93
Kondisi-kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil antara PT. Sarana Sumut Ventura dengan
PPU, asas keseimbangan dalam pelaksanaan perjanjian kurang terakomodasi.
B. Pertanggungjawaban Perusahaan Pasangan Usaha dalam Perjanjian Pola Bagi Hasil Modal Ventura
Menurut Pasal 1234 KUH Perdata bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk memberi sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau tidak untuk berbuat sesuatu. Pada
dasarnya, setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai yang tertuang dalam perjanjian yang telah
disepakati bersama, namun tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali perjanjian yang dibuat tersebut dilanggar oleh salah satu pihak.
Wanprestasi default atau nan fulfillment ataupun yang disebutkan dengan istilah breach of contract adalah tidak dilaksanakan prestasi atau
kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak- pihak tertentu seperti yang dimaksudkan dalam kontrak yang bersangkutan.
104
Wanprestasi berasal dari Bahasa Belanda “wandaad”, yang berarti prestasi buruk. Menurut R. Subekti, wanprestasi kealpaan atau kelalaian seorang debitur
dapat berupa 4 empat macam, yaitu :
105
3. melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat; dan 1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
2. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
104
Munir Fuady II, Op.Cit., hal. 87-88
105
R. Subekti II, Op.Cit.,, hal. 25-26
Universitas Sumatera Utara
94
4. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Bentuk-bentuk dari wanprestasi adalah :
106
Adapun penyelesaian wanprestasi itu tentunya diperlukan suatu pemberian sanksi atau paksaan kepada orang yang telah mengingkari janji, karena tanpa
1. tidak memenuhi prestasi sama sekali; 2. memenuhi prestasi secara tidak baik;
3. terlambat memenuhi prestasi. Dari macam-macam wanprestasi di atas dapat dilihat bahwa apa yang
dikatakan wanprestasi bukan hanya terbatas pada tidak melakukan prestasi saja, tetapi melakukan prestasi pun apabila tidak sesuai dengan apa yang telah
disepakati semula juga dapat digolongkan dalam tindakan wanprestasi, seperti melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat atau
melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata menegaskan bahwa semua persetujuan
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari ketentuan pasal tersebut berarti orang-orang yang telah
melanggar janji, maka orang tersebut telah melanggar undang-undang dan padanya dapat dihukum untuk memenuhi semua perjanjian, karena wanprestasi
dapat menimbulkan kerugian pada salah satu pihak, oleh karena itu perlu diselesaikan secara efektif. Dalam keadaan demikian berlakulah ketentuan-
ketentuan yang wajib dipenuhi akibat wanprestasi, yaitu kemungkinan pemutusan perjanjian, penggantian kerugian atau pemenuhan prestasi kembali.
106
Perwahid Patrik, Hukum Perdata I Asas-Asas Hukum Perikatan, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1990, hal. 12
Universitas Sumatera Utara
95
sanksi atau paksaan dalm penyelesaian wanprestasi maka akan tetap mengakibatkan kerugian pada salah satu pihak.
Terhadap kelalaian atau kealpaan debitur, menurut Subekti dapat diancam beberapa sanksi atau hubungan, yaitu :
107
Perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil antara PT. Sarana Sumut Ventura dengan PPU-nya menimbulkan akibat hukum yaitu kedua belah pihak
terikat untuk melaksanakan klausula-klausula yang diterangkan dalam perjanjian 1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan
ganti rugi; 2. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;
3. Peralihan resiko; 4. Membayar perkara, kalau sampai diperkarakan di hadapan hakim.
Pasal 1 Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil menerangkan bahwa pihak pertama dan pihak kedua setuju untuk mengadakan kerjasama dalam
bentuk perjanjian dengan pola bagi hasil dalam mana pihak pertama setuju untuk menyediakan sejumlah fasilitas dana tertentu kepada pihak kedua yang setuju
untuk menerima sejumlah fasilitas dana tersebut yang untuk nantinya manakala seluruh persyaratan yang termuat dalam perjanjian telah dipenuhi oleh pihak
kedua selanjutnya pihak pertama menyerahkan fasilitas dana tersebut untuk dipergunakan oleh pihak kedua guna pengembangan usahanya sesuai dengan
prinsip-prinsip dan tujuan usaha yang baik dan benar.
107
R. Subekti III, Op.Cit., hal. 45
Universitas Sumatera Utara
96
bagi hasil itu sendiri. Jika salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi sebagaimana diperjanjikan maka salah satu pihak dapat dikatakan wanprestasi.
