Kiprah Dakwah ANALISA KIPRAH DAKWAH ROOSTIEN ILYAS
                                                                                mungkin melakukan kebaikan. Karena pada bulan Ramadhan Allah Swt menjanjikan pahala yang berlipat-lipat dibandingkan bulan yang lain.
Hal  demikian sesungguhnya merupakan perintah  yang bersifat  simbolik agar kita  lebih  memperhatikan  hal-hal  yang  bersifat  sosial.  Oleh  karena  itu,  kata  iman  di
dalam  Al- Qur’an  selalu  disandingkan  dengan  kata  amalun  shalihun  amal  saleh.
Larangan makan dan minum di siang hari adalah simbol untuk menjauhi ketamakan dan kerakusan. Puasa kemudian menjadi sarana untuk melatih diri untuk tidak rakus
dan  tamak  terhadap  apa  yang  bukan  hak  kita.  Di  samping  itu,  puasa  juga  mendidik kita untuk lebih peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita.
10
Ini  merupakan  isi  dari  puasa  itu  sendiri  bagaimana  kita  dianjurkan  berbuat kebaikan  kepada  siapapun.  Bulan  suci    Ramadhan  adalah  saat  di  mana  kita  belajar
dengan  sungguh-sungguh  sebelum  nantinya  kembali  ke  bulan-bulan  biasa  sebagai ujiannya. Maha Besar Allah yang membuat satu bulan khusus di  mana seluruh umat
manusia  belajar  akan  kesalah-kesalahannya.  Agar  di  bulan-bulan  berikutnya  bisa lebih  baik  lagi.  Itulah  yang  ingin  ditanamkan  Roostien  pada  anak-anak  ini.  Di
Pesantren  Ramadhan  sebagai  ajang  mereka  bersenang,  bergembira,  belajar,  dan melepaskan  semua  beban  yang  ada  selama  mereka  hidup  dalam  tekanan  di  jalanan.
Roostien ingin menguatkan bahwa mereka tidak sendiri, tetapi masih ada yang peduli dengan mereka.
Roostien  membesarkan  jiwa-jiwa  anak-anak  ini,  yang  nantinya  di  tangan merekalah Indonesia berada. Islam dikebumikan dengan bahasa-bahasa yang lembut,
10
Moeslim Abdurrahman, Islam Pribumi Jakarta: Erlangga, 2003, h. 79-81.
dan  membuat  anak-anak  di  seluruh  pelosok  negeri  menikmati  masa-masa  yang bahagia.
Di  sisi  lain  sedekah,  merupakan  simbol  dari  kesalehan  sosial.  Bentuk  nilai Islam yang dilakukan secara spontan. Ketika anda melihat orang yang membutuhkan,
secara  spontan  kita  menolongnya.  Baik  dengan  berupa  perbuatan,  pemberian,  atau apapun  yang  bisa  meringankan  beban  mereka.  Unsur  sedekah  ini  juga  ditanamkan
Roostien  dalam  Pesantren  Ramadhan.  Bantuan-bantuan  yang  didapat  Roostien  tidak semuanya berasal dari orang muslim. Roostien membebaskan dari mana saja bantuan
itu,  tetapi  intinya  ikhlas  membantu  tanpa  ada  sesuatu  di  dalamnya.  Bahkan  tidak heran jika dalam pesantren Ramadhan ada sambutan donatur yang berasal dari agam
Kristen,  Budha,  Hindu,  dan  lain-lainnya.  Ini  yang  ingin  ditunjukan  Roostien  bahwa dalam hidup kita tidak boleh memilih golongan tertentu saat ingin membantu. Semua
ini harus didasarkan dari hati. Roostien  mengamalkan  firman  Allah.
“Perumpamaan  nafkah  yang dikeluarkan  oleh  orang-orang  yang  menafkahkan  hartanya  di  jalan  Allah  adalah
seperti  dengan  sebiji    sebutir  benih  yang  menumbuhkan  tujuh  tangkai  bulir,  pada tiap-tiap tangkai  pula ada seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa
yang  Dia  kehendaki.  Dan  Allah  Maha  Luas  kurnia-Nya  lagi  Maha  Menget ahui.”
