115
6.2.3  Dimensi Sosial
Berdasarkan hasil analisis  dengan menggunakan  perangkat lunak RAPFISH menunjukkan bahwa indeks dimensi sosial sebesar  43,10. Nilai indeks
ini  berada pada kisaran  25  -  50  Gambar 19. Kondisi demikian menjelaskan bahwa berdasarkan penilaian status  keberlanjutan, indeks  dimensi  sosial di
Kabupaten Indramayu berada pada kategori kurang berkelanjutan.
RAPFISH Ordination
43,10
DOWN UP
BAD GOOD
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
Dimensi Sosial Berkelanjutan
Other Distingishing Features
Real Fisheries References
Anchors
Gambar 19 Hasil ordinasi RAPFISH: indeks dimensi sosial Kabupaten
Indramayu. Dengan  telah diketahuinya nilai indeks dimensi sosial, selanjutnya dapat
dilakukan analisis  leverage pengungkit. Hasil analisis atribut pengungkit leverage attributes RAPFISH untuk dimensi  sosial ditunjukkan pada  Gambar
20. Sedangkan  Pada  Gambar  21 ditunjukkan hasil analisis Monte Carlo untuk dimensi sosial.
Other Distinguishing Features
116
Leverage of Attributes
0,52 0,77
0,36 2,54
4,23 3,50
1,58 0,40
0,07 0,29
1 2
3 4
5 6
Sosialisasi thd isu perikanan
Jumlah TK pemanfaat Pertumbuhan TK
Pengetahuan Tingkat pendidikan
Frekuensi konflik Partisipasi keluarga
Peran masyarakat Waktu perbaikan
Waktu
Attribute
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
Gambar 20 Hasil analisis atribut pengungkit RAPFISH dimensi sosial.
Pada  Gambar  20  tersebut di atas menunjukkan bahwa indikator yang menjadi pengungkit utama leverage attributes dimensi sosial, yaitu:
1  Tingkat pendidikan
Sebagaimana yang terjadi pada masyarakat  nelayan  lainnya,  rendahnya tingkat pendidikan ini menyebabkan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat
nelayan dalam bidang pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Hal ini dicerminkan dengan fenomena kerusakan lingkungan pesisir dan laut Kabupaten
Indramayu  tidak hanya disebabkan oleh  aktivitas  industrialisasi dan  aktivitas Pertamina Balongan, akan tetapi juga disebabkan oleh penduduk miskin yang
Tingkat Pendidikan Frekuensi Konflik
Waktu untuk pekerjaan Upaya perbaikan
ekosistem dari Pemda
Pengetahuan thd lingkungan
Jumlah RT pekerja pemanfaat SDI
Sosialisasi thd pekerjaan
117
rendah pendidikan,  yang karena terpaksa harus melakukan eksploitasi sumber daya yang secara ekologis rentan atau dengan cara-cara yang tidak ramah
lingkungan seperti penggunaan bahan peledak dinamit dan racun sianida untuk menangkap ikan. Penggunaan racun sianida umumnya dilakukan oleh nelayan
yang menangkap ikan hias.
2  Frekuensi konflik
Dalam dunia perikanan, khususnya kegiatan penangkapan ikan, konflik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nelayan. Konflik
sosial antar nelayan telah terjadi sejak tahun 1970-an, misalnya konflik antara nelayan skala kecil tradisional dengan nelayan skala besar modern yang
menggunakan alat tangkap pukat harimau atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘trawl”. Akibat maraknya konflik yang disebabkan oleh penggunaan alat tangkap
trawl ini, maka pada tahun 1980, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden  Kepres No. 38 Tahun 1980 tentang Penghapusan Trawl.
Dengan demikian, konflik sosial antar nelayan sering disebabkan oleh perebutan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas. Perebutan ini muncul karena
karakteristik sumberdaya ikan yang bersifat terbuka open acces. Secara anatomis, sebenarnya konflik dalam masyarakat pesisir,
khususnya nelayan, dapat dikategorikan ke dalam berbagai macam berdasarkan faktor-faktor penyebabnya.  Kinseng 2006 membagi konflik sosial dikalangan
nelayan menjadi tiga tipe, yaitu: 1  Konflik kelas, adalah konflik yang terjadi antar kelas seperti antara buruh
anak buah kapalABK dengan pemilik majikan dan antara nelayan keciltradisional dengan nelayan besarmodern.
2  Konflik identitas, adalah konflik yang terjadi antar kelompok nelayan berbasis identitas seperti daerah asal dan etnis.
118
3  Konflik alat tangkap, adalah konflik yang terjadi antar kelompok nelayan yang berbasis alat tangkap yang berbeda.
Berdasarkan pembagian tipe konflik nelayan di atas,  ketiga jenis konflik tersebut di atas terjadi di  Kabupaten Indramayu. Konflik yang umumnya terjadi
adalah  konflik  antara nelayan kecil dengan nelayan besar di jalur tangkapan 1 jalur satu  yang diperuntukan bagi nelayan kecil. Sedangkan konflik identitas,
biasanya konflik antara nelayan yang berasal dari Indramayu dengan nelayan luar. Dan konflik alat tangkap  biasanya  terjadi antara  nelayan yang
menggunakan alat tangkap legal dengan alat tangkap illegal, yaitu arad. Meski dalam data statistik perikanan  Kabupaten Indramayu, alat tangkap arad tidak
terdaftar, namun pada kenyataannya di lapangan masih  banyak  ditemukan nelayan yang menggunaan alat tangkap arad.
119
RAPFISH Ordination Median with Error Bars showing 95Confidence of Median
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
Fisheries Sustainability Other Distingishing Features
RAPFISH Ordination - Monte Carlo Scatter Plot
-60 -40
-20 20
40 60
20 40
60 80
100 120
Fisheries Sustainability Other Distingishing Features
Gambar 21    Hasil  analisis  grafik  scatter  simulasi Monte Carlo RAPFISH dimensi sosial.
Other Distinguishing Features
Other Distinguishing Features
120
6.2.4  Dimensi teknologi