Ketentuan mengenai wanprestasi yang timbul akibat kelalaian hanya tercantum untuk salah satu pihak, yaitu PPU. Ketentuan tersebut merupakan
bentuk pengamanan dan antipasi dari PT. Sarana Sumut Ventura agar PPU tidak melakukan kelalaian, kecurangan ataupun tidak melaksanakan hal-hal yang telah
disepakati di dalam perjanjian sehingga akhirnya menimbulkan kerugian kepada PT. Sarana Sumut Ventura itu sendiri. Tidak ada jaminan bahwa PT. Sarana
Sumut Ventura tidak akan melakukan wanprestasi, misalnya saja keterlambatan pemberian dana dari PT. Sarana Sumut Ventura yang biasanya dilakukan lewat
rekening bank ataupun perbuatan-perbuatan lain yang mengakibatkan kerugian bagi PPU dari PT. Sarana Sumut Ventura atau karyawan PT. Sarana Sumut
Ventura. Akan tetapi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, posisi PT. Sarana Sumut Ventura sebagai pihak yang lebih dominan dan kuat di dalam pembiayaan
modal ventura membuat PT. Sarana Sumut Ventura dapat melakukan apa saja termasuk mencantumkan ketentuan dan penyelesaian mengenai kelalaian hanya
untuk PPU yang bersangkutan.
108
1. Pihak kedua lalai untuk membayar sesuatu jumlah uang yang wajib dibayarnya menurut ketentuan dalam perjanjian ini;
Berdasarkan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 14 perjanjian mengenai kelalaian, bentuk kelalaian yang dapat terjadi di dalam perjanjian ini
yaitu :
108
Wawancara dengan Ibu Elinda, Staf Bagian Legal PT. Sarana Sumut Ventura, di Medan, tanggal 26 Januari 2015, pukul 14.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
97
2. Pihak pertama menerima pernyataan, surat keterangan atau dokumen-dokumen lainnya yang diberikan oleh pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin
kepada pihak pertama sehubungan dengan perjanjian ini ternyata tidak mempunyai kebenaran dalam arti materil;
3. Pihak kedua pemberi jaminan atau penjamin mengajukan ketetapan atau memperoleh ketetapan sebagai yang dinyatakan dalam keadaan pailit, atau
ditaruh di bawah pengampuan onder curatele gesteld atau memperoleh penundaan pembayaran dari pengadilan, baik bersifat sementara maupun pasti
atau tetap surseance van betaling, atau karena alasan apapun juga tidak lagi berhak mengurus dan menguasai harta kekayaaannya;
4. Surat izin lisensi atau persetujuan yang dikeluarkandiberikan oleh instansipihak yang berwenang kepada pihak kedua, pemberi jaminan atau
penjamin untuk menjalankan usahanya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sehingga pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin sudah tidak dapat lagi
menjalankan sahnya secara sah; 5. Harta benda pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin disita baik
sebahagian maupun seluruhnya oleh pengadilan atau pihak manapun juga; 6. Pihak kedua tidak memenuhi salah satu saja dari ketentuan atau syarat-syarat
dari perjanjian ini. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa menyimpang dari ketentuan-
ketentuan dan aturan-aturan yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut, seluruh atau sisa jumlah fasilitas dana yang terhutang oleh pihak kedua PPU kepada
pihak pertama PT. Sarana Sumut Ventura dapat ditagih oleh pihak pertama dan
Universitas Sumatera Utara
98
karenanya pihak kedua wajib membayar lunas seluruh atau sisanya dengan seketika dan sekaligus seluruhnya walaupun saat pelunasan jumlah fasilitas dana
berakhir. Dan tidak ada satupun ketentuan dalam perjanjian tersebut yang dapat mengurangi hak pihak pertama untuk meninjau kembali secara berkala danatau
menarik kembali atau untuk membatalkan jumlah fasilitas dana yang akan atau telah diserahkan yakni dalam hal terjadi perubahan dalam jumlah dana dari pihak
pertama ataupun jika dikemudian hari terdapat kejadian-kejadian yang menurut pertimbangan pihak pertama akan dapat membahayakan jumlah fasilitas dana
tersebut. Bentuk wanprestasi yang pernah dilakukan oleh PPU antara lain, yaitu :
1. PPU tidak tepat waktu membayar kewajibannya, khususnya yaitu dalam hal pembayaran pokok, kepada PT. Sarana Sumut Ventura. Pembayaran pokok
tersebut sendiri seharusnya dibayar pertama kali 1 bulan setelah penandatanganan perjanjian pembiayaan dan berturut-turut dilakukan sampai
dilunasinya jumlah fasilitas dana dari PT. Sarana Sumut Ventura dengan jangka waktu sesuai dengan perjanjian tersebut;
2. PPU sama sekali tidak membayar kewajibannya bahakan sampai kabur menghilangkan jejak;
3. PPU menggunakan fasilitas pembiayaan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan sebelumnya. Misalnya PPU menggunakan dana yang dicairkan oleh PT. Sarana
Sumut Ventura untuk pembelian mobil padahal seharusnya dana tersebut akan dipergunakan untuk usaha rumah makan.
