Dalam  ayat  ini  dijelaskan  bahwa  metode  dakwah  ada  tiga  hal,  yaitu: hikmah, mau’izatul hasanah dan mujadallah. Semua metode yang ada dalam ilmu
dakwah merupakan cabang dari ketiga metode di atas. a.
Hikmah,  yaitu  berdakwah  dengan  memperhatikan  situasi  dan  kondisi
sasaran  dakwah  dengan  menitikberatkan  pada  kemampuan  mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak
lagi merasa terpaksa atau keberatan. b.
Mau’izatul  hasanah,  yaitu  berdakwah  dengan  memberikan  nasihat-
nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga  nasihat  dan  ajaran  Islam  yang  disampaikan  itu  menyentuh  hati
mereka. c.
Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah
dengan  cara  yang  sebaik-baiknya  dengan  memberikan  argumentasi  dan bukti yang kuat dan tidak memberikan tekanan-
tekanan kepada mad’unya sehingga tidak melahirkan permusuhan nantinya.
19
Namun dakwah secara umum dibagi menjadi tiga, yaitu : dakwah bil lisan, dakwah bil qolam, dan dakwah bil hal.
a.
Dakwah bil lisan: Secara bahasa dakwah bil lisan berarti dakwah dengan
menggunakan  ucapan.  Adapaun  secara  istilah,  dakwah  bil  lisan  adalah memanggil,  menyeru  ke  jalan  Allah  Swt.  Dakwah  jenis  ini  adalah
penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan. contohnya :
19
Mohammad. Ali Aziz, Ilmu Dakwah Jakarta: Prenada Media, 2001, h. 122-123.
1
Metode  Ceramah:  Ceramah  adalah  suatu  teknik  atau  metode  dakwah
yang  banyak  diwarnai  oleh  karakteristik  bicara  seorang  da’i  pada  suatu aktifitas dakwah.
2
Percakapan  antar  pribadi:  Percakapan  pribadi  atau  individual
conference adalah percakapan bebas antara seorang da’i dengan individu-
individu sebagai sasaran dakwahnya. 3
Debat:  Metode  debat  pada  dasarnya  adalah  untuk  mencari  suatu
kebenaran dari apa  yang telah diajarkan Islam secara baik dan benar, dan bukan untuk mencari kemenangan
4
Diskusi: Metode diskusi ini dimaksudkan untuk merangkai objek dakwah
agar  berpikir  dan  mengeluarkan  pendapatnya  serta  ikut  menyumbangkan ide-ide  dalam  kemungkinan-kemungkinan  jawaban  dari  pemecahan
masalah. b.
Dakwah bi al qalam: Metode dakwah ini menggunakan keterampilan tulis
menulis.  Dakwah  dengan  metode  ini  mempunyai  kelebihan  tersendiri. Yaitu  dapat  dimanfaatkan  dalam  waktu  yang  lebih  lama  serta
jangkauannya lebih luas. Karena sebuah karya akan terus bermanfaat dan tidak akan musnah sekalipun penulisnya telah wafat.
c.
Dakwah  bil  hal:  Istilah  dakwah  bil  hal  dipergunakan  untuk  merujuk
kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan atau perbuatan nyata. Metode ini merupakan sebuah kerangka kerja kongkret dalam melaksanakan setiap
kerja dakwah dalam masyarakat, sehingga akan lebih efektif jika ditunjang
dengan  konsep  yang  matang.  Dakwah  ini  lebih  berorientasi  pada pengembangan masyarakat.
20
B. Kesalehan Sosial
1. Pengertian Kesalehan Sosial
Menurut kamus besar bahasa Indonesia. Kesalehan berasal dari kata saleh yang  berarti  taat  dan  sungguh-sungguh  menjalankan  ibadah.  Kesalehan  adalah
ketaatan kepatuhan dalam menjalankan ibadah, kesungguhan menunaikan ajaran agama,  dan  tercermin  pada  sikap  hidupnya.
21
Sedangkan  sosial  adalah  suka memperhatikan kepentingan umum.
22
Seorang  sahabat  pernah  memuji  kesalehan  orang  lain  di  depan  Nabi. Mengapa ia kau sebut sangat saleh? tanya Nabi Muhammad. Soalnya, tiap saya
masuk masjid ini dia sudah salat dengan khusyuk dan tiap saya sudah pulang, dia masih saja khusyuk berdoa.
