karya anak berharga bagi perkembangannya, setiap anak berhak
mengeksperimenkan keinginannya, setiap anak berhak mencoba dan melakukan kesalahan karena anak belum tahu konsep salah dan benar. Setiap
anak memiliki naluri sebagai peneliti sehingga pendidik hendaknya memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya.
Setiap anak membutuhkan rasa aman sehingga anak tidak mau dikekang, dipaksa, diancam dan ditakut-takuti, hendaknya senantiasa mendasari
pendekatan pembelajaran PAUD. Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut
maka pembelajaran pada anak usia dini hendaknya memperlakukan anak sesuai tingkat usia, tingkat perkembangan psikologismental dan kebutuhan
spesifiknya dengan memperhatikan seluruh aspek kecerdasan anak. Konsep pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak atau
sering disebut dengan Developmentally Appropriate Practice DAP adalah pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak. Pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan anak diartikan sebagai pendidikan yang cocok untuk individu dan usia anak, sehingga akan lebih membawa anak pada
pengalaman-pengalaman langsung, berinteraksi dengan orang-orang dan lingkungan. Pembelajaran yang sesuai dengan DAP tidak berpusat pada
pendidik, namun anak lebih diprioritaskan menjadi pusat pembelajaran. Bukan pendidik lagi yang aktif memberikan banyak
informasi kepada anak, tetapi anaklah yang terlibat aktif dalam mengeksplorasi dan menginvestigasi dunia dan lingkungannya.
Bertitik tolak dari penjelasan tentang pendekatan BCCT dan konsep DAP
tersebut maka yang paling penting dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran BCCT adalah bukan pada banyaknya sentra yang mampu
dilaksanakan oleh penyelenggara dan pendidik, tetapi prinsip-prinsip dari anak belajar itu sendiri. Dimana proses pembelajaran harus berpusat pada anak,
belajar melalui bermain dan sesuai dengan lingkungan dimana anak tinggal. Dalam proses belajar menekankan pada 3 jenis kegiatan main, yaitu kegiatan
bermain sensori motorik, kegiatan bermain simbolik atau main peran dan kegiatan bermain pembangunan. Kegiatan bermain sensori motorik adalah
kegiatan bermain dengan memaksimalkan fungsi syaraf-syaraf indera anak.
Kegiatan bermain peran adalah kegiatan bermain yang merangsang kemampuan bahasa dan kemampuan interaksi sosial anak. Kegiatan main
pembangunan adalah kegiatan bermain yang merangsang kemampuan konstruksi dan mengembangkan kemampuan otak kanan dan kiri.
Ketika inti atau prinsip-prinsip dari pendekatan BCCT dan DAP tersebut telah terpenuhi, tentang berapa jumlah sentra yang mampu dibuka dan alat
main apa yang dapat disediakan, maka keterbatasan ruangan dan alat permainan yang dimiliki tidak akan menghambat layanan pendidikan bagi anak
usia dini. Berdasarkan hasil penelitian Kelompok Bermain Bunga Bangsa telah mengacu pada prinnsip-prinsip pendekatan BCCT dan konsep DAP. Hal ini
terlihat pada kondisi lingkungan dan proses pembelajaran yang ada, dengan keterbatasan ruangan dan alat-alat permainan yang dimiliki tidak menjadi
penghambat dari pengelola dan pendidik untuk melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, dimana anak
belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran berlangsung dalam nuansa bermain dan pendidik berperan sebagai fasilitator, stimulator dan
evaluator. Walau demikian kemampuan pendidik memang perlu terus ditingkatkan, agar hambatan-hambatan yang ada dapat diatasi. Berikut ini
prinsip-prinsip DAP yang dapat diterapkan di BCCT, dan komponen- komponen DAP yang muncul adalah :
a. Konsepnya berdasarkan riset dan teori b. Peranan aktif dari anak sangat dominan pada saat bermain dan
bereksplorasi
c. Menekankan pada kualitas bahan-bahan dan pengaturan lingkungan pembelajaran
d. Fokus pada pengamatan dan penilaian agar dapat mencapai tujuan perkembangan anak secara menyeluruh
e. Mementingkan hubungan dengan keluarga dan antara anak dan pendidik
f. Menyuarakan kembali bahwa anak adalah anak yang kompeten g. Mempertajam kembali pemahaman tentang kesesuaian dalam
perkembangan.
83
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN