91
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dikatakan ilimiah jika dilaksanakan dengan prosedur penelitian secara sistematis. Bab ini menguraikan metode pelaksanaan penelitian tindakan
kelas PTK yang berurutan tentang disain penelitian, setting PTK, subyek dan obyek PTK, rancangan PTK, instrumen penelitian, analisis dan interpretasi data.
A. Disain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan classroom action research CAR atau penelitian tindakan kelas PTK . Penelitian tindakan kelas yang
dilakukan adalah secara kolaborasi. Menurut Suharsimi Arikunto 2006:7 tindakan kelas secara kolaborasi, yaitu pihak yang melakukan tindakan adalah
guru mata diklat pembelajaran itu sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti dan
bukan seorang guru yang sedang melakukan tindakan. Oleh karena itu dijelaskan oleh Pardjono dkk 2007:10 bahwa dalam penelitian tindakan
kelas peneliti harus berkolaborator dengan guru, sehingga peneliti dan guru dapat saling memberi masukan selama melakukan tindakan sampai pada
tahap analisis dan refleksi. Ciri khusus dari penelitian tindakan kelas PTK adalah adanya tindakan
action yang nyata, tindakan itu dilakukan pada situasi alami bukan dalam laboratorium dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis.
Tindakan tersebut merupakan sesuatu yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
92 Penelitian tindakan kelas classroom action research akhir-akhir ini
mendapat prioritas di kalangan dunia pendidikan karena kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pemebelajaran, sehingga semua guru perlu mendalami
dan berperilaku kritis terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Dengan demikian guru akan dapat menentukan sendiri bagaimana strategi mengubah dan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran di kelasnya secara konsektual. Penelitian yang dilakukan semuanya memiliki tujuan yakni
meningkatkan, melibatkan dan mengembangkan pembelajaran. Penelitian ini bermaksud melakukan pengamatan terhadap suatu
kegiatan belajar mengajar dengan melihat perubahan-perubahan siswa. Perubahan ini berfungsi sebagai indikator peningkatan. Peningkatan dalam
hal ini adalah peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran menghias busana bayi melalui model cooperatif learning tipe jigsaw dengan media
jobsheet di SMK Karya Rini Sleman. Dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru mata diklat busana bayi di SMK Karya Rini
Sleman. Dalam model penelitian tindakan ini terdapat empat komponen dalam
setiap langkah yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam langkah pertama, kedua dan seterusnya berbentuk spiral yang saling terkait.
Model Kemmis dan Mc Taggart ini merupakan pengembangan dari model Lewin. Pada model penelitian tindakan Kemmis dan Mc Taggart, komponen
tindakan dan observasi menjadi satu komponen karena kedua kegiatan ini dilakukan secara simultan.
93
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kemmis and McTaggart Pardjono, dkk.,2007:22
Penelitian ini direncanakan dalam 3 tahap yaitu 1 tahap pra siklus, siklus pertama, dan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan
sebagai berikut : 1 Perencanaan; 2 Tindakan dan Observasi; 4 Refleksi, yakni :
1. Penyusunan Rencana Planning Rencana PTK disusun berdasarkan pada hasil pengamatan awal
sehingga mampu mengungkap faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan. Dalam tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan
adalah : a megidentifikasi masalah; b mencari penyebab masalah ; c memilih masalah yang ada, dan d merancang tindakan yang akan
dilakukan. Rencana PTK hendaknya cukup fleksibel untuk dapat diadaptasi dengan pengaruh dan kendala yang belum atau tidak dapat
diduga.
94 2. Tindakan Acting dan Observasi Observe
Pada tahap tindakan dilaksanakan tindakan sebagaimana yang telah direncanakan. Tindakan ini dilaksanakan berdasarkan pada perencanaan
yang telah dibuat. Perencanaan yang dibuat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi, tindakan bersifat
dinamis dan fleksibel yang memerlukan pertimbangan yang matang untuk
menghasilkan perbaikan.
Observasi atau pengamatan adalah proses untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru dan interaksi dengan
siswa. Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi dilakukan sedini mungkin bersamaan dengan
implementasi tindakan. Hal ini untuk mengetahui: 1 apakah tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana yang telah disepakati dan 2
apakah telah terjadi perubahan, perkembangan atau peningkatan dalam pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan.
Observasi dilakukan terhadap tindakan yang sedang dilaksanakan dengan tujuan untuk mencatat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.
Proses tindakan, pengaruh tindakan yang sengaja atau tidak sengaja, perubahan perilaku dan situasi tempat tindakan dilakukan serta kendala
tindakan dalam konteks terkait seluruhnya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.
3. Refleksi
95 Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan yang
telah dicatat dalam observasi. Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi, dan eksplanasi penjelasan terhadap semua informasi yang
diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan. Kegiatan dalam tahap refleksi yaitu:
a. Merenungkan kembali mengenai kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan
b. Menjawab tentang penyebab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
c. Memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul d. Mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin dihadapi
e. Memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan, dalam tahap refleksi
terdapat tahap evaluasi dan revisi. a. Tahap Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sangat penting dan bermanfaat untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilaksanakan.
Apabila tujuan belum sesuai dengan kriteria keberhasilan, maka perlu dilakukan perubahan untuk menysusun program baru sesuai dengan
hambatan-hambatan yang ada dilapangan yang dapat dilaksanakan pada silkus berikutnya.
Kriteria evaluasi bersifat absolute sebagai acuan dalam mempertimbangkan dan memberikan makna terhadap pencapaian
96 setelah proses tindakan, yaitu bahwa hasil tindakan diukur dari
pengamatan dan dibandingkan dengan standar minimal yang ditentukan. Apabila setelah dilaksanakan tindakan terjadi perubahan
perilaku belajar lebih baik dari sebelumnya, maka tindakan tersebut dinyatakan berhasil tetapi apabila perilaku belajar lebih buruk, maka
tindakan dinyatakan belum berhasil. Sehubungan dengan itu, maka perlu langkah revisi untuk memperbaiki atau menyusun rencana
program baru, yang akan dilaksanakan pada program siklus II. b. Tahap Revisi
Pada tahap revisi, peneliti dan guru mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi. Selanjutnya
diperoleh temuan tingkat keefektifan disain pembelajaran dengan menggunakan cooperative learning tipe jigsaw dengan media jobsheet
dan permasalahan yang muncul di lapangan. Temuan ini dapat dipakai sebagai dasar melakukan perancangan ulang untuk penyempurnaan
serta merevisi rancangan yang akan dilakukan pada tindakan selanjutnya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian