23
5. Tipe Kepemimpinan
Menurut Hadari Nawawi 2003: 115, tipe kepemimpinan adalah bentuk ataupun pola atau jenis kepemimpinan, yang di dalamnya
diimplementasikan satu atau lebih perilaku atau gaya kepemimpinan sebagai pendukungnya. Wahjosumidjo 1992: 99, menyatakan bahwa tipe
kepemimpinan adalah pola perilaku yang ditampilkan oleh seseorang pemimpin, pada saat pemimpin tersebut mencoba mempengaruhi orang lain
sepanjang diamati oleh orang lain. Sondang P. Siagian 1994: 30, menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan seseorang akan identik dengan tipe
kepemimpinan orang yang bersangkutan. Hal tersebut karena tipe kepemimpinan seseorang bersumber dari gaya kepemimpinan yang sebagian
terdapat dalam teori kepemimpinan. Bertolak dari perilaku pemimpin dalam sekelompok manusia
organisasional, kepemimpinan seseorang dapat dikelompokkan dalam tipe-tipe tertentu yang masing-masing memiliki ciri-ciri tersendiri. Menurut Hadari
Nawawi M. Martini Hadari 1995: 94, terdapat tiga pokok tipe kepemimpinan yaitu tipe kepemimpinan otoriter, bebas dan demokratis.
Adapun tipe-tipe kepemimpinan tersebut adalah seperti di bawah ini.
a. Tipe Kepemimpinan Otoriter
Menurut Sudarwan Danim 2004: 75, tipe kepemimpinan otoriter diartikan sebagai tindakan menurut kemauan sendiri, setiap produk pemikiran
dipandang benar, keras kepala, atau rasa aku yang keberterimaannya pada khalayak bersifat dipaksakan. Kepemimpinan otokratik disebut juga
24 kepemimpinan otoriter. Sedangkan Mifta Thoha 1983: 49, mengartikan
kepemimpinan otokratis sebagai gaya yang didasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Jadi kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang
dilakukan oleh seorang pemimpin dengan sikapnya yang menang sendiri, tertutup terhadap saran dari orang lain dan memiliki idealisme tinggi.
Kepemimpin otoriter bertolak dari anggapan bahwa pemimpinlah yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap organisasi. Pemimpin otoriter
berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi hanya tergantung pada dirinya sendiri. Menurut Sudarwan Danim 2004: 75, pemimpin otoriter memiliki
ciri-ciri antara lain sebagai berikut. a.
Beban kerja organisasi pada umumnya ditanggung oleh pemimpin. b.
Bawahan, oleh pemimpin hanya dianggap sebagai pelaksana dan mereka tidak boleh memberikan ide-ide baru.
c. Bekerja dengan disiplin tinggi, belajar keras, dan tidak kenal lelah.
d. Menentukan kebijakan sendiri dan kalaupun bermusyawarah
sifatnya hanya penawar saja. e.
Memiliki kepercayaan yang rendah terhadap bawahan dan kalaupun kepercayaan diberikan, didalam dirinya penuh ketidakpercayaan.
f. Komunikasi dilakukan secara tertutup dan satu arah.
g. Korektif dan minta penyelesaian tugas pada waktu sekarang.
Dilihat dari segi persepsinya, pemimpin yang otoriter adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menterjemahkan
disiplin kerja yang tinggi yang ditunjukkan oleh para bawahan sebagai perwujudan kesetiaan para bawahan itu kepadanya. Ego yang sangat besar
menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadi maka organisasi diperlakukan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pribadi tersebut Sondang P. Siagian, 1994: 31.
25 Menurut Hadari Nawawi 2003: 102-103, pemimpin otoriter berusaha
menempatkan dirinya sebagai yang terbaik dan yang berhak berkuasa, sedangkan anggota organisasi atau bawahan tidak lebih sekedar alat atau
sarana untuk merealisasikan keputusan, kebijakan dan kehendaknya. Dalam membuat kebijakan dan keputusan organisasi adalah tanggung jawab
pemimpin sedangkan hak dan kewajiban bawahan adalah melaksanakan hasil berfikir atasan tanpa boleh bertanya dan membuat kesalahan.
Tipe kepemimpinan otoriter tersebut cenderung diwujudkan melalui gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan hasil, yang secara
ekstrim harus sesuai dengan keinginan pemimpin, sehingga terkadang keluar atau bukan tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan tidak berorientasi pada
anggota organisasi manusia sejalan dengan teori X yang beranggapan bahwa manusia angggota organisasi memiliki sifat malas, penakut dan tidak
bertanggung jawab. Sejalan pula dengan teori sifat yang menganggap pemimpin dilahirkan bukan diciptakan, seperti kepemimpinan seorang raja
bahwa hanya anak raja yang mampu menjadi pemimpin, sehingga merasa mempunyai hak istimewa untuk berbuat sekehendak hati dan sewenang-
wenang kepada bawahannya Hadari Nawawi, 2003: 124. Pemimpin dalam organisasi sekolah adalah kepala sekolah, kepala
sekolah yang otoriter biasanya tidak terbuka terhadap permasalahan yang ada, tidak mau menerima kritik, dan tidak membangun hubungan baik dengan
tenaga kependidikan lainnya. Pemimpin otoriter hanya memberikan instruksi tentang apa yang harus dikerjakan serta dalam menanamkan disiplin cenderung
26 menggunakan paksaan dan hukuman. Kepala Sekolah otoriter akan
menganggap bahwa dirinya yang paling bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasi sekolah yang dipimpinnya, dan akan
menganggap bahwa dirinya yang paling berkuasa. Tipe kepemimpinan otoriter ini apabila diterapkan dalam dunia
pendidikan tidak tepat karena dalam dunia pendidikan, kritik saran dan pendapat orang lain itu sangat perlu untuk diperhatikan dalam rangka
perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan.
b. Tipe Kepemimpinan Bebas Laissez Faire