160
7.4  Faktor Pengungkit Dimensi Teknologi 1  Alat tangkap destruktif
Sudah dapat dipastikan bahwa  penggunaan alat tangkap yang merusak destructive  fishing gear adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh
dalam  terciptanya pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa rusaknya sumber daya
ikan di pesisir pantai disebabkan oleh penggunaan alat tangkap  mini trawl di Kabupaten  Indramayu lebih dikenal dengan sebutan alat tangkap  arad. Meski
tidak terdaftar dalam data statistik perikanan,  penggunaan alat tangkap arad masih dapat kita temukan di lapangan. Penggunaan alat tangkap inilah yang
kerap menimbulkan konflik di pesisir dan laut  Kabupaten  Indramayu.  Selain itu, penggunaan alat tangkap yang merusak yang kerap  dilakukan oleh nelayan-
nelayan  Kabupaten  Indramayu adalah penggunaan racun potasium sianida dalam menangkap sumber daya ikan hias di sekitar ekosistem terumbu karang.
Akibat penggunaan racun potasium sianida, terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya banyak yang mati.
2  Mobilitas alat tangkap Semakin banyak ragam jenis alat tangkap yang digunakan, berarti
tekanan terhadap sumber daya ikan itu sendiri semakin  kuat.  Oleh karena itu, ragam  dan jumlah  alat tangkap  yang banyak,  maka  pemerintah  daerah
Kabupaten  Indramayu, khususnya Dinas Perikanan dan Kelautan  perlu melakukan kebijakan  pembatasan ragam dan jumlah alat tangkap yang selama
ini digunakan. Disamping bertujuan  untuk  menciptakan efektivitas  dan optimalisasi penggunaan alat tangkap dalam mewujudkan pengelolaan perikanan
tangkap yang berkelanjutan, juga bertujuan untuk menghindari konflik alat tangkap dan fishing ground yang berkepanjangan.
161
7.5  Faktor Pengungkit Dimensi Etika 1  Mitigasi habitat dan ekosistem
Seiring dengan  semakin menurunnya luasan hutan mangrove dan rusaknya terumbu karang serta terjadinya over fishing, maka Dinas Kelautan dan
Perikanan  perlu mengeluarkan kebijakan  tentang  perlindungan terhadap habitat dan ekosistem yang rusak tersebut. Untuk langkah hukum, telah diterbitkan Surat
Keputusan Dinas Perikanan dan Kelautan  Kabupaten  Indramayu  No. 556kep.528-diskanla2004  tentang Penetapan Pulau Biawak dan  sekitarnya
sebagai  Kawasan  Konservasi dan  Wisata Laut. Artinya,  aturan tersebut masih parsial karena hanya mengatur ekosistem di Pulau Biawak dan sekitarnya saja.
Padahal yang diperlukan adalah  aturan  hukum yang bersifat  holistik, mengatur pengelolaan sumber daya pesisir dan laut  di seluruh  Kabupaten  Indramayu.
Untuk itu,  Pemerintah Daerah  Kabupaten  Indramayu  perlu mengeluarkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Pesisir dan laut di Kabupaten Indramayu.
2  Aturan pengelolaan
Peraturan daerah di bidang perikanan yang dikeluarkan  oleh  Kabupaten Indramayu umumnya masih mencerminkan kepentingan ekonomi yang dominan.
Dengan kata lain, peraturan daerah yang sifatnya  memberikan  perlindungan ekologi masih kurang.  Hal ini dapat terlihat  pada  beberapa peraturan daerah
yang dikeluarkan oleh  pemerintah daerah  Kabupaten  Indramayu, seperti Peraturan Daerah  Kabupaten  Indramayu No. 20 Tahun 2002 tentang Retribusi
Usaha Perikanan, Penangkapan Ikan, Pembudidayaan dan Pengolahan Hasil Ikan Laut. Dalam peraturan daerah tersebut hanya mengatur mengenai perizinan
untuk menarik retribusi.  Oleh karenanya,  penyusunan dan  penetapan  peraturan daerah tentang  pengelolaan  perikanan tangkap  Kabupaten  Indramayu adalah
suatu keharusan.  Peraturan daerah  Kabupaten  Indramayu  yang dapat
162
dikeluarkan dalam  mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan berkelanjutan diantaranya adalah meliputi:
1  Pemulihan s umber daya yang terancam punah. 2  Pencegahan pencemaran lingkungan.
3  Pengaturan upaya penangkapan. 4  Pengaturan jenis dan ukuran ikan yang boleh ditangkap.
5  Pengaturan musim penangkapan. 6  Pengaturan zonasi dan jalur penangkapan.
7  Partisipasi masyarakat. 8  Pembangunan prasarana perikanan.
9  Pengaturan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.
7.6  Faktor Pengungkit Dimensi Kelembagaan 1  Transparansi