Doktrin Terkait Unsur-Unsur Tindak Pidana

45 dan oleh karena itu perbuatan orang yang tidak cakap tersebut dalam teori dualistis tetap merupakan tindak pidana.

2. Doktrin Terkait Unsur-Unsur Tindak Pidana

Dalam menjabarkan sesuatu rumusan delik kedalam unsur-unsurnya, maka yang mula-mula harus dibahas adalah suatu“tindakan manusia”,Karena dengan tindakan itulah seseorang dapat melakukan apa yang dilarang oleh undang- undang. Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan unsur objektif adalah unsur- unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus di lakukan. Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah: 29 1 Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau Culpa; 2 Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat1 KUHP; 3 Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain; 29 Lamintang, P.A.F, 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 193-194. 46 4 Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachteraad seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP; dan 5 Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP. Unsur-unsur objektif dari sutau tindak pidana itu adalah: 1 Sifat melawan hukum atau wederrechtelicjkheid; 2 Kualitas dari si pelaku, misalnya kedaan sebagai seorang pegawai negeri di dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu Perseroan Terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP; dan 3 Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat. Seorang ahli hukum yaitu simons merumuskan unsur- unsur tindak pidana sebagai berikut : 1 Diancam dengan pidana oleh hukum; 2 Bertentangan dengan hukum; 3 Dilakukan oleh orang yang bersalah; dan 4 Orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya. Sementara A. Fuad Usfa, dalam bukunya Pengantar Hukum Pidana mengemukakan bahwa: 30 Unsur-unsur subjektif dari tindak pidana meliputi: 1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolus atau culpa; 2. Maksud pada suatu percobaan seperti yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP; 30 Andi Fuad Usfa. 2006. Pengantar Hukum Pidana Edisi Revisi. UMM Pers. Malang, hlm. 45. 47 3. Macam-macam maksud atau oogmerkseperti misalnya yang terdapat dalam tindak pidana pencurian; 4. Merencanakan terlebih dahulu, seperti misalnya yang terdapat dalam Pasal 340 KUHP. Sedang unsur-unsur objektif dari tindak pidana meliputi: 1. Sifat melanggar melawan, pen. hukum; 2. Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan seseorang sebagai pegawai negeri dalam kejahatan menurut Pasal 415 KUHP. 3. Kasualitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan kenyataan sebagai akibat. Selain berbagai teori yang telah dikemukakan di atas, yang pada umumnya membagi unsur tindak pidana ke dalam unsur objektif dan unsur subjektif, Loebby Loqman juga memberikan pendapatnya tentang unsur-unsur tindak pidana. Menurut beliau unsur-unsur tindak pidana meliputi: 31 1. Perbuatan manusia baik aktif maupun pasif; 2. Perbuatan itu dilarang dan diancam dengan pidana oleh undang-undang; 3. Perbuatan itu di anggap melawan hukum; 4. Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan; dan 5. Pelakunya dapat dipertanggungjawabkan. Selain Loebby Loqman, Moeljatno juga mengemukakan pendapatnya mengenai unsur tindak pidana. Menurut beliau bahwa tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, terhadap barang siapa melanggar 31 Erdianto Efendi, 2011. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar.Reika Aditama. Bandung, hlm. 99. 48 langgaran tersebut. Perbuatan itu harus pula dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu hambatan tata pergaulan yang dicita-citakan oleh masyarakat. Dengan demikian, menurut Moeljatno dapat diketahui unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut: 1. Perbuatan itu harus merupakan perbuatan manusia; 2. Perbuatan itu harus dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang; 3. Perbuatan itu bertentangan dengan hukum melawan hu- kum; 4. Harus dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung- jawabkan; 5. Perbuatan itu harus dapat dipersalahkan kepada sipembuat. 49

BAB III UNSUR-UNSUR

TINDAK PIDANA

A. Ada Perbuatan Mencocoki Rumusan Delik

Van Hamel menunjukkan tiga pengertian perbuatan feit, yakni: 1 1 Perbuatan feit =terjadinya kejahatan delik. Pengertian ini sangat luas, misalnya dalam suatu kejadian beberapa orang dianiaya, dan apabila dalam suatu penganiayaan dilakukan pula pencurian, maka tidak mungkin dilakukan pula penuntutan salah satu dari perbuatan-perbuatan itu dikemudian dari yang lain. 2 Perbuatan feit = perbuatan yang didakwakan. Ini terlalu sempit. Contoh: seseorang di tuntut melakukan perbuatan penganiayaan yang menyebabkan kematian, kemudian ternyata ia sengaja melakukan pembunuhan, maka berarti masih dapat dilakukan penuntutan atas dasar “sengaja melakukan pembunuhan” karena ini lain dari pada “penganiayaan yang mengakibatkan kematian”. Vas tidak menerima pengertian perbuatan faith dalam arti yang 1 Zainal Abidin, op.cit.,hlm. 175.