Lalu  siapa  yang  memberinya  makan  dan  minum?  tanya  Kanjeng  Nabi lagi.  Kakaknya,  sahut  sahabat  tersebut.  Kakaknya  itulah  yang  layak  disebut
saleh, sahut Kanjeng Nabi lebih lanjut. Sahabat itu diam. Sebuah pengertian baru terbentuk dalam benaknya. Ukuran kesalehan, dengan begitu, menjadi lebih jelas
diletakkan  pada  tindakan  nyata.  Kesalehan,  jadinya,  lalu  dilihat  dampak kongkretnya dalam kehidupan sosial.
Akhir-akhir  ini  sering  kita  mendengar  dari  kalangan  kaum  Muslim. Sementara orang mempersoalkan secara dikotomis tentang kesalehan. Seolah-olah
20
M. Munir, Metode Dakwah Jakarta: Prenada Media, 1997, Cet.II h. 34.
21
Departemen  Pendidikan  Nasional,  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  Pusat  Bahasa Jakarta: PT.Gramedia, 2008, h. 1209.
22
Departemen  Pendidikan  Nasional,  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  Pusat  Bahasa Jakarta: PT.Gramedia, 2008, h. 1331.
dalam  Islam  memang  ada dua  macam  kesalehan:  “kesalehan  ritual”  dan
“kesalehan sosial”. Menurut KH A. Mustofa Bisri
“kesalehan ritual” ialah perilaku orang yang hanya  mementingkan  ibadah  mahdlah,  ibadah  yang  semata-mata  berhubungan
dengan  Tuhan  untuk  kepentingan  sendiri.  Kelompok  yang  sangat  tekun melakukan  sholat,  puasa,  dan  seterusnya;  namun  tidak  peduli  akan  keadaan
sekelilingnya. Dengan ungkapan lain, hanya mementingkan hablum minallah. Sedangkan
yang mereka maksud dengan “kesalehan sosial” adalah perilaku orang-orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai Islami, yang bersifat sosial. Suka memikirkan dan
santun kepada orang lain, suka menolong, dan seterusnya; meskipun orang-orang ini tidak setekun kelompok  pertama dalam melakukan ibadah seperti sembayang
dan sebagainya itu. Lebih mementingkan hablun minan naas.
2. Indikator Kesalehan Sosial
Kesalehan adalah buah penghayatan dan pengamalan ajaran agama secara sempurna.  Ketika  seorang  muslim  mengamalkan  ajaran  Islam  berarti  ia  berada
dalam  proses  pencapaian  kesalehan.  Pengamalan  yang  terus-menerus  terhadap ajaran  Islam  menjadi  awal  tertanamnya  kesalehan  dalam  jiwa  setiap  muslim.
Perintah menjalankan agama tujuan utamanya adalah mencetak hamba Allah yang saleh  yang  tidak  hanya  berakibat  positif  bagi  dirinya,  tetapi  juga  bagi
lingkungannya. Kesalehan menjadi motivator pembentukan sikap terpuji dalam kehidupan
nyata.  Hal  ini  karena  kesalehan  menumbuhkan  kesadaran  dan  keyakinan  bahwa ajaran Islam hanya mengajarkan sesuatu yang baik dan terpuji. Kesadaran ini pada
gilirannya  mendorong  pemiliknya  untuk  mengajak  orang  lain  menjadi  saleh. Dengan  demikian,  orang  yang  saleh  mempunyai  kepekaan  tinggi  terhadap
lingkungan sekitarnya.
23
Ini  berarti  bahwa  kesalehan  bukan  sekadar  predikat  yang  kosong  dari makna,  tetapi  kesalehan  adalah  predikat  yang  membutuhkan  bukti  nyata  dalam
kehidupan. Pertanyaannya, apa indikator seseorang layak dikatakan sebagai orang saleh?
Dalam  Al- Qur’an,  Allah  menjelaskan  dua  kategori  indikator  kesalehan
manusia.  Pertama,  kesalehan  individual.  Indikatornya  adalah  kemampuan bersyukur  kepada  Allah  atas  nikmat  yang  diberikan  kepadanya  atau  orang-orang
yang dicintainya dan keteguhannya dalam berbuat amal saleh. Allah berfirman:
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
“Maka  dia  Sulaiman  tersenyum  lalu  tertawa  Karena  mendengar perkataan semut itu. Dan dia berdo’a, “Ya Tuhanku , anugerahkanlah aku ilham
untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan
23
http:irfanhelmy.staff.stainsalatiga.ac.id20140403indikator-kesalehan, diakses
tanggal 7 Juni 2014 pukul 19.43.