Analisis Titik Impas Break Event Point Konsep Nilai Tambah

Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apakah yang akan terjadi pada analisis usaha jika terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya maupun manfaat atau penerimaan. Analisis kepekaan dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang berubah atau kesalahan dalam perhitungan. Hal ini terjadi karena dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.

8. Analisis Titik Impas Break Event Point

Suatu usaha dapat dikatakan dalam keadaan BEP bila penghasilan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan. Melalui analisis titik impas dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan selama berproduksi dan bagaimana kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Kasmir 2003, analisis titik impas break event point adalah suatu titik kembali modal di mana pengurangan penerimaan total dengan biaya total sama dengan nol 0. Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya juga tidak menderita kerugian. Analisis titik impas diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, dan biaya lainnya, baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. Data yang diperlukan dalam menghitung titik impas adalah Kasmir, 2003 : 1 Hasil keseluruhan penjualan atau harga jual per unit. 2 Biaya variabel keseluruhan. 3 Jumlah biaya tetap keseluruhan. Secara matematis titik impas dapat dirumuskan sebagai : a Titik impas penjualan unit adalah : BEP unit = …………………………………………………...6 b Titik impas produksi rupiah adalah : BEP produksi rupiah = ... ………………................................7 di mana : FC = biaya tetap rupiah VC = biaya variabel rupiah S = penerimaan rupiah P = harga rupiah AVC = rata-rata biaya variabel rupiah

9. Konsep Nilai Tambah

Gittinger 1986 menyatakan nilai tambah adalah selisih harga penjualan barang dan jasa dengan biaya bahan dan pengeluaran untuk jasa-jasa. Gittinger membedakan nilai tambah atas nilai tambah kotor dan nilai tambah bersih. Nilai tambah kotor merupakan selisih antara harga jual dengan pembayaran untuk pajak, bunga modal, sewa tanah, laba, penyusutan, manajemen, asuransi, jaminan social lainnya, dan upah karyawan. Nilai tambah bersih adalah nilai tambah kotor dikurangi dengan biaya penyusutan. Pengertian nilai tambah added value adalah penambahan nilai suatu komoditas karena komoditas tersebut telah mengalami proses pengolahan, pengangkutan, atau penyimpanan dalam suatu proses produksi. Menurut Hardjanto 1991, nilai tambah didefinisikan sebagai pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut dapat berupa proses perubahan bentuk form utility, pemindahan tempat place utility, maupun proses penyimpanan time utility. Faktor yang mempengaruhi nilai tambah pada sistem pengolahan adalah faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis meliputi unsur kualitas mutu produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi, penggunaan unsur tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan input penyerta. Faktor ini mempengaruhi harga jual produk, sedangkan faktor non teknis faktor pasar meliputi harga jual output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, informasi pasar, modal investasi teknologi, dan nilai input lainnya. Faktor non teknik ini dapat mempengaruhi faktor konversi banyaknya produk yang dapat dihasilkan dari satu satuan bahan baku dan biaya produksi. Analisis nilai tambah berfungsi sebagai salah satu indikator dalam keberhasilan sektor agribisnis. Menurut Hardjanto 1991, kegunaan dari menganalisis nilai tambah adalah untuk mengetahui: 1 Besar nilai tambah yang terjadi akibat perlakuan tertentu yang diberikan pada komoditas pertanian. 2 Distribusi imbalan yang diterima pemilik dan tenaga kerja. 3 Besarnya kesempatan kerja yang diciptakan dari kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. 4 Besar peluang serta potensi yang dapat diperoleh dari suatu sistem komoditas di suatu wilayah tertentu dari penerapan teknologi pada suatu atau beberapa subsistem di dalam sistem komoditas. Nilai tambah suatu produk dapat dianalisis melalui metode Hayami. Metode ini memiliki kelebihan dan kelemahan Tunggadewi, 2009. Kelebihan dari metode Hayami antara lain adalah : 1 Dapat diketahui besarnya nilai tambah dan output 2 Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja, modal, sumbangan input lain dan keuntungan 3 Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan untuk subsistem lain selain pengolahan, seperti analisis nilai tambah pemasaran. Kelemahan dari metode Hayami adalah : 1 Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku 2 Tidak dapat menjelaskan nilai output produk sampingan 3 Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk menyatakan apakah balas jasa terhadap pemilik faktor produksi sudah layak atau belum.

10. Tinjauan Peneliti Terdahulu