QS Al Baqarah [2]: 261. Serta firman Allah yang lain: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan  pahala  sedekahmu  dengan  menyebut-nyebutnya  dan  menyakiti perasaan si penerima. QS Al Baqarah [2]: 264.
Acara  Pesantren  Ramadhan  anak-anak  jalanan  seperti  ruh  bagi  Roostien. Sebab  dia  terlibat  dari  awal  pembuatan,  sampai  tahap  akhir  acara  ini  selesai.  Baik
sebagai panitia, pendamping, serta pengisi acara. Roostien pun selalu menjadi pengisi dalam acara tersebut. Saat Roostien datang pasti anak-anak bersorak gembira. Anak-
anak  jalanan  ini  sudah    menganggap  Roostien  sebagai  sosok  ibunya  anak-anak jalanan.  Para  pendamping  pun  juga  mengakui  itu.  Kedatangan  Roostien  selalu
menjadi warna sediri dalam acara tersebut. Pada  setiap  kesempatan  acara  Pesantren  Ramadhan  anak-anak  jalanan
Roostien selaku penggagas selalu melakukan evaluasi pada akhir acara. Di mana bisa ditarik garis lurus apakah acara tersebut berjalan dengan lancar dan materi yang ada
bisa  diterima  kemudian  diaplikasikan  oleh  anak-anak  jalanan.  Aplikasinya  akan terlihat setelah mereka kembali pulang ke daerah asal masing-masing. Karena esensi
dakwah adalah sebuah perubahan. Mengubah sesuatu yang kurang baik menjadi lebih baik, meberikan informasi nilai-nilai Islam kepada yang belum mengetahuinya, serta
menanamkan  dengan  hati  nilai-nilai  Islam  itu  sendiri.  Kontribusi  ini  adalah  dakwah bil hal bagi Roostien.
Terlepas  dari  diterima  dan  tidaknya  dakwah  yang  dilakukan  Roostien, setidaknya Roostien sudah memberikan manfaat penanaman  nilai-nilai Islam kepada
anak-anak  jalanan  khususnya  dan  umumnya  bagi  semua  yang  bersentuhan  langsung dengan  acara  Pesantren  Ramadhan  ini.  Roostien  juga  berharap  pada  anak-anak
jalanan  yang  mengikuti  acara  Pesantren  Ramadhan  setelah  kembali  pulang  bisa mengaplikasikan semua yang sudah diajarkan.
11
Penulis sendiri pernah mengkuti acara Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan ini  sebagai  pendamping.  Pesantren  Ramadhan  anak-anak  jalanan  ini  berlangsung
kurang  lebih  selama  seminggu  penuh.  Rutinitas  yang  berlangsung  saat  Pesantren Ramadhan  ini  berawal  dari  jam  3  pagi.  Membangunkan  anak-anak  jalanan  ini  saat
tidur  untuk  persiapan  mereka  sahur  adalah  hal  awal  yang  sangat  sulit.  Kebiasaan mereka  yang  berbeda-beda  membuat  beberapa  anak-anak  sulit  untuk  bangun  pagi.
Jika  anak-anak  jalanan  yang  aktif  di  pasar  mereka  bahkan  bangun  lebih  awal.  Jika yang biasa beraktivitas di terminal atau tempat-tempat lain mereka lebih suka bangun
siang. Berikutnya  persiapan  membagikan  hidangan  untuk  sahur.  Walau  sudah  di
buat perkelompok dan makanan yang dibagikan sudah disiapkan mereka lebih sering mengambilnya  dengan  cara  keroyokan.  Ini  akibat  kebiasaan  mereka  hidup  di  jalan.
Siapa  cepat  dia  dapat.  Pola  kebiasaan  inilah  yang  akan  diubah  menjadi  lebih  baik. Berikan  contoh  bangun  pagi  lebih  awal  karena  aktivitas  yang  dapat  dilakukan  bisa
lebih  banyak  dan  bermanfaat.  Kemudian  budayakan  mengantri  agar  tidak  terjadi keributan dan bisa berjalan lebih tertib.
Setelah  semua  anak-anak  ini  mendapat  makanan  untuk  sahur.  Para pendamping,  serta  panitia  ikut  berkumpul  dan  makan  bersama.  Ini  bertujuan  agar
tidak  ada  jarak  diantara  mereka.  Setelah  makan  sahur  selesai,  maka  dilanjutkan
11
Hasil Wawancara dengan Roostien Ilyas. Sabtu. 23 Mei 2015. Pukul 12.30.
persiapan  shalat  Shubuh  berjamaah.  Agar  tertib  dalam  mengambil  air  wudu  maka diharuskan mengambil wudu perkelompok. Shalat berjamaah pun dilakukan.
Kebiasaan bercanda saat shalat  pun tak luput dari perhatian pendamping  dan panitia.  Pendamping  dan  panitia  membagi  tugas  mereka.  Harus  ada  yang  menjadi
sosok  teladan  untuk  mencontohkan  dan  ada  yang  mengawasi.  Karena  para pendamping  mempunyai  waktu  yang  lebih  banyak  bersama  anak-anak,  maka  dialah
sosok  yang  tepat  menjadi  contoh  teladan.  Shalat  shubuh  dan  doa  pun  selesai. Dilanjutkan dengan memberi materi agama dari para pendamping.
Materi  ini  berupa  hafalan  doa.  Bermula  dari  doa-doa  pendek  kemudian  doa- doa  yang  bersifat  kegiatan,  contoh  :  doa  belajar,  doa  berwudu,  doa  makan,  dll.
Kegiatan  ini  sampai  pukul  7  pagi.  Selanjutnya  anak-anak  diberi  kebebasan  untuk mandi, istirahat, bermain, sampai pukul 10 pagi. Nanti ketika pukul 10 tiba anak-anak
akan  dikumpulkan  sesuai  kelompoknya  masing-masing.  Mereka  akan  bertemu  para pendampingnya  masing-masing.  Di  waktu  siang  ini  biasanya  materi  yang  diajarkan
berupa pengenalan anak-anak terhadap para wali dan Nabi. Masuk  Shalat  Dzuhur  mereka  melakukan  shalat  berjamaah  kembali.  Model
pembelajaran anak-anak yang menggunakan contoh langsung lebih dimengerti. Tidak lupa pendamping harus bisa memetakan psikologis anak-anak ini. Karena setiap anak
ada  yang  membutuhkan  sosok  kakak,  ada  yang  membutuhkan  sosok  orang  tua,  dan sebagainya.  Di  point  itu  para  pendamping  hadir  dan  mengisi  sosok-sosok  tersebut
dengan  baik.  Setelah  shalat  Dzuhur,  akan  ada  kegiatan  lagi.  Biasanya  kegiatan perlombaan  bersaing  antar  kelompok.  Contoh  cerdas  cermat,  hafalan,  pengetahuan
seputar  materi,  dll.  Setiap  kelompok  biasanya  mengirim  perwakilannya  untuk  ikut
bertanding.  Setiap  pemenang  akan  diberikan  hadiah  sebagai  bentuk  apresiasi  bagi anak-anak jalanan ini. Sesuatu yang tidak mereka dapatkan di luar.
Shalat  Ashar  pun  tiba.  Anak-a nak  melakukan  shalat  berjama’ah  kembali.
Shalat berjama’ah dilakukan di masjid dan di lapangan tergantung situasi dan kondisi. Jika terik atau saat siang hari dan sore biasanya anak-anak ini akan shalat di masjid.
Namun  untuk  shalat  Shubuh  dan  menjelang  buka  biasa  dilakukan  di    lapangan. Karena  untuk  memusatkan  konsentrasi  anak-anak  agar  tidak  terpecah.  Ini  juga
memudahkan  sampah  makanan  dibersihkan.  Setiap  kegiatan  para  panitia  dan pendamping  selalu  mencontohkan  hal-hal  baik  kepada  anak-anak  ini.  Serta  selalu
memberikan kasih sayang yang tulus kepada anak-anak. Di awal perjumpaan dengan anak-anak  jalanan  ini  memang  mereka  sangat  kasar,  suka  bertengkar,  bandel,  dll.
Sifat-sifat tidak baik ini jika di lihat dari sudut pandang yang lain maka akan berubah. Sifat keras itu semua lahir Karena mereka hidup dengan sangat keras di jalanan atau
lingkungan  jalanan.  Namun  di  balik  itu  semua,  mereka  itu  sebetulnya  cerdas,  anak yang aktif, dan memiliki kemauan yang keras dalam belajar.
