35
Bagan 7 : Jenis-Jenis Tindak Pidana
C. Tindak Pidana Materil dan Tindak Pidana Formal
Meskipun telah dibahas sebelumnya, namun penulis me nganggap perlu untuk membahas lebih lanjut mengenai
pem bagian tindak pidana formil dan tindak pidana materil. Penggolongan terhadap tindak pidana formil dan materil
ini, didasarkan atascara perumusan ketentuan hukum pi- dana oleh pembentuk undang-undang. Apabila tindak
36
pidana yang dimaksudkan dalam suatu ketentuan hukum pidana strabepaling dirumuskan sebagai perbuatan yang
menyebabkan suatu akibat tertentu, tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu, maka tindak pidana ini dikalangan
ilmu pengetahun hukum dinamakan “tindak pidana materiel” materiel delict.
Berbeda halnya dengan tindak pidana formal formeel delict, pada tindak pidana ini, perumusannya menyebutkan
wujud dari suatu perbuatan tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan dari perbuatan itu.
E. Y. Kanter dan S.R. Sianturi dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya memberikan
penjelasan terkait penggolongan tindak pidana ini berdasarkan cara perumusannya, dijelaskan bahwa:
19
Delik formalberhadapan dengan delik material.Pada delik formal, yang dirumuskan adalah tindakan yang
dilarang beserta halkeadaan lainnya dengan tidak mempersoalkan akibat dari tindakan itu. Misalnya
Pasal-Pasal: 160 penghasutan, 209 penyuapan, 247 sumpah palsu, 362 pencurian. Padapencurian
misalnya, asal saja sudah dipenuhi unsur-unsur dalam Pasal 362 KUHP, tindak pidana pencurian sudah terjadi
dan tidak dipersoalkan lagi, apakah orang yang kecurian itu merasa rugi atau tidak. Lain halnya pada delik
material, yang selain daripada tindakan yang terlarang dilakukan, masih harus ada akibatnya yang timbul
karena tindakan itu, baru dapat dikatakan telah terjadi tindak pidana tersebut sepenuhnya voltooid. Misalnya:
Pasal-Pasal : 187 pembakaran dan sebagainya, 338 pembunuhan, 378 penipuan, harus timbul akibat-
akibat secara berurutan yakni, kebakaran, matinya korban, pemberian sesuatu barang. Perbedaan seperti
ini sangat penting, dihubungkan dengan ajaran-ajaran locus dan tempus delicti, percobaan, penyertaan dan
19
Kanter E.Y S.R. Sianturi, Op. Cit. hal. 237.
37
kadaluarsa. Materi berarti “isi”, dan formal berarti “wujud”, maka
dalam tindak pidana materil dirumuskan berupa akibat yang dilarang, sementara dalam tindak pidana formal yang
dirumuskan adalah wujud pebuatan yang dilarang. Untuk lebih memberikan pemahaman mengenai perbedaan antara
tindak pidana materil dan formal.Berikut penulis memberikan contoh dengan bagan sebagai berikut:
Contoh pasal dalam KUHP yang termasuk dalam tindak
pidana Materiel, yakni Pasal 338 KUHP Pembunuhan Biasa :
Bagan8 :Contoh Tindak Pidana Materil
Contoh pasal dalam KUHP yang termasuk dalam tindak pidana formal, yakni Pasal 362 KUHP:
38
Bagan 9:Contoh Tindak Pidana Formal
D. Aliran dan Doktrin Terkait Unsur-Unsur Tindak Pidana