Universitas Sumatera Utara
99
Macetnya pembayaran yang dilakukan PPU pada umumnya terjadi disebabkan karena omset penjualan PPU menurun, krisis ekonomi yang berimbas
kepada masyarakat, dana yang dicairkan tidak sebagaimana dimaksud dalam proposal sehingga tidak mencukupi untuk pembiayaan usaha, dan dana yang
dicairkan tidak sekaligus sehingga PPU tidak dapat secara maksimal melakukan kegiatan usaha.
109
109
Ibid.
Apabila dikaitkan dengan ketentuan mengenai wanprestasi di dalam KUH Perdata, yaitu dengan adanya Pasal 1234 KUH Perdata yang berisi tiap-tiap
perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu, maka yang termasuk di dalam kategori wanprestasi di
dalam perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil adalah tidak berbuat sesuatu, yang dalam hal ini adalah tidak melunasi jumlah pokok dana dan imbalan jasa
bagi hasil sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PPU. Wanprestasi yang dilakukan di luar kesalahan salah satu pihak yaitu
kejadian yang tidak disangka-sangka terlebih dahulu, yang merupakan suatu keadaan memaksa yang disebut juga force majeure misalnya terjadi bencana alam
seperti gempa bumi, banjir, terjadi kebakaran, terjadinya kegoncangan moneter nasionalinternasional yang mengakibatkan kecelakaan ekonomi secara umum,
dan lainnya maka hal-hal ini merupakan risiko yang dipikul oleh kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
100
Apabila dilihat dari sasaran yang terkena force majeure , maka force majeure
sering dibeda-bedakan sebagai berikut :
110
Menurut keterangan dari PT. Sarana Sumut ventura, sampai saat ini PPU dari PT. Sarana Sumut Ventura belum pernah wanprestasi yang diakibatkan oleh
adanya force majeure. Tetapi untuk mengantisipasi jika suatu saat terjadi wanprestasi akibat force majeure, PT. Sarana Sumut Ventura telah mengaturnya
dalam Pasal 10 ayat 2 Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil antara PT. Sarana Sumut Ventura dengan PPU dimana dalam pasal tersebut diatur bahwa
1. Force majeure yang objektif Force majeure
yang bersifat objektif ini terjadi atas benda yang merupakan objek kontrak tersebut. Artinya keadaan benda tersebut sedemikian
rupa sehingga tidak mungkin lagi dipenuhi prestasi sesuai kontrak, tanpa adanya unsur kesalahan dari pihak debitur. Misalnya benda tersebut terbakar. Karena itu,
pemenuhan prestasi sama sekali tidak mungkin dilakukan. Karena yang terkena adalah benda yang merupakan objek dari kontrak, maka force majeure seperti ini
disebut juga physical impossibility. 2. Force majeure yang subjektif
Sebaliknya, force majeure yang bersifat subjektif terjadi manakala force majeure
tersebut terjadi bukan dalam hubungannya dengan objek yang merupakan benda dari kontrak yang bersangkutan, tetapi dalam hubungannya
dengan perbuatan atau kemampuan debitur itu sendiri. Misalnya jika si debitur sakit berat sehingga tidak mungkin berprestasi lagi.
110
Munir Fuady II, Op.Cit. hal. 115
Universitas Sumatera Utara
101
selama jangka waktu pembiayaan oleh PT. Sarana Sumut Ventura berlangsung maka PPU diwajibkan menutup asuransi jiwa atas nama PPU dan asuransi
kebakaran atas aset yang dijaminkan. Jadi, jika suatu saat terjadi force majeur atas aset yang dijaminkan oleh PPU, maka sudah ada pihak ketiga yang akan
menanggungnya. Hal ini tentunya akan menyelamatkan PT. Sarana Sumut Ventura dan PPU-nya terhadap kerugian.
C. Upaya-Upaya Hukum Terhadap Wanprestasi Pada Perjanjian Pola Bagi Hasil Modal Ventura