Untuk  itulah  pendamping  mengajarkan  serta  memberikan  ilmu  yang  didapat di  kampus  kepada  anak-anak  semata-mata  agar  mereka  bisa  merasakan  ada  yang
memperhatikan,  memberikan  kasih  sayang,  menjadi  pelindung  bagi  mereka  semua. Walau  yang  pendamping  berikan  mungkin  hanya  sesaat.  Selama  seminggu
pendamping  hidup  bersama  anak-anak  ini.  Harapan  besar  pendamping  mereka  ke depan  bisa  hidup  lebih  layak  dan  hidup  dengan  nilai-nilai  Islam  yang  tertanam  di
dalam lubuk hati mereka.
Kegiatan  pun  berlanjut  saat  menjelang  maghrib  dan  buka  puasa.  Inilah  yang ditunggu oleh semua. Suasana yang ramai, penuh kegembiraan, makanan yang cukup
untuk  mereka  membuat  anak-anak  jalanan  ini  merasa  sangat  senang.  Bahkan terkadang  selalu  saja  ada  yang  menangis  di  momen-momen  Pesantren  Ramadhan
anak-anak  jalanan  ini.  Baik  mereka  yang  mengingat  orang  tua  karena  kasih  sayang semua yang tulus. Menangis karena begitu bahagianya bisa makan dengan layak dan
didampingi orang yang menyayanginya. Bahkan menangis karena begitu senang hati mereka,  di  mana  saat  di  jalanan  atau  di  rumah  mereka  biasa  di  hardik,  dipukul  dan
sebagainya. Tetapi  di  Pesantren  mereka  dilindungi,  diperhatikan,  disayangi.  Itulah  yang
membuat  hati  anak-anak  jalanan  ini  mencair.  Setelah  buka  puasa  bersama.  Semua mempersiapkan shalat Isya dan shalat Tarawih.
Shalat berjama’ah pun selesai masuk ke  dalam  materi  ringan.  Berupa  hafalan,  atau  pembuatan  yel-yel  semangat  setiap
kelompok dll. Anak-anak ini diberikan waktu tidur yang normal yaitu antara pukul 9- 10  malam.  Bertujuan  agar  mereka  bisa  bangun  di  saat  sahur.  Begitulah  kegiatan
Pesantren Ramadhan berlangsung. Sebuah  hadiah,  bingkisan,  kasih  sayang,  perhatian,  yang  ditawarkan  semua
kepada  mereka.  Membuat  mereka  seakan  lupa  dengan  kehidupannya  yang  keras  di jalanan.  Puncak  dari  Pesantren  Ramadhan  anak-anak  jalanan  ini  adalah  api  unggun,
serta malam  perpisahan.  Di malam  terakhir ini semua meluapkan perasaannya.  Baik panitia,  pendamping,  anak-anak  jalanan  serta  semua  unsur  yang  teribat  dalam  acara
ini.  Semua  tumpah  dalam  keharuan,  kesedihan  yang  begitu  bahagia,  perasaan  itu
semua  bercampur  di  malam  itu.  Dengan  diterangi  api  unggun  suasana  bertambah sunyi dan syahdu.
Bagian  inilah  yang  tidak  terlupakan  dalam  ingatan  semua  pihak.  Yang  akan membekas  abadi  dalam  hati.  Rangkaian  Pesantren  Ramadhan  anak-anak  jalanan  di
tutup dengan pemberian bingkisan serta foto bersama. Foto-foto itu merupakan saksi bisu semua hal yang berlangsung di sana.
Penulis terlibat langsung beberapa kali dalam Pesantren Ramadhan anak-anak jalanan. Sedikit pernyataan dari para pendamping yang melihat ada anak-anak jalanan
yang  bertemu  di  beberapa  tempat  sudah  mengalami  perubahan.  Mereka  sekarang lebih dekat dengan masjid. Secara perlahan mereka sudah mau melaksanakan ibadah
shalat. Ini terlihat sewaktu saya sebagai penulis melihat anak-anak jalanan di stasiun Bogor. Ini menggambarkan ada keberhasilan nilai-nilai islam yang tertanam pada diri
anak-anak